Athaya pun menuruti apa yang diperintahkan Farrel. Gadis itu duduk diatas bangku panjang yang terdapat di taman belakang sekolah.
Athaya menundukkan kepalanya, ia malu ditatap seperti itu oleh Farrel.
"Ta...lo dengerin gue. Tapi sebelum gue ngomong serius gue mohon lo gak boleh marah ya." Jelas Farrel memelas.
Athaya hanya terdiam mencerna apa yang Farrel katakan.
Kenapa Farrel tiba-tiba ngomong gini? Apa maksud dari kata-katanya?, pikir Athaya.
"Sebenernya gue mau-"
"FARREL!!!" Teriak seorang gadis berpenampilan sangar.
Sontak Farrel menoleh kearah sumber suara. Begitu pun Athaya yang mendongak setelah lama menundukkan kepala.
Gadis sangar itu berjalan dengan lenggak lenggok. Ya, sangat menjijikan.
Setelah sampai dihadapan mereka berdua gadis itu berteriak memanggil teman-teman gengnya lantas maju beberapa langkah.
"Apa-apaan nih kayak gini? Rel! Lo ngapain berduaan sama cewek mayat ini?!" Ketus Cindy, ketua dari geng yang terkenal seperti tante-tante. Ia terus menatap Farrel dan Athaya dengan tajam.
Athaya hanya bisa terdiam padahal di dalam batin ia berkecamuk melihat tingkah kakak kelas nya ini. Ia coba sedikit memberanikan diri.
"Lo ngapain yang kesini? Lo siapanya Farrel?!" Tanya Athaya sedikit dingin dan juga tatapan tajam yang tak terkalahkan.
Cindy dan kawan-kawan hanya tertawa meremahkan.
"Heh! Mentang-mentang jadi primadona ya lo. Lo nanya apa tadi? Gue siapanya farrel? Gue jelasin ya, gue itu udah resmi jadi PACARNYA! Jadi lo gak usah ngerusak hubungan orang percuma lu modal muka cantik tapi hobinya ngerusak hubungan orang! Cih!" Ucap Cindy.
Farrel yang sudah muak dengan kata-kata Cindy maju melangkah dan menampar wajah sangarnya.
Cindy pun terjatuh, mengaduh kesakitan. Teman-teman yang melihat Cindy terjatuh ikut membantu memberdirikannya.
"Lo kurang ajar banget sama orang! Lo gak tau sebenernya gimana! Gue mau putusin dia! Abis ini lo gak boleh ganggu dia! Lo bilang apa ke dia? Modal muka cantik tapi bisanya ngerusak hubungan orang?! Woii mirror dude buat apa lo setiap hari bawa kaca tapi gak liat diri. Hah?!" Ketus Farrel mengeluarkan amarah.
Tubuh Athaya seketika membeku. Kata 'putus' terdengar sungguh menyakitkan dan terus melayang di benaknya.
Kini kelopaknya tak dapat lagi menahan air yang sebentar lagi turun. Sakit! Sungguh sakit!. Untuk apa Farrel terlalu manis membujuknya ketempat yang akhirnya menyakitkan.
Dan ternyata akhir-akhir ini ia menyadari Farrel tak pernah ada waktu apalagi saat athaya terbaring lemah.
Farrel sama sekali tidak ada disisinya dan selalu pergi dengan seribu alasan yang tak masuk akal.
Saat itu juga Athaya memilih untuk melarikan diri dari perdebatan. Ia terus berlari sampai akhir nya ia berada di lorong lantai dua.
Sejahat itu kah? Sampai ia tega memilih perempuan lain padahal sudah memiliki perempuan, batin Athaya.
Tiba-tiba saja mendadak langkah nya terhenti. Merasakan dirinya berputar dan penglihatannya semakin lama semakin kabur.
Salah satu tangan athaya memegang dinding agar dapat menopang tubuhnya yang sebentar lagi kemungkinan ambruk.
Siapa sangka? Benar saja tubuh itu ambruk dengan sendirinya lantas matanya tertutup.
***
Icha berlari setelah dikabarkan sahabatnya berada di uks. Tak butuh waktu lama sampailah dimana tempat Athaya berada.
Dari luar sudah terlihat ada dua lelaki dan perawat di sana. Ia pun melangkah dan masuk ke ruangan itu.
"Ta! Tata baik-baik aja kan?" Ucap Icha yang khawatir.
"Iya dia baik-baik aja tinggal tunggu sampai dia sadar." Jawab salah satu lelaki.
Perawat itu tersenyum ke arah icha dan dua lelaki yang berada didalam ruangan.