Aku Bukan Anak OSIS

Oleh: Adiba

Blurb

Hal apa yang pertama kali terbayang kalau dengar kata OSIS?
Siswa disiplin, teladan dan suka cari perhatian?
Sok ngatur, sok paling benar dan menyebalkan?
Sebenarnya tidak seburuk dan tidak sebaik itu. Setidaknya, dalam kisahku.
Dunia telur yang kakak tingkat agungkan, tidak menjamin keluarga se-erat jahitan lengan kanan. Tentang lebih baik diam saat latihan dasar kepemimpinan, mengemis agar teman membeli tiket seminar, pulang malam dikira tetangga habis kencan dan jangan lupakan pengurus musiman yang sembunyi bertemu pacar.
Angkatan 45 dengan kemeja biru tua. Terbentuk dari 46 pengurus yang mempunyai kata sandi berbeda. Teriakan sampah dari seseorang yang tak tahu apa-apa, menempa mental tanpa membalas kutukan hampa.
Kukatakan. Ketua OSIS tidak selalu tampan digilai se-antero SMA. Cukup bersinar paling terang di koridor depan ruang sekretariat OSIS dengan senyum tulus terbaiknya.

Premis

Enza menjadi pengurus OSIS dengan banyak drama selama satu tahun apalagi di akhir masa jabatan.

Karakter

Ini adalah  cerita cewek suka melamun bernama Enza. Dia ingin di panggil nama belakang, namun teman-temannya menyapa dengan nama depan.
Enza tidak berminat untuk masuk organisasi yang bernama OSIS di SMA. Akan tetapi, dia malah mencalonkan diri menjadi wakil ketua OSIS dan terpilih padahal tidak ikut pelantikan pengurus OSIS.
Lika-liku dalam OSIS yang dituntut sempurna, akan terungkap. Tentang bagaimana evaluasi mental yang dianggap kejam, alasan masuk OSIS hanya karena ingin eksis, hingga masalah internal menjual 1000 kotak makan ayam geprek dalam satu malam dan kepergok bolos sekolah lalu merokok.
Disini ketua OSIS bukan siswa paling tampan satu sekolah. Tapi sosok yang membuat Enza bangun dari lamunannya dan tidak pernah berkata lelah.
Lihat selengkapnya