Blurb
Kejadian-kejadian ganjil menimpa Tanah Datu tak lama setelah kehadiran Mustaqim, seorang dokter muda, dan Bara, peziarah yang tersesat dan terluka parah, ke desa tersebut. Dimulai dari sungai yang merupakan akses ke desa di tengah hutan Meratus itu tiba-tiba mengering. Disusul dengan sawah dan kebun warga yang mati dalam semalam, lumbung padi yang dipenuhi jutaan kutu, kehadiran bayi pembawa mukjizat yang ditemukan warga hanyut di sungai satunya, sampai anak-anak yang jatuh sakit dan muntah darah secara masal. Penduduk Tanah Datu yang dikenal religius itu pun menghadapi goncangan spiritual di tengah situasi desa yang kian pelik. Sementara Mustaqim, pemuda kota yang skeptis juga dihadapkan dengan pergulatan batinnya sendiri perihal Tuhan dan iblis demi bertahan hidup.
Karakter
Mustaqim, seorang dokter muda memutuskan untuk menggantikan tugas sang paman yang mengabdi di Tanah Datu, sebuah desa terpencil di pedalaman Meratus. Saat Mustaqim ke sana, sungai yang menjadi akses termudah ke desa tersebut mengering sehingga tidak bisa dilalui. Mau tak mau, Mustaqim harus menembus hutan selama hampir sehari semalam, dipandu oleh penduduk Desa Bawah, Sahriansyah dan anaknya, Nanang.
Saat beristirahat di sungai pada suatu malam di tengah hutan, mereka dikagetkan kedatangan sesosok pemuda dengan luka parah di perutnya. Mustaqim heran mengapa Bara masih dapat bertahan hidup selama berjam-jam dengan usus yang terjulur keluar dari perut. Mereka pun akhirnya membawa Bara ikut ke Tanah Datu.
Setelah menjalani penanganan medis, Bara bercerita bahwa tadinya ia dan beberapa temannya dari salah satu pesantren di Barabai ingin mengikuti aruh ganal di Tanah Datu. Aruh ganal sendiri adalah acara haul Guru Jamhari--seorang alim ulama masyhur yang bermakam di Tanah Datu--sekaligus perayaan maulid Nabi Muhammad. Acara ini selalu menjadi magnet ratusan bahkan ribuan orang setiap tahun, hanya saja, berhubung sungai surut, tahun ini tidak ada yang datang ke Tanah Datu sama sekali kecuali Mustaqim dan Bara. Kembali ke kisah Bara, pemuda tersebut bercerita bahwa di tengah perjalanan, tiba-tiba teman-temannya berniat membunuhnya. Perut Bara ditusuk sampai ususnya keluar. Saat teman-temannya mengira Bara sudah mati, mereka mengambil celana Bara dan berniat membawa itu kembali ke pesantren sebagai alibi bahwa Bara diserang binatang buas. Bara pun bercerita bahwa hal tersebut dilakukan teman-temannya karena mereka takut Bara membocorkan kasus korupsi donasi untuk pesantren yang mereka perbuat.
Mustaqim yang menemukan sebutir benda mirip pil di dalam saku Bara saat akan melakukan tindakan bedah pada luka Bara malam sebelumnya, menemui Bara untuk menanyakan benda apa itu. Bara pun menjelaskan bahwa itu adalah untalan. Semacam benda sakti yang pada kasus-kasus tertentu bisa membuat seseorang kebal, bahkan menunda kematian. Itu pula yang menjadi alasan mengapa Bara masih bisa bertahan hidup padahal lukanya teramat parah. Hanya saja, yang Bara telan adalah untalan yang bisa dikeluarkan dengan sendirinya, dan setelah untalan itu keluar, orang tersebut akan meninggal. Sementara untalan yang tersisa saat itu adalah untalan yang benar-benar membuat orang yang meminumnya bisa hidup kembali bahkan jika kepalanya terpisah dari badan. Satu-satunya cara yang membuat orang tersebut bisa terbunuh hanyalah dengan membakarnya. Cuma, untalan tersebut ada harganya, yaitu menjadi budak iblis selama-lamanya.