Athaya tersentak setelah mendengar pengakuan nama si pelaku.
Farrel tersenyum kepadanya dan berganti tatap menatap penjual bakso. Tak lama ia pun memesan dan duduk berhadapan dengan gadis itu. Athaya hanya acuh tak ingin membuka suara. Tetapi beberapa menit kemudian ia teringat sesuatu.
"Makasih." Singkat Athaya yang menoleh ke arah lawan bicara.
"Sama-sama untuk?" Tanya Farrel bingung.
"Masa lo gak tau abis ngasih gue apaan." Ujar Athaya.
Farrel hanya menepok jidatnya lantas menyengir lebar.
"Jamkos?" Tanya Farrel.
Athaya menggangguk lantas melanjutkan aktifitasnya. Tak lama bakso yang Farrel pesan datang, tak lupa ia membayar dan berterima kasih kepada si abang.
"Um Ta, lo terima permintaan maaf gue?" Tanya Farrel tiba-tiba.
Seketika tubuh Athaya berhenti bekerja dan menatap lelaki itu.
"Iya gue maafin."
"Um, lo mau gak jadi temen deket gue?" Tanya Farrel lagi.
Athaya tampak berpikir. Menurut Farrel jika Athaya sudah seperti ini wajah nya pasti akan lebih lucu dan menggemaskan. Sebenernya Farrel juga tak ingin berteman melainkan hanya ingin lebih dari teman. Yap, yaitu pacar.
"Hm." Balas Athaya mengiyakan.
Mata Farrel berbinar tak percaya atas jawaban gadis ini.
"Beneran Ta?" Tanyanya meyakinkan.
"Iya Farrel." Jawab Athaya yang semakin membuat Farrel terus mengukir senyuman.
"Makasih, lo masih kasih gue kesempatan walau hanya sebatas teman deket. Jadi gue gak usah capek lagi ngerasain kita berantem." Ujar Farrel.
"Hm." Balas Athaya seadanya.
***
Bel istirahat pun berbunyi, menggema di seluruh penjuru sekolah. Athaya yang masih makan menoleh ke arah Farrel yang sedari tadi memainkan ponsel.
Padahal lelaki itu sudah selesai makan atau dirinya yang terlalu menikmati keadaan? Masa iya menikmati keadaan bersama pria yang ada di hadapannya ini.
"Rel, ngapain masih disini?" Tanya Athaya membuat Farrel mendongakkan kepala ya.
"Salah ya? Nunggu lo."
Athaya memutarkan bola matanya. Tinggal satu suap yang belum masuk kedalam mulut. Setelah selesai ia beranjak dari hadapan lelaki ini. Tetapi dengan cepat Farrel mencekalnya.
"Mau kemana?" Sembari menaikkan satu alisnya.
"Kelas."
"Lo gak mau kemana dulu gitu?"
"Kemana?"
"Basketan yukk." Ajak Farrel lantas beranjak dari posisi.
"Gak, lagi mager." Tolak Athaya.
"Ayolaah nanti gue traktir makanan kantin terserah apa aja. Sama ada lagi." Ujar Farrel tersenyum miring.
"Apa?"
"Kalo lo mau tau harus ikut."
Athaya berdecak sebal, apakah sebuah rencana licik? Ingin menolak juga tidak bisa. Rasa pensarannya semakin menghantui. Lagi-lagi tampak berpikir yang membuat Athaya meringis karena Farrel mendaratkan sebuah cubitan di pipinya.
"Sakit Farrel! Kalo lo cubit gue gak ikut." Kesal Athaya menaruh kedua tangannya di dada.
"Eh iya maaf ya abis nya lo lucu banget." Ucap Farrel yang hampir membuat Athaya blushing.
"Oke, gue ikut." Terima Athaya.
Farrel berjingkrak senang. Tanpa pikir panjang ia menggenggam erat tangan Athaya lantas berlari menuju lapangan.