BEHIND BLUE HOME

Oleh: Alviona Himayatunisa

Blurb

Setelah ibunya meninggal, Hurin harus berjuang hidup bersama 3 saudara yang terdiagnosis gangguan mental. Mereka semua antisosial dan cenderung berperilaku impulsif. Blue home, nama apartemen yang mereka tinggali, memiliki banyak misteri di balik tragedi janggal yang sudah terjadi.

Premis

Setelah ibunya meninggal, Hurin harus berjuang hidup bersama 3 saudara yang terdiagnosa gangguan mental. Mereka semua antisosial dan cenderung berperilaku impulsif. Blue home, nama apartemen yang mereka tinggali, memiliki banyak misteri di balik tragedi janggal yang terjadi.

Karakter



Hurin dan ketiga saudaranya - Fabian, Eran dan Juni- sering mendapat bullian dari orang sekitar karena terlahir sebagai anak pelacur. Mereka bertiga, tidak dengan Hurin. Terdiagnosis gangguan mental yaitu antisosial akibat disfungsi amigdala bagian limbik otak.

Tidak memiliki teman membuat Hurin selalu menulis acak perasaannya di sebuah kertas yang nantinya sengaja ditinggalkan di halte bus menuju sekolah. Mulai dari keluh kesahnya yang tidak pandai berteman, masyarakat yang mengucilkannya karena masa lalu ibunya adalah seorang pelacur, meski sudah dinikahi oleh pria kaya sekalipun. Dan perilaku teman teman sekelasnya yang  semena mena. Siapa sangka, selama dia melakukan itu, Hurin kerap mendapat balasan dari anonim yang membaca suratnya.

Awalnya biasa saja. Tidak ada yang spesial dari balasan yang diterima. Sekedar emotikon ukiran tangan yang tersenyum. Setidaknya, Hurin memiliki seseorang untuk tempatnya mengadu.

Suatu malam, tidak ada angin, tidak ada hujan badai, apartemen blue home - tempat tinggalnya - dihebohkan oleh kejadian bunuh diri Mala -ibu mereka- yang terjatuh dari lantai 30. Hurin yang baru datang dari minimarket terkejut sekaligus shock melihat apartemennya dikerumuni polisi dan penghuni unit apartemen. Ibunya sudah tidak bernyawa, dan yang paling menyakitkan adalah, satu pun dari penghuni apartemen blue home tidak ada yang bersimpati kepadanya, bahkan sekedar memberikan pertolongan pertama.

Hurin mencurigai ketiga kakaknya sebagai dalang di balik tewasnya ibu mereka. Orang bilang kasus ini adalah tindakan bunuh diri. Tapi menurut Hurin, bukan. Karena saat itu, Hurin melihat ketiganya berdiri di ambang jendela sambil menyaksikan kerumunan di bawah sana dengan wajah datar dan kilat mata mengerikan.

Meski Hurin menuduhnya, mereka tidak peduli. Menjalankan aktivitas seperti hari hari biasa, tanpa menaruh dendam sama sekali kepada adik bungsunya. Mereka saling memiliki dan menyayangi. Tapi tidak untuk wanita yang melahirkannya. Karena dia, mereka semua harus menanggung malu setiap melakukan sosialisasi.

Di mulai dari kejadian itu, beberapa kejadian janggal mulai bermunculan. Setiap malam, Hurin selalu mendengar jerit kesakitan dari unit apartemen lain dan besoknya akan tersiar berita kasus pembunuhan atau penganiayaan.

Bukan hanya itu saja, semuanya terus berlanjut sampai membuat Hurin gila. Para suami istri bertengkar. Tindak kekerasan dalam rumah tangga sudah bagai bumbu sehari hari. Yang memiliki jabatan tinggi di perusahaannya seketika ambruk. Dan perusahaan yang mereka kelola bangkrut sampai ke titik terendah. Suasana apartemen yang ditinggali sudah tidak karuan karena para penghuninya juga sudah gila.

Lagi lagi kecurigaannya pada sang kakak tidak bisa dielakkan. Setiap malam, mereka tidak berada di unit lalu akan pulang bersamaan dengan aroma anyir yang menguar. Spekulasinya kian menguat karena hanya unit mereka lah yang tentram tanpa mendapat teror seperti unit yang lain.

Keadaan sekolah pun tidak ada bedanya. Setiap harinya selalu berjatuhan korban yang melompat dari rooftop. Kehidupan Hurin dipenuhi kejadian mengerikan yang tidak tau apa sebab alasanya. Pernah sekali, dia memohon kepada ketiga kakaknya untuk menghentikan segala tingkah gila yang sudah mereka lakukan. (karena itu yang dipikirkan Hurin) Tapi respon mereka sangat di luar dugaan. Mereka menggeleng dan dengan tegas menyangkal tuduhan Hurin.

Frustrasi, akhirnya Hurin memberanikan diri untuk mencari titik terang di balik semua kejadian mengerikan yang sudah terjadi selama ini. Dia yakin, ini bukan kebetulan, melainkan sudah direncanakan oleh seseorang.

Saat sedang menuliskan semua keluh kesahnya di surat seperti biasanya. Tiba tiba Hurin menyadari sesuatu. Surat terakhir yang ia tinggalkan di halte bus tidak meninggalkan respon, melainkan dibalas dengan munculnya kejadian kejadian aneh di apartemen dan sekolahnya.

Bergegas Hurin memeriksa kembali surat surat yang pernah ia tulis dan bertanda emoticon dari orang itu. Setelah meruntut informasi korban, Hurin tercengang. Tubuhnya lemas,  baru menyadari bahwa semua korbannya bersangkutan dengan orang orang yang dulu pernah membullinya bahkan melecehkannya yang Hurin curahkan pada surat surat itu. 

Dengan logika cerdasnya, Hurin kembali menuliskan keluh kesahnya bertujuan memancing orang itu untuk menampakan wujudnya, karena berdasarkan analisis yang Hurin lakukan, sepertinya "Dia" memiliki hubungan atau ketertarikan dengannya yang bertugas mengeksekusi keinginan Hurin.

"Ibuku bukan pelacur! Hanya karena dulu dia bekerja di bar, dan banyak para suami yang menyukai ibuku yang cantik, sebutan itu terus melekat. Ayah kandung kami ... menikahi ibu hanya karena penasaran bagaimana rasanya memiliki seorang anak. Katanya, istri pertama ayah mandul. Setelah lahirnya ketiga kakaku dan mereka terdiagnosis memiliki kelainan, pihak keluarga beliau tidak lagi mau menerima kehadiran kami dan malah mengadopsi seorang anak- dia seumuran denganku dan sekolah di tempat yang sama. Kamu tau apa yang aku inginkan sekarang?
Bunuh aku! Kamu anonim. Kalau membunuhku pun tidak akan ada yang mencurigaimu. 403 - 123456 - 0200 -Blue Home. See you!"

Hurin meletakkan surat itu di tempat biasa yang tidak terdeteksi oleh orang lain kecuali oleh orang itu. Hurin duduk di bangku, merenung sebentar sembari menunggu bus. Tidak lama setelahnya, seseorang  berseragam sama sepertinya duduk di sampingnya sembari membaca surat yang baru saja ia letakkan.

Hurin menoleh. Matanya membola dan mulutnya terbuka. Dia shock melihat surat miliknya ada di tangan sosok itu. Dia Kunda, anak yang diadopsi oleh pihak keluarga ayahnya.

 

Lihat selengkapnya