Athaya mendengus sembari memberi helm kepadanya. Di dalam batin Dillo terkekeh sekaligus gemas dengan tingkah Athaya.
Sepertinya ia belum menyadari bahwa yang menyukainya selama sepuluh tahun itu. Dillo berjanji pada dirinya ia akan membuat Athaya jatuh hati dan mengulang masa lalu nya yang bahagia.
"Lo kenapa sih dari tadi murung?" Tanya Dillo penasaran.
"Lo gak perlu tau. Karena pada dasarnya manusia itu hanya penasaran bukan peduli." Jawab Athaya.
"Teori dari mana?"
"Kenyataan kok."
Dillo menghela napas.
"Gak semua manusia itu hanya penasaran. Karena awal dari rasa peduli itu penasaran. Penasaran kita bertanya dan jika orang itu sanggup menolongnya ia pasti akan peduli." Athaya kehabisan kata-kata.
"Gue kasih tau lagi, Gak semua perempuan mengerti cara merawat lukanya sendiri, itulah kenapa perempuan butuh seseorang untuk bercerita. Jadi cerita sama gue." lanjutnya.
Gadis yang sedang bersamanya memutarkan bola mata.
"Belom kenal aja udah curhat ke orang lain. Gue gak bisa ngasih kepercayaan ke orang yang sembarangan kayak lo." Sinis Athaya lantas melengos pergi.
Perasaan sifatnya dulu gak gini, gumam Dillo yang memandang Athaya.
***
Athaya memasuki rumahnya. Terdapat David yang sedang bersantai di atas sofa panjang sembari menonton film action kesukaannya.
"Eh ade gue pulang. How was your day?" Tanya David sok-sok bule.
"Dont ask like that. I hate you!" Balas Athaya kesal dan berjalan meninggalkan David sendirian.
David mengerti kenapa ia bisa mengatakan benci padanya.
"Ta, pulang ama siapa?" Tanya David pura-pura tidak tahu padahal ia telah mengintip lewat jendela.
"Setan! Ya manusia lah." Jawab sembari melanjutkan langkahnya.
"Serah, gue tau lo pulang bareng pacarkan." Celetuk David.
"Pacar aja ga punya."
"Farrel?"
Mendengar nama lelaki yang David sebut membuat ia teringat kembali akan kejadian beberapa jam yang lalu.
"Mulut lo minta di jait ya."
"Ebusyed!!! Mak! Tolong mak ada suster ngesyoot!" Teriak David.
Bugh!
"Aw." Ringis David yang mendapat lemparan buku dari sang adik.
"Gila lo kejam! pantes gak punya cowok." Celetuk David.
Bugh!
"Aw!"
"lo kalo mau ngajak bercanda liat mood orang dulu." Ketus Athaya dan mengabaikan jawaban dari David.
"Bukunya jangan lupa anter ke atas." Tambahnya.
***
Dillo POV
Dillo mengusap-usap rambutnya yang basah setelah membersihkan tubuhnya di sore hari. Kali ini ia memakai kaos polos putih serta celana pendek hitam yang membalut tubuhnya.
"Sip dah ganteng." Ucapnya pada diri sendiri dihadapan cermin.
Setelah bercermin, lelaki ini berjalan menuju kasur dan menjatuhkan tubuhnya.
Tangannya meraba nakas dan mengambil sebuah benda pipih.
Tanpa sadar ia tidur menghadap balkon yang membuat matanya bertemu dengan seseorang yang beberapa jam lalu ia antar. Ia membuka aplikasi chat.
Dillo : nil mintain ke Icha nomor telp dia dong.
Kudaniel : ciaelaah dah jadian nih?
Dillo : belom, cepetan nomornya mana.
Kudaniel : iyaiya bentar.
Beberapa menit kemudian, akhirnya ia mendapatkan nomor yang diminta. Tanpa pikir panjang ia berjalan dan berdiri dipintu balkon.
Gadis itu masih larut dengan ponselnya. Segera Dillo menyimpan nomornya di aplikasi chat dan memulai perbincangan awal.