Malam itu, udara di Pointe Noire terasa lembap dan menyesakkan. Di sudut kota yang gelap, tersembunyi di balik jalan-jalan kecil yang berliku, transaksi berbahaya sedang terjadi.
Di tengah hiruk-pikuk pasar gelap, sekelompok orang tengah menunggu, mata mereka tajam memantau setiap gerakan.
Kuina, dengan ketegangan yang tersembunyi di balik raut wajahnya yang tenang, melirik ke arah Zevin.
Mereka sudah sering menghadapi situasi seperti ini, namun kali ini terasa berbeda. Bahaya yang mengintai bukan hanya berasal dari manusia di sekitar mereka, tapi juga dari sesuatu yang lebih mematikan, sesuatu yang tidak terlihat.
Aeshe berdiri tegak di samping Zevin, sementara Abebe, pemimpin transaksi, datang dengan enam orang lelaki yang tampak siap untuk segala kemungkinan. Pistol dan belati terselip di pinggang mereka, seakan menjadi peringatan diam-diam bagi siapa pun yang mencoba bermain-main dengan mereka.
Kuina merasakan ketegangan dalam suasana, tapi dia yakin, jika saja Zevin tidak cedera, mereka akan dengan mudah keluar dari situasi ini.
Zevin berpura-pura sibuk dengan tasnya, membuka dan menutup resleting dengan gerakan yang disengaja.
"Uang sudah siap, Tuan," katanya, suaranya tenang namun penuh kewaspadaan.
Aeshe mengangguk. Dia menoleh kepada Abebe, yang terkekeh kecil, merasa percaya diri bahwa transaksi ini akan berjalan mulus.
"Mana barangnya?" tanya Aeshe dengan nada tegas.
Abebe masih tertawa kecil. "Sebentar lagi datang," jawabnya. Lelaki itu tampak tenang, seakan transaksi ini hanyalah formalitas belaka. Enam orang anak buahnya ikut tertawa, merasa ini adalah uang mudah yang akan segera mereka kantongi.
Tidak lama kemudian, seorang pemuda muncul dengan keranjang di tangannya, ditutupi kain hitam. Pemuda itu, tampak seumuran dengan Abebe, meletakkan keranjang tersebut di atas mobil.
Aeshe memberi isyarat agar keranjang itu ditempatkan di bagasi. Kuina bergeser ke depan, berdiri di samping Aeshe dengan waspada.
Zevin membuka bagasi, memberi ruang agar keranjang bisa dimasukkan. Ketika Abebe hendak mengambil tas yang berisi uang, Zevin menghentikannya dengan satu gerakan tangan.
"Nanti dulu," kata Zevin sambil menatap tajam. "Aku mau periksa isi keranjangmu."
Abebe mengangkat bahu, merasa tidak perlu khawatir. Dia membuka kain hitam yang menutupi keranjang, memperlihatkan seekor bayi Leopard yang sedang terbaring di dalamnya.