Karakter
Paijo hidup sebagai seorang buruh tani di Jawa. Kehidupannya sebagai buruh tani dapat dikatakan sebagai kehidupan yang nista. Ia tak bisa berkembang disana. Itu hal yang ia sesali sangat. Ia berpikir bagaimana caranya biar hidupnya bisa berkembang dengan baik.
Suatu malam, ketika Paijo bersama istrinya, Asih dan dua anaknya Bejo dan Utami bermain ke Pasar Malam. Paijo tak mampu membelikan permen kapas buat Bejo. Bejo menjadi bahan olok-olokan kawan-kawannya di pasar malam. Karena tak mampu beli permen kapas. Karena memang Paijo tak punya uang, Paijo memaksa Bejo untuk pulang. Hingga Bambang, seorang transmigran yang sukses tiba-tiba datang menghampirinya dengan senang. Terlihat sukses dan kaya, Bambang membelikan Bejo dan Utami permen kapas. Dengan itu, Paijo melihat ada kesempatan jika ia ikut transmigran.
Asih tidak menyetujui rencana itu. Dipikirnya, uang dicari bisa disini. Ia juga rela cari uang untuk tidak pergi. Karena baginya, ia memikirkan ibunya yang sudah tua ditemani kakaknya. Seorang begundal pemabuk desa yang menurut Asih tak bisa diandalkan. Dengan beberapa perbedatan, akhirnya Asih menyetujui untuk daftar, untuk berangkat itu urusan nanti. Asih juga mengirim surat untuk kakaknya yang bekerja di Jakarta, Mas Prapto. Siapa tahu bisa memberikan pekerjaan untuk Paijo. Asih masih mengganggap ekonomi mereka baik-baik saja, tak perlu dikembangkan. Tapi Paijo beralasan, ini bukan untuk kita, tapi untuk anak-anak kita. Suatu hal yang juga menjadi pertimbangan Asih untuk ikut atau tidak. Tapi ia masih bimbang dan memihak pada yang tidak.
Suatu ketika, Bejo anaknya tidak mau sekolah. Asih memarahinya. Karena memang perlu untuk sekolah. Namun Bejo takut, karena bajunya lusuh dan itu dimarahi gurunya karena dianggap tidak menghargai pahlawan. Asih tak percaya itu, dipikirnya itu cuma alasan Bejo untuk tidak sekolah. Tapi ternyata, dua guru Bejo datang ke rumah. Memberi seragam baru kepada Bejo. Mulai saat itu, Asih mulai merasa, bahwa ekonominya tidak baik-baik saja. Ia merasa ekonominya sangatlah buruk. Asih akhirnya menyetujui transmigrasi. Apalagi ketika Asih melihat, ibunya lebih sayang Mas Joko, begundal desa, daripada dirinya. Dengan itu, ia semakin semangat untuk pergi transmigrasi.
Akhirnya mereka berangkat transmigrasi. Dimana Paijo bertemu Salam, seorang mantan bank plecit yang menjadi sahabatnya. Jalan ke kampung sangat buruk. Kampung transmigrasi menuju jalan aspal saja cukup jauh. Tapi mereka tenang, karena kata PNS Malik disana sudah disediakan banyak fasilitas. Seperti sekolah, klinik, dan banyak lagi yang tidak perlu dirisaukan oleh transmigran. Dengan itu, bayangan tentang kesuksesan yang diraih Bambang semakin tinggi dikepalanya.
Hari pertama cukup baik, hingga ternyata Bejo berangkat kesekolah menggunakan seragam terbaik daripada terburuk seperti di Jawa. Karena memang tak ada yang menggunakan seragam disini. Paijo juga semangat untuk bekerja di sawah. Asih dan Utami mencari kesibukan sendiri bahkan sudah menyiapkan bisnis-bisnis jajanan. Tapi hari kedua, Utami tak begitu sehat badannya, itu membuat Asih menjadi gusar.
Asih membawanya ke klinik. Bukannya dapat bantuan kesehatan, ia mendapati klinik kumuh didepan matanya. Dengan penjaga satu, penjaga itu berkata bahwa dokter datang sebulan sekali, itu kalau tidak lupa. Juga sama, sekolahan pun begitu. Guru Bejo juga datang seminggu sekali jadwalnya. Itu juga kalau tidak lupa. Karena memang tak ada guru, Akhirnya Bejo bermain-main bola bersama kawan-kawannya menggunakan baju putih merahnya.
Ketika sampai dirumah. Bejo dihukum oleh bapaknya karena telah merusak pakaiannya. Namun Bejo dihukum untuk berdiri didepan rumah cukup lama. Menggigil dan diam, akhirnya Bejo sakit juga. Tak ada pilihan lain, mereka tahu bahwa hanya kepada Dukun mereka mengobatkan anaknya. Akhirnya mereka mencari Bambang (kawan lamanya) untuk mengantarkannya ke Dukun. Betapa kagetnya Paijo ketika tahu kondisi Bambang. Nista, tak seperti gayanya ketika di Jawa.
Setelah sampai di dukun, kondisinya pulih dan membaik. Namun, malamnya, hujan deras melanda. Ladang sawah milik Paijo tenggelam diantara banjir. Gagal panen Paijo.
Biasanya, kegagalan panen akan diganti oleh pemerintah. Paijo menganggap ini sudah gagal total.PNS Malik datang untuk menginspeksi, PNS Malik dengan mata kepalanya juga tahu bahwa kondisi sawahnya gagal panen karena banjir. Tapi PNS Malik tetap menuliskan berhasil. Karena ia sudah pengalaman bahwa jika ada yang tidak berhasil, maka ia akan dimarahi dan tidak akan naik pangkat. PNS Malik memberitahu Paijo akan mengurusnya, namun ia tetap menuliskan berhasil daripada gagal. Ia tak jujur kepada Paijo.
Dengan itu, perasaan sedih tak karu-karuan muncul dari keluarga ini. Paijo terutama, ia merasa sangat gagal karena tak mampu mencapai titik atas bianglalanya. Tapi mereka saling tahan sifat emosional itu. Karena mereka tahu, itu tak berguna. Jadi mereka saling diam kecewa satu sama lain.
Hingga Surat dari Mas Joko dan Mas Prapto datang. Mas Prapto cerita bahwa anak-anaknya akan mendapat pendidikan baik, karena mereka tinggal di Jakarta. Ketika membaca itulah, Paijo merasa bahwa, kepergiannya kesini ini bukan buat anak-anaknya. Tapi memang buat egonya sendiri. Dengan itu, ia meminta maaf dengan menghinakan dirinya sendiri didepan anak-anak dan istrinya.