Blurb
"Saya enggak suka lihat Anda sedih. Soalnya Anda jadi jelek. Harusnya, kalau sudah nggak kuat, tumpahin aja. Seperti awan mendung. Ketika ia mulai lelah memendam semuanya, maka awan akan menumpahkan hujan. Anda tahu apa yang akan terjadi setelah hujan turun? Langit akan kembali cerah. Kembali berwarna biru. Seolah berkata, "akhirnya, saya lega." Anda juga harusnya begitu, Nao. Sebab, hujan lebih melegakan daripada mendung tanpa jeda."
-Zy-
****
Nao kembali teringat sosok lelaki yang sering ia temui di halte bis sepulang sekolah. Lelaki pendiam, penuh misteri dan hangat. Berawal dari saling duduk bersama di halte, lalu mengobrol dan menimbulkan perasaan cinta.
Saat itu, perasaan Nao masih labil. Ia menyukai Zy, tetapi tidak ingin menjadikannya kekasih. Hingga, akhirnya ia memiliki keberanian untuk mengungkapkan rasa, tetapi semuanya sudah terlambat.