Muhammad Ilfan Zulfani
Cerpen ini membuat dua teman saya menangis. Padahal saat menulis saya tidak meniatkan membuat pembacanya menangis. Itu contoh dua orang saja, tapi tidak tahu teman-teman lain di sini bagaimana jika membacanya.
Cerpen ini bercerita tentang seorang perempuan muda (seorang istri) yang selalu muram dalam duka pada setiap tanggal sembilan belas. Padahal di hari-hari lain, ia cerita-ceria saja.
Selain tema kesehatan jiwa, cerita ini sarat dengan tradisi ziarah yang dilakukan oleh sebagian Muslim di Indonesia (ada juga karakter Tuan Guru meski bukan karakter utama).
Sejauh ini, ada kurang lebih 13 cerita pendek yang telah saya karang (tidak semuanya ada di Kwikku), namun cerpen inilah satu-satunya yang saya tulis menggunakan bahasa puitis (ceilah gaya banget) mendayu-dayu. Selain itu, cerpen ini menggunakan tiga sudut pandang berganti-ganti (istri, suami, dan narator/pengarang) yang mungkin menambah pengalaman membaca yang asyik.
Lampiran 1 karya
Lihat Komentar