zwischen

Gurlzend
Chapter #15

Chapz-14

Pukul 15:30

Terdengar suara ketukan pintu. Dillo pun berlari sembari turun tangga menuju ruang tengah. Sesampainya ia pun membuka dan menyambut hangat sahabat-sahabatnya.

"Udah yuk ke kamar lo udah gak sabar loncat-loncat di atas kasur super gede lo." Ucap Amzar yang berjingkrak.

"Lo ga usah jingkrak-jingkrak gitu napa kek kuda aja lo." Ujar Ravin yang menatapnya aneh.

Amzar hanya menyengir lebar dan sangat terlihat konyol.

Udah nyengir makin mirip kuda!, batin Ravin geleng-geleng.

Dillo dan Daniel hanya terkekeh. Seketika Dillo keluar dari rumahnya berjalan santai mendekati mobilnya. Semua nya mengerutkan dahinya bertanya-tanya dalam benak masing-masing.

"Cepetan masuk!" Suruh Dillo yang telah menggenggam kunci mobil sebelum turun ke lantai dasar.

"Etdaah si curut malah ngajak pergi mau kemana?" Tanya Amzar.

"Katanya mau cerita malah ngajak pergi." Sahut Daniel.

"Udah gak usah banyak bacot cepetan." Ucap Dillo dan masuk ke dalam mobil.

Mereka semua pun menuruti apa yang di perintahkan Dillo. Satu persatu dari mereka mulai masuk ke dalam mobil mewah berwarna hitam.

Di perjalanan, Dillo sedari tadi menyerocos tak ada hentinya. Ia bercerita kenapa mood nya aneh saat berada di sekolah. Teman-temannya pun menyimak dan sesekali bergurau yang membuat perkataan Dillo sering terputus.

***

Dillo dkk berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Ravin dan Dillo jengah melihat Amzar yang terus menggoda penghuni kaum hawa. Mau dokter, suster, pasien pun juga ikut di goda olehnya. Tak lama mereka sampai tepat di ruang rawat bernomor 37.

"Ini kamar nya siapa?" Tanya Daniel menaikkan satu alisnya.

"Buset lo mau liat mayat?" Tanya Amzar ikut-ikutan.

"Lo buta apa katarak? Jelas-jelas itu ruangan rawat inap bukan mayat!" Ucap Ravin lantas menjitak kepala Amzar.

Dillo pun membuka perlahan pintu itu dan menampakkan sosok gadis yang tengah tertidur pulas. Perlahan juga keempat lelaki itu melangkah masuk. Sepertinya ruangan ini tidak ada siapa-siapa dan hanya ada seorang gadis itu.

Ravin yang berjalan paling belakang terlonjak kaget melihat siapa yang ada di atas kasur itu.

"Minggir-minggir." Ucap Ravin yang mengusir teman-temannya.

"Lo kenapa sih Vin? Segitu nya lo sama Tata." Ucap Daniel yang merasa aneh dengan tingkah Ravin.

Tanpa Ravin peduli ia langsung duduk di sebelah kasur Athaya dan menggenggam erat tangan mungilnya.

"Ta, lo kemaren bilang bakal jaga diri tapi apa sekarang? Lo di rumah sakit." Ucap Ravin tak tega.

Dillo yang memanas mendengar ocehan Ravin pun langsung mendekatinya lantas menarik kerah baju miliknya. Leher Ravin pun tercekat dan membuatnya susah bernapas. Amzar dan Daniel pun panik dan segera melerai mereka.

"Lo siapanya Tata anjeng?! Huh?" Tanya Dillo menatapnya tajam.

"Ga usah belagu lo juga belum ada hubungan dan lo gak perlu tau gue siapanya." Ucap Ravin santai.

"Gak usah bikin mood gue tambah hancur cuma gara-gara lo!" Ujar Dillo meninggikan nadanya. Ravin pun tak menjawab dan hanya melihat Dillo datar.

"Gue butuh jawaban yang jelas! Bukannya malah diam! Gue ngomong sama lo bukan sama tembok!" Ucap Dillo lagi.

Seketika Athaya menggeliat. Jelas gadis itu sangat terganggu akan hal keributan yang datang tiba-tiba. Athaya mengerjap-ngerjapkan mata dan menoleh melihat siapa yang hadir di ruangan ini.

"Eh..." Ucap Athaya kikuk. Dillo pun melepaskan cengkramannya.

"Ada apa nih ribut-ribut berisik tau." Protes Athaya.

"Pacar lo cemburu." Ucap Ravin yang tiba-tiba di tarik kembali kerahnya.

Lihat selengkapnya