Bid'ah Cinta (Sebuah Skenario Film)

Oleh: Khairul Azzam El Maliky

Blurb

Rumah tangga yang sakinah tidaklah semudah menulis dan mengucapkannya seperti yang ada di dalam novel dan film-film bioskop. Begitupun juga dengan kehidupan rumah tangga orang yang menulisnya. Itulah yang dirasakan oleh pasangan pengantin muda Danial Firdaus dan Retno Febriarianti. Mereka menikah lantaran saling cinta setelah tiga tahun mengenal selama di SMA. Namun pernikahan yang meriah itu perlahan memudar dengan seiring berjalannya waktu. Tempat tidur yang wangi dengan taburan bunga mawar tidak lagi dapat menghadirkan keromantisan. Hal itu dimulai dari orang tua yang disebut mertua. Danial yang bekerja sebagai penulis novel mulai diusik karena pekerjaannya tidak sama dengan pekerjaan penduduk sekitarnya yang menjadi petani. Mulai dari pagi hingga sore, Danial menghabiskan waktunya dengan berpikir di depan layar komputer. Jari-jemari tangannya yang lembut menari-nari di atas tuts-tuts keyboard komputer. Dengan pekerjaannya itu, istrinya Febri dihasut oleh tetangganya supaya bekerja sendiri daripada di rumah. Namun, hasutan itu memudar ketika buku Firdaus pertama kali terbit setelah pernikahannya. Mereka berdua terbang ke Jakarta untuk menghadiri launching novel. Dan itulah kali pertama Febri naik pesawat dan melihat Ibu Kota Jakarta. Tetangga yang tadinya menghasut Febri pun ciut. Iri.
Tidak berhasil menghasut Febri agar bekerja sendiri, mereka kembali menghasut dengan menyuruh Febri agar meminta perhiasan, membeli barang-barang elektronik, dan membangun rumah. Namun, hasutan mereka lagi-lagi gagal ketika Febri mengatakan bahwa mereka bukannya menasehati melainkan menghasut.
Satu tahun setelah pernikahan, Febri hamil anak pertama mereka. Sejak usia kandungannya satu bulan, Febri kembali dihasut. Ada yang menyuruhnya supaya menggugurkan kandungannya, ada yang bilang kalau anaknya cacat, dan ada yang bilang kalau anaknya bukan hasil pernikahannya dengan Danial. Tapi semuanya ditepis oleh Febri. Bahkan oleh Danial sama sekali tidak dihiraukan sehingga membuat mereka marah.
Tujuh bulan kemudian, ibunya Febri berencana untuk mengadakan acara tingkepan atau mitoni. Sesuai dengan adat Jawa yang digado dengan ajaran Islam, penduduk kampung akan mengadakan acara membaca Al-Quran, mandi kembang, dan membelah buah kelapa. Namun karena ada salah seorang keluarganya Febri yang mengusulkan agar tanggal acaranya dimajukan dari rencana semula dan meminta biaya tingkepan yang tinggi, akibatnya bertengkar dengan Danial. Dengan terang-terangan Danial mengatakan bahwa tingkepan tidak ada di dalam baik ajaran Hindu maupun Islam.
Lantas bagaimana dengan sikap keluarga Febri? Dan halangan apakah yang akan dihadapi oleh Daniel dan Febri? Akankah kehidupan mereka berdua bahagia?

Lihat selengkapnya