Athaya berdecak kesal. Decakan itu berhasil terdengar oleh Dillo. Dillo menoleh melihat Athaya yang sudah memasang wajah juteknya.
Teman-temannya ikut menoleh. Mereka semua mengernyit menyadari adanya gadis ini.
"Eh tata ngapain lo disini?" Tanya Daniel.
"Anjay lo Dil! Kalah gue ama lo yang udah di dempet cewek duluan." Ujar Amzar.
"Iyaiya maaf Ta gue lupa masih ada lo disini." Ucap Dillo.
"Emang lo kira gue udah dikuburan gitu?! Gue duluan." Balas Athaya kesal dan berjalan meninggalkan keempat cowok itu.
"Yah...dil cewek lu galak ya? Ditinggal tuh lo nya." Nimbrung Ravin.
"Gue ga puny-"
Bruk!
Baru saja beberapa melangkah athaya jatuh. Dillo dan teman-temannya pun terbelalak melihat Athaya yang tersungkur.
Dillo baru saja ingin melangkah menolongnya dengan cepat Daniel sudah mencegatnya. Murid-murid yang sedang berada di parkiran pun melihat kejadian ini.
"Aduuh lo kalo jalan kayak banteng banget sih!" Emosi Athaya.
"Eh sayang aku gak sengaja kamu gapapa?" Tanya Farrel yang mengulurkan tangan.
Tunggu-tunggu, sayang?, batin Dillo.
Athaya menepis uluran itu dan mencoba membangkitkan tubuhnya. Ia menatap Farrel dengan tatapan penuh kebencian dan rasa sakit.
"Gak usah sok peduli!" Ketus Athaya memalingkan wajahnya.
"Maafin aku ya, aku bisa jelasin ke kamu." Lirih Farrel.
Jelasin apa?! Jelasin janji-janji palsu lo itu? Jelasin kata-kata lo kemaren? Semua udah jelas! Lo itu cuman sampah! Minggir gue mau jalan."
Deg! Sampah?
Dengan cepat Farrel memegang pergelangan Athaya.
"Aku mohon...kasih aku kesempatan yang kedua kalinya."
Athaya memutarkan bola matanya. Malas.
"Gue tau semua orang berhak mendapatkan kesempatan kedua. Tapi bukan berarti buat kesalahan yang sama."
"Aku mohon sayang..." Ucap Farrel semakin lirih.
Jantungnya mulai berpacu cepat. Athaya tidak bisa berlama-lama disini. Ia tak kuat jika harus mendengar permohonan apalagi sampai suara mohon itu berubah menjadi lirih.
Sekuat tenaga ia melepaskan tangannya tetapi Farrel semakin kuat mencengkramnya.
"Aku mohon aku janji gak bakal kayak kemaren. Aku janji gak bakal ninggalin kamu selamanya sampai napas terakhir aku."
Tanpa gadis itu sadari, ia meneteskan air mata. Inilah kelemahannya. Ia memang berani dalam berbicara, terlihat jutek dan menyeramkan.
Tetapi hatinya bisa luluh hanya karena lirihan.
Sekarang athaya bingung harus memilih apa. Antara ego atau kasihan. Ia masih mematung berdiri.
Dillo dkk yang melihat dari kejauhan pun semakin tegang. Begitu pula siswa-siswa yang berada diparkiran semakin lama semakin bertambah.
Lagi-lagi saat Dillo ingin melangkah tangannya tertahan. Daniel menggeleng pertanda jangan mengejarnya.
Dillo hanya terdiam masih memandang kasihan athaya sekaligus kekesalan yang tak dapat lagi terbendung.
Sekarang apa yang ia lihat? Athaya berhasil melarikan diri masuk ke dalam koridor. Sedangkan farrel? Ia hanya memandang kepergiaannya. Benar-benar keteraluan!
"Ta tunggu! Kamu mau kemana!" Teriak Farrel. Athaya tak menghiraukan panggilan itu.
Farrel menatap sekeliling. Ia antara sadar dan tidak kalau dirinya menjadi bahan tontonan. Ia menangkap sosok yang familiar menurutnya. Dan seseorang itu mirip dengan dirinya.
Dillo?, gumam Farrel.
Ba-bang farrel?, gumam Dillo.
Dillo mengepalkan kedua telapak tangannya. Ia menghampiri Farrel. Tanpa pikir panjang baru saja ia ingin menonjok tapi tangannya terhenti dengan sendirinya. Matanya menajam dan juga rahang yang mengeras.
Sedangkan Farrel? Ia hanya menatap datar seperti orang yang tak berdosa. Dillo menghela napas kasar dan mendorong bahu Farrel yang mundur beberapa langkah setelah itu.
Dillo memutuskan untuk menahan dirinya agar emosinya terkontrol dan memilih pergi yang diikuti ketiga temannya.