Blurb
ALONA
Seandainya aku bisa memilih orangtua, maka aku akan . . . ? entahlah. Aku tidak membenci orang tuaku, walau mereka tidak mengharapkan kehadiranku. Mereka tidak bisa menjagaku, tidak mampu memperhatikan, dan menyayangiku. Mereka menguras air mataku sampai habis, lagipula, menangis tidak ada gunanya. Jadi aku tidak pernah menangis lagi sejak usiaku 12 tahun, tak peduli begitu banyak luka datang menyakitiku.
Aku memahami orangtuaku, mereka tidak bijaksana karena mereka adalah orangtua yang sangat muda. Bahkan mamaku tidak mengerti, kalau bercinta dengan pacar anak sendiri itu disebut ‘Kurang ajar". Aku sedih. Ah tidak, ini cerita lucu. Aku rasa aku sudah tidak waras.
Seorang perampok tampan menculikku, aku berharap dia tidak melepaskanku, bukan karena aku tertarik padanya, sungguh! Karena mama papa tak peduli kalau aku sedang hilang, untuk apa aku hidup. Tapi iya, lama-lama kami saling jatuh cinta. Aku mencintainya dengan segenap jiwa. Bersamanya, aku merasakan bahagia untuk pertama kali dalam hidupku. Dia harapanku, dia hidupku kini. Lalu tragedi hampir merengutnya dariku. Aku marah pada pemilik takdir, tapi siapa Tuhanku? Tuhan yang mana yang akan aku tuntut? Tuhan mana yang bisa aku minta pertolongannya? Orangtuaku tak pernah memperkenalkan Tuhan padaku. Seandainya aku bisa memilih orangtua, maka aku tidak akan memilih orangtuaku.