Blurb
"BIDUAN"
Cerita Dan Skenario : Joni Nantono
FADE OUT
FADE IN
SCENE 00A
EXT - LOKASI PEMBUATAN VIDEO KLIP DI YOGYAKARTA - MALAM
Di sebuah tempat di daerah Yogyakarta inilah sedang ada pembuatan videi klip seorang Biduanita yang namanya lagi naik daun. Dia adalah Bonita. Seorang gadis masih berusia remaja, yang mempunyai wajah begitu jelita ini adalah seorang Biduan. Saat ini dirinya sedang rekaman gambar untuk pemuatan klipnya. Judul dari cerita ini dimunculkan. BIDUAN. Di sini juga sudah bisa ditampilkan seorang perempuan sebaya Bonita yang bertubuh manis dan berpenampilan begitu lincah. Dia adalah Saskia. Teman dekat Bonita sekaligus Asisten dan juga managernya.
FLASH TO
SCENE 00B
EXT - MALIOBORO YOGYA - MALAM
Sementara di sekitar Malioboro terlihat seorang Pemuda yang berparas begitu tampan sedang mengamen dengan beberapa teman-temannya. Dia adalah Pras. Sementara Surti, adalah Sang biduan pengamen jalanan yang punya suara tak kalah merdunya dibandingkan dengan Bonita. Lagu yang dibawakan Surti dan diiringi oleh Pras dan teman-temannya adalah lagu barat yang dikeroncongkan. (aransemen sesuai dengan jiwa anak remaja) alat musik yang dipakai juga modern. Beberpa alat tiup dimainkan teman-temannya Pras, sementara Pras memegang alat musik gitar.
FLASH TO
SCENE 00C
EXT - MALIOBORO SUDUT YANG LAINNYA - MALAM
Tampakkan Emak Surti, dengan wajah tegang mencari Surti. Emak Surti ini yang paling tidak menyutujui kalau Surti ikut ngamen di Malioboro. Man, tetangga Surti yang umurnya sebaya dengan Surti, mencoba menunjukkan dimana Surti malam ini.
EMAK SURTI
Kamu lihat sendiri kalau Surti ikut ngamen?
MAN
Lihat sendiri mak!
EMAK SURTI
(menahan jengkel)
Minta diapakan anak itu!?
Emak Surti mempercepat langkahnya. Man masih setia mengikuti Emak.
FLASH TO
SCENE 00D
EXT - LOKASI PEMBUATAN VIDEO KLIP DI YOGYAKARTA - MALAM
Bonita masih menyelesaikan lagunya. Dia begitu menghayati lagu yang lagi dinyanyikannya dengan sepenuh penghayatannya. Dari wajah Saskia kita bisa simpulkan kalau Saskia begitu mengagumi penampilan Bonita.
CREDIT TITTLE KEMBALI MUNCUL.
FLASH TO
00E
EXT - MALIOBORO YOGYA - MALAM
Sementara Surti juga sedang menyelesaikan lagunya juga dengan sepenuh hatinya. Keringat sudah banyak membasahi wajah Surti.
FLASH TO
00F
EXT - LOKASI PEMBUATAN VIDEO KLIP DI YOGYAKARTA - MALAM
Bonita tengah menjumpai penggemarnya. Kilatan lampu blitz dari kamera para wartawan yang selalu memburunya beberapa kali terlihat menerpa wajah Bonita. Sementara Saskia, Asistennya Bonita, dengan setia mengikuti langkah Bonita kemanapun pergi. CREDIT TITTLE KEMBALI MUNCUL.
FLASH TO
SCENE 00G
INT - MOBIL DOKTER ANIN - MALAM
Dari dalam mobil Dokter Anin kita bisa ketahui kalau mobil dokter Anin ini tengah menyusuri jalan di sepanjang Malioboro. CREDIT TITTLE LANJUTAN KEMBALI DIMUNCULKAN.
Dari dalam mobil ini juga terlihat saat Pras sedang mengamen dengan teman-temannya. Dokter Anin nampak kaget melihat Pras. Dokter Anin kemudian menghentikan mobilnya.
DOKTER ANIN
(setengah tak percaya)
Pras?
Apa nggak salah lihat aku?
Adikku Pras ngamen?
Dokter Anin setengah tak mempercayai apa yang kini sedang dilihatnya.
FLASH TO
SCENE 00H
INT - LOBBY HOTEL - MALAM
Selarut ini para wartawan masih saja mengejar-ngejar Bonita. Bonita mencoba untuk melayani. Tiba-tiba Bonita merasakan pusing sekali. Tubuhnya gontai. Saskia langsung reflek memegangi tubuh Bonita.. CREDIT TITTLE LANJUTAN MASIH DIMUNCULKAN.
SASKIA
(pada para wartawan)
Cukup!
Saya kira malam ini cukup!
Dia perlu istirahat!
Para wartawan kelihatan kurang puas. Bonita mencoba menengahi.
BONITA
(dengan suara lemah)
Wawancaranya dilanjutkan saja besok di hotel!
Akhirnya para wartawan yang tengah memburu Bonita mencoba untuk mengerti.
FLASH TO
SCENE 00I
EXT - MALIOBORO - MALAM
Saat Pras ngamen dengan teman-temannya, salah seorang temannya yang bernama Bisma tiba-tiba mendekap perut sebelah kanan. Tak lama kemudian Bisma tersungkur. Pras dan teman-temannya menghentikan lagunya. Surti yang tak melihat kejadian itu, karena yang mengiringi pada berhenti, Surtipun jadi penasran. Betapa kagetnya Surti setelah tahu Bisma kini sudah tak berdaya. Pras dan teman-temannya langsung menolong Bisma. CREDIT TITTLE LANJUTAN MASIH DIMUNCULKAN.
