Libur sekolah telah usai, masa lalu berlalu dengan cepat. Athaya masih sibuk menjelajahi mimpi-mimpinya.
tanpa suara, pintu kamarnya terbuka menampakan sosok lelaki bule berambut coklat. Ia mendengus melihat adiknya yang masih berada di balik selimut.
Mau nyampe kapan lo males gini, batinnya
Lelaki itu menghampiri dan mengguncangkan tubuh mungilnya.
"Kebo! buruan bangun!"
"Apaan si bang? ganggu aja lo."
"Cepetan, kalo gak gue tinggal."
"Iyaiya ah bawel."
"Pokoknya lima menit lo udah harus ada di bawah." Jelas David lantas melengos pergi dari kamarnya.
Setelah merasa alarm berjalan itu pergi, ia beranjak dari kasurnya dan bersiap-siap.
Athaya pun segera berlari ke lantai bawah menemui kedua orang tuanya. Sesampainya di ruang makan ia sudah mendapat semprotan pedas dari papah nya.
Lelaki paruh baya itu cukup di takuti di keluarganya. Termasuk Violet yang selalu sabar menghadapi suami nya.
"Mau kemana?" Tanya Vares dingin, papa Athaya dan Davis.
"Ya mau sekolah lah." Jawab Athaya.
"Gak usah sekolah sekalian!" Ketus Vares tanpa menoleh sedikitpun.
Perlahan hatinya terkikis.
Ya walaupun kali ini Athaya sudah berani menjawab tetapi selalu kalah dan sukses di buat bungkam. Ia tak ingin berlama-lama berada dihadapan Vares.
Athaya pun dengan cepat pergi dari ruang makan menuju ruang tv. Ia yakin pasti setiap pagi terdapat wanita paruh baya yang sangat disayanginya. Tak lama Athaya duduk tepat di sebelah Violet. Mama Athaya dan David.
"Sayang, udah makannya?" Tanya Violet halus
Athaya hanya menggelengkan kepalanya lemah.
"Kamu kenapa? Gara-gara papa lagi?"
Athaya pun mengangguk. Selama kepulangan Vares ke indonesia hidup Athaya pasti kembali suram.