"Huuaaahhh ..." terkejut Gayatri terhenti langkahnya.
"Kalian berdua! Bikin kaget Kakak saja!" dua topeng zombie buat nakut-nakuti segera di lepaskannya Ardi dan Jakira dari wajah dua adiknya menahan tawa berhasil bikin Kakaknya ketakutan.
"Kalian?" cepat Intan menghampiri Ardi, anak bungsu manja dan bawel.
"Yah, tadi guruku telpon. Jalan menuju kesekolah juga tergenang air. Jadi, hari ini aku dan Ardi libur," makin cemas kesal saja Gayatri lalu berjalan keluar dari dalam kamar.
"Ya sudah, sana kalian berdua cepat ganti seragam sekolahnya," pinta Intan tersenyum.
Tuminem tersenyum kembali melanjutkan merapihkan sprei ranjang, kini sudah tidak diduduki lagi Gayatri yang tidak ada.
"Kalian cepat sana ganti seragamnya. Terus sarapan pagi. Mbok, sudah siapin dimeja," dua tangan Tuminen mulai mendarat mengeluas merapihkan sprei.
Sebentar Tuminem melirik keluar jendela, sudah basah kuyub pakaian Adul tapi masih saja menyapu halaman rumah.
Rintik hujan masih turun, mungkin air begitu berlimpah turun dari langit sampai-sampai wadahnya tidak bisa menampung dan mengakibatkan banjir dimana-mana.
Tangan kanan Adul tidak sengaja saat mengambil daun-daun basah, sontak juga di perhatikan Tuminen. Terdiam kecut wajahnya ketika tangan kanan Adul menunjukan papan nisan lapuk basah pada Tuminen cepat tarik tirai dan jendela tertutup.
Jakira dan Ardi sudah ganti seragam, mereka berdua sudah terduduk sambil sarapan pagi. Tapi sejak dari tadi mereka berisik bikin emosi Gayatri, makin tidak bernafsu makan mendengar cerita mereka berdua tentang zombie.
"Bisa jadi manusia yang tergigit dan itu sudah terkontaminasi radioaktif, bahan beracun yang membuat matinya otak dari air liur zombie yang menggigitnya. Dan bisa juga karena ilmu hitam seperti voodoo dan juga karea terinfeksi virus," padahal sendok dari tadi berapa kali masuk kedalam mulutnya Ardi sambil melirik Gayatri makin kesal.
"Ya, itulah zombie. Makanya kita kalau digigit sama zombie, habislah kita. Kita akan jadi zombie juga. Seram juga. Tapi aku tidak takut sama zombie," ditimpali Jakira tersenyum wajahnya sangat cantik sekali walau mulutnya mengunyah melumat makanan sarapan pagi.
"Aku juga tidak takut sama zombie. Nah, kalau Kak Gaya? Pasti dia takut sama zombie?" bibir kecil Ardi meneguk bibir gelas air putih sambil tersenyum seraya meledek ,menakuti Gayatri.
"Hihhh! Kalian berdua dari tadi bukannya makan! Malahan cerita seram-seram! Kakak ngak takut! Kakak ngak percaya sama cerita kalian! Cerita kalian itu ngak ada didunia nyata! Semua itu takhayul!" bantah Gayatri beranjak bangun menahan kesalnya sambil melirik kearah pintu.
Beranjak jalan Gayatri sebentar menggeser kursi, sejak dari tadi hembusan semilir udara pagi sangat sejuk sekali. Hujan masih turun, makin bikin cemas dirinya menunggu kapan datang dan apakah kuris bisa datang menerobos genangan banjir segera mengantarkan paket pesannya.
Pandangan dua matanya masih perhatikan kearah luar halaman, dimana Adul memindahkan sebatang bambu di baringkan dekat pohon besar dan di tindikan batu besar.
Lalu tangan kanannya kembali menyapu halaman rumput kecil hijaunya masih basah dan tidak lagi terlihat daun-daun kering bertebaran lagi.