zwischen

Gurlzend
Chapter #13

Chapz-12

Dillo mengusap wajahnya dan membuang napas kasar.

"Inget ya, gue gak segan-segan buat gebukin orang bangke kayak elo! Lo gak bakal tau salahnya dimana karena lo selalu drama amnesia! Gue harap lo emang punya penyakit amnesia akut supaya gak usah ada lagi gelar drama." Ucapnya yang cukup sarkas.

Athaya lolos dari halangan Icha. Ia melangkah lantas membalikkan tubuh Dillo dengan kasar. Mereka pun saling bertatapan.

"Lo kenapa sih Dil?! Dasar cowok gak punya hati!" Bentak Athaya mengeluarkan amarahnya.

Sontak Dillo melotot dan mencengkram kasar pundak gadis di hadapannya.

"Kenapa lo jadi belain cowok bangke kek dia?! Lo bilang gue gak punya hati? Hm? Emang dikira tuhan nyiptain manusia gak punya hati? Hah? Semuanya punya Athaya...Yang ada lo yang gak punya hati ke gue! Lo gak tau isi hati gue sekarang! Gue tau, gue akhirnya tau siapa yang udah buat lo terluka tanpa lo kasih tau. Gue tau sekarang masa-masa kelam lo bersama orang bangke! Gue gak tau sekarang harus berusaha atau gue nyerah dan gue akan berusaha buat yang lain. Gue berterima kasih atas semuanya terutama Icha yang udah mau bagi waktu luang buat ceritain semuanya tentang lo." Ujar Dillo panjang lebar lantas pergi dengan rasa yang tak bisa di jelaskan.

Athaya menoleh ke arah Icha yang menunduk karena merasa bersalah.

"Maaf..." Lirih Icha dan pergi begitu saja bersama kekasihnya.

Di lapangan tersisa dirinya dan beberapa orang yang perlahan mulai bubar. Banyak bisikan-bisikan tentang gadis bule ini. Ia menoleh ke arah Farrel lantas tersentak melihat siapa yang berada di sebelahnya.

Seseorang itu Cindy yang tengah menatap tajam dirinya.

"Ini lah akibatnya yang haus akan kaum adam!" Ucap Cindy sembari membantu Farrel berdiri dan memapahnya.

Athaya? haus akan kaum adam? Begitukah dirinya? Ia menatap Farrel dan kembali munumbuhkan rasa kebenciannya. Licik? Bisa di bilang begitu.

"Sukurin aja ya, prihatin gue ama lo haha." Ucap Jane mengekor Cindy menuju uks.

"Udah deh mending lo sekarang keluar dari sekolah ini udah banyak yang gak peduli sama lo!" Ucap Caca.

Sakit, sangat sakit untuk di dengar dan juga di rasakan. Ia tak ingin memikirkan hal itu yang harus ada dipikirannya hanyalah Dillo dan Icha.

Ternyata tak ia sadari tepat di belakangnya ada seorang lelaki. Mungkin ia bersedia berbagi bahu dengan Athaya.

Lelaki itu mendekat dan berdiri di sebelahnya. Athaya kini meneteskan air matanya. Tiba-tiba saja, lelaki itu menghapus lembut air matanya. Sontak Athaya menoleh dengan tatapan terkejut.

"Gak usah nangis lagi ya." Lembut amzar dan di sebelahnya pula terdapat Ravin dan juga Daniel. Entah kedua makhluk itu datang dari mana.

Sebenarnya ia ingin memeluk seseorang andai yang berada disini hanya ada satu lelaki jadi ia tak perlu bingung harus memeluk siapa.

Tanpa di duga, Ravin merentangkan kedua tangan nya kedepan. Athaya yang melihatnya refleks mendekat dan memeluknya. Daniel dan Amzar membelalak tak percaya dan sedikit ada rasa iri.

Athaya mengumpatkan wajah cantiknya di balik dada bidang milik Ravin. Lelaki itu membelai lembut rambutnya.

Setelah cukup tenang, Athaya mengurai pelukan itu.

"Udah?" Tanya Ravin.

Athaya mengangguk sembari tersenyum. "Sori udah sembarang peluk kan baju lo jadi basah."

"Gapapa Ta, gue ngerti kondisi kayak begini pasti lo butuh pelukan." Ucap Ravin mengerti.

Ravin pengertian banget ya gak kayak Dillo, batin athaya.

"Yaudah yuk balik ke kelas." Ajak Daniel.

Athaya menggeleng. "Kalian duluan aja gue masih ada urusan."

Ketiga lelaki itu pun mengerutkan keningnya. Urusan apalagi yang akan ia urus?.

"Yakin? Gue temenin lo deh." Ucap Ravin.

"Iya deh kita kan bisa jagain lo." Sambung Amzar yang di angguki kedua temannya.

"Gue bisa jaga diri udah sana kalian duluan aja." Ucap Athaya.

"Serius nih? Janji ya bisa jaga diri." Ucap Ravin kurang yakin.

"Iya kalo ada apa-apa bilang aja ke kita." Ucap Daniel.

Athaya mengangguk meyakinkan. Rumit juga untuk meyakinkan seseorang.

"Yaudah kalo gitu kita duluan jaga baik-baik ya." Ucap Ravin yang pergi diikuti kedua temannya.

"Iya." Singkat Athaya.

***

Athaya sekarang berada di sebuah taman belakang sekolah yang mungkin jarang dikunjungi. Ia memasang earphone menyetel lagu sedih sesuai apa yang ia rasakan sekarang.

Ia menatap langit yang kini mulai berubah warna. Langit pun menjadi gelap dan gemuruh berada di mana-mana. Kalau kalian tau gadis ini sungguh tidak menyukai gemuruh apalagi kilat yang siap menyambar bumi.

Udara dingin mulai menusuk tulang dan juga rintikan hujan yang perlahan mengguyur kota.

"Apakah langit juga sedang bersedih? Kalau ya aku pun merasa begitu." Monolognya lantas menundukkan kepalanya.

Seketika terdengar suara deruman motor ninja dan berhenti di hadapannya. Athaya mendongak menatap siapa pemilik dari motor tersebut. Pandangan nya kini mulai memburam. Samar-samar terlihat orang itu tengah berjalan kearahnya. Tak lama orang itu berteriak.

"Tata!"

***

Dillo berdiri sembari memegang pembatas rooftop. Beberapa menit kemudian nampak ketiga lelaki dari belakang. Amzar, Daniel, dan Ravin terbelalak melihat basecamp nya kini berantakan bak kapal pecah.

Mereka semua berlari mendekati Dillo, terlihat darah yang berceceran di mana-mana. Dan yang paling mengaggetkan darah itu berasal dari kedua telapak tangan Dillo.

Dillo acuh terhadap kedatangan mereka, ia masih larut dalam pikirannya.

Lihat selengkapnya