Pagi ini Icha terlihat tidak seperti biasanya. Telunjuk yang sedari tadi mengetuk-ngetuk meja membuat sebuah irama yang menandakan kegelisahan.
Sudah tiga hari sahabat nya tidak berada di sampingnya. Rasa gelisah terus menghantui pikirannya.
Jelas ia tak suka sepi apalagi sendiri. Walaupun kemaren ia menyendiri membaca novel tapi tetap saja ia tak tahan bila harus seperti itu untuk beberapa hari kedepan.
Icha terus berharap agar Athaya datang kesekolah dan keadaannya bisa seperti semula. Harapannya hilang sudah setelah mendengar langkah kaki yang semakin mendekat.
Udahlah ini mah bukan Tata, lirih Icha sambil menundukkan kepalanya.
Seketika langkah itu menghilang. Ia mendongakkan kepalanya mencari pemilik suara itu.
Terus menatap kedepan tapi ia tak melihat satu pun orang pemilik langkah itu.kembali icha menundukkan kepalanya.
"DOR!!!" Teriak seseorang di belakang Icha sembari memegang pundaknya.
Tentu saja Icha terkejut lantas menoleh kebelakang.
"Tata?! Ngagetin aja lo."
"Hehe...gue tau lu galau kan ga ada gue di samping lo."
"Hm tau dari mana?"
"Jelas udah bisa gue tebak." Jawab Athaya percaya diri.
"Gue tau lo pasti punya kekuatan dukun ye? waktu itu gue tanya kapan lo sembuh lo jawab lo bukan dukun. Tapi apa sekarang? lu dukun kan!"
"Dukan dukun enak tuh."
"Itu buah nyet."
Mendapat cacian dari sahabatnya Athaya terbahak yang mengundang perhatian teman-teman sekelasnya.
"Btw kok lo bisa bebas dari hukuman? kan lo telat." Ucap Icha.
"Cari alasan buat pelarian." Jawab Athaya singkat.
Mereka berdua pun berbincang menghabiskan waktu sampai akhirnya guru yang mengajar jadwal pagi ini datang.
Lagi-lagi suara langkah membuat seluruh murid berlarian ketempat duduknya masing-masing.
Beberapa yang menduga guru itu benar dan sekarang ia telah memasuki ruangan. Untung saja guru ini cukup ramah dan bisa diandalkan.
"Selamat pagi, hari ini kita akan belajar mengenai bangun ruang dan menghitungnya. Sekarang saya minta untuk vano maju kedepan." Jelas Ms.Ney
"Sa-saya miss?" Gugup Vano.
"Iyaa apa saya kurang jelas menyebut nama mu?" Tanya Ms.Ney
Yaelah vaaan bego amat jadi ketua, umpat Athaya.
Vano pun beranjak dan berjalan mendekati Ms.Ney lantas mengambil sebuah kertas dari genggaman sang guru.
"Nah sekarang kamu salin di papan tulis nama-nama ini." Pinta Ms.Ney.
Vano mengangguk dan langsung mengerjakan apa yang barusan Ms.Ney perintahkan.
Terlihat seluruh murid didalam kelas sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.
***
Kedua lelaki ini berjalan menyusuri lorong. Keringat yang membasahi keningnya membuat daya tarik semakin menjadi.
Banyak yang mengikuti kedua lelaki itu setelah menjadi pusat perhatian bagi kelas yang sedang jamkos. Mereka terus tak acuh pada siswi-siswi yang terus saja cerewet.
Beb ini aku bawain botol.
Sini sayang biar aku elapin keringatnya.