"Gimana keadaan lo?" Tanya Icha yang telah sampai di ruangan Athaya.
"Udah mendingan." Balas Athaya yang masih berbaring.
"Lo sakit apa sih?" Tanya Icha lagi.
Athaya hanya mengedikkan bahu, Icha pun menghela napasnya pelan. Seketika David menghampiri mereka berdua yang sedang terdiam.
"Gue tinggal bentar ya laper gue mau ke kantin." Ucap David pergi keluar ruangan.
"Yee perut gentong lo, Jangan lama-lama bang!" Teriak Athaya.
"Iya falaak!! Paling cuma setahun." Balas David sembari terkekeh.
Athaya mendengus sebal sedangkan Icha sibuk berkutat dengan ponselnya. Athaya mengerutkan keningnya melihat wajah sahabat nya begitu serius memainkannya.
"Kenapa ca?" Tanya Athaya.
"Um, itu Dillo." ucap Icha jujur.
"Kenapa si saurus?".
"Nanyain lo mulu ada dimana."
Athaya hanya ber-oh ria sembari mangut-mangut.
"Gue jawab apa nih? Bilang lo di rumah sakit aja ya?" Tanya Icha agar ia tak salah.
"Gak usah." Tolak Athaya mentah-mentah.
Icha mengernyit. Beberapa menit kemudian ia baru menyadarinya saat kejadian hari itu.
"Loh? Kenapa? Lagi marahan ya?" Tanya Icha penasaran.
"Gak tau gue kesel aja ama dia."
"Gak ada yang perlu di keselin Ta, dia tuh sayang banget sama lo." Ucap Icha meyakinkan.
"Apa hubungannya setan?! Tetep aja hati gue gak setuju kalo dia singgah."
Icha beranjak dari tempatnya sembari mengetik ponselnya. Setelah mengetik, ponsel itu ia dekatkan ke telinga nya. Athaya menoleh mengerutkan dahinya.
"Telfon siapa?" Tanya Athaya curiga.
"Dillo." Balas Icha santai.
Sontak Athaya membulatkan matanya sembari menganga lebar. Ingin beranjak pun tidak bisa karena terdapat alat infus yang tertempel di tangannya. Padahal sakit yang di deritanya tidak parah.
"ICHA!!! Jangan di telfon ngapain sih?! Gue gak mau dia ke sini! Icha!" Teriak Athaya tetapi Icha tak menghiraukan ucapan itu.
"Ca! Laknat bener lo! Gue bilang jangan ya jangan!!".
"Halo?".
"Dil, ini gue lo ke rumah sakit deh sekarang".
"Ngapain?".
"Ichaaa!! Dillo gak usah dil!! Icha cuman bercanda!" Teriak Athaya.
"Di sana kok berisik banget."
"Itu loh pacar lo kesurupan."
"Gak Dil!! Icha bohong!"
"Otw."
Sambungan telfon pun terputus. Athaya hanya bisa memasang wajah jutek dan sinisnya. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain. Icha terkekeh melihat Athaya yang marah.
"Haha...udah napa, gak baik tau marah lama-lama apalagi sama pacar." Ucap Icha yang masih terkekeh.
"Gue gak punya pacar!" Ketus Athaya memalingkan wajah.
"Beneran? Masa seorang tata gak punya pacar sii." Goda Icha.
"Gue benci cowok!" Ucap Athaya.
Icha tersentak lalu tertawa mendengar jawaban Athaya.
"Jadi lo benci abang lo? Terus lo lesbi dong?" Ucap Icha.
"Arghh gue gak lesbi! Gue sayang bang David!" Ucap Athaya tak terima.
"Masih ada yang kurang."
"Apa?!" Tanya Athaya yang kini menatap Icha.
"Coba ulangin yang gue sayang." Pinta Icha.
"Gue sayang-".
"Dillo." Selak Icha yang kembali tertawa.