Saat Pras menolong Bisma, saat itu juga Dokter Anin nyamperin Pras dan kemudian menarik tangan Pras. Dengan kemunculan Dokter Anin yang tiba-tiba, Pras jadi kaget.
DOKTER ANIN
Pulang kamu!
Memalukan saja kamu ini!
Di trah keluarga besar kita ini nggak ada yang jadi pengamen!
Pras menatap mata Anin dengan tatapan tajam. Dengan kasar Pras kemudian menepis pegangan Dokter Anin. Pras kemudian kembali menolong Bisma. Dokter Anin hanya bisa geleng-geleng kepala saja.
Tak lama kemudian muncul Emak Surti dan juga Man. Surti tentu saja begitu kaget melihat kemunculan emaknya yang tiba-tiba. Emak Surti langsung menarik tangan Surti untuk diajak pulang.
EMAK SURTI
(sembari menarik tangan Surti)
Pulang!
Pulang kamu!
Memalukan!
Anak sinden kondang kok malah ngamen!
Surti mencoba meronta tetapi emnak Surti semakin kuat menariknya.
FLASH TO
00J
EXT - LOKASI PEMBUATAN VIDEO KLIP DI YOGYAKARTA - MALAM
Beberapa wartawan baik dari media cetak maupun dari media eloktronika sedang menunggu kemunculan Bonita. Hari ini Bonita sudah berjanji kalau akan menemui wartawan-wartawan itu.
CREDIT TITTLE LANJUTAN MASIH DIMUNCULKAN.
FLASH TO
OOK
INT - KAMAR HOTEL - PAGI
Wajah Bonita masih kelihatan pucat. Bonita mencoba menyembunyikan sakitnya. Dia ingin mencoba tampil seperti biasa saat ingin menemui wartawan-wartawan yang sudah dijanjikan bertemu dengannya pagi ini, tapi Saskia mencoba untuk melarangnya karena alasan kesehatan Bonita.
SASKIA
(dengan nada khawatir)
Kita panding saja wawancaranya.
Kamu aku anter ke rumah sakit ya?
Kamu kecepean!
BONITA
Aku nggak apa-apa!
Lagi pula aku sudah janji sama mereka!
Aku nggak apa-apa!
Bonita mencoba untuk menahan rasa sakitrnya. Tubuhnya kembali limbung. Saat mau jatuh, saskia kembali menolongnya.Saskia kemudian mendudukkan Bonita.
SAKIA
(menatap dengan tatapan tajam)
Masih mau bilang nggak apa-apa?
(dengan nada tegas)
Kita ke rumah sakit!
Bonitapun kelihatan pasrah. CREDIT TITTLE ENDING DI SINI
FADE OUT
FADE IN
SCENE 01
INT - RUANG DOKTER - SIANG
Bonita, seorang biduanita yang begitu terkenal dan cantik ini harus menerima kenyataan pahit ketika salah seorang dokter yang ditemuinya tengah memfonis kalau dirinya saat ini tengah mengidap penyakit leokimia.
Bola mata Bonita basah oleh air mata. Sementara sang dokter yang masih memegang selembar keterangan laboratnya. Dokter Anin mencoba menenangkan Bonita. Seorang Dokter yang berparas cantik dan juga sebagai Direktur Utama rumah sakit ini mencoba memberikan masukkan pada Bonita dengan penuh kehati-hatian.
DOKTER ANIN
(Bicara dengan penuh bijak sembari memegang tangan Bonita)
Saya ikut sedih dengan penyakit yang tengah kamu derita sekarang.
(dengan suara berat)
Kamu terkena leokimia.
Bonita mencoba untuk tabah mendengar keterangan dari Dokter Anin.
DOKTER ANIN
Kalau saya boleh menyarankan, sebaiknya kamu untuk sementara rawat inap di di sini!
BONITA
(Dengan suara berat)
Ya, Tuhan...
(Diam sesaat. Mencoba untuk tabah )
Seorang penderita leokimia seperti saya, berapa lama lagi kesempatan saya untuk menikmati hidup ini Dok?
Dokter Anin tak langsung menjawab. Dia tatap Bonita lekat-lekat.
DOKTER ANIN
Nita...
Umur itu sepenuhnya kuasa Allah!
Kamu nggak usah memikirkan berapa lama lagi, yang terpenting dalam sisa hidupmu ini bisa kamu isi dengan hal-hal yang berguna untuk bekal menghadap-Nya.
Bonita memejamkan matanya. Air mata Bonita perlahan jatuh di pipinya.
DOKTER ANIN
Bonita...
Bagaimanapun juga, dibalik cobaan yang begitu berat ini, Allah begitu mencintaimu.
Dalam usia yang relatif masih muda, kamu telah mendapatkan anugrah yang begitu besar, Sebagai penyanyi yang begitu terkenal saat ini.
Nampaknya Bonita mencoba untuk menguatkan hatinya.
CUT TO
SCENE 02
INT - RUANG UGD - SIANG
Sementara Pras dan teman-temannya tengah mengantar Bisma di rumah sakit. Nampak Bisma masih kelihatan kesakitan.
PRAS
Jadi kalau saya tak bawa uang sebesar tiga juta hari ini, teman saya nggak bisa dirawat di sini?
Beberapa satpam juga terlihat tengah berjaga-jaga di sini.
PETUGAS RUMAH SAKIT
Hal itu sudah menjadi peraturan rumah sakit Pak!
Pras nampak semakin jengkel.
PRAS
Seandainya kalau ada pasien yang mati di sini karena tidak tertangani, apa juga menjadi peraturan di rumah sakit ini?
PETUGAS RUMAH SAKIT
Maaf, Pak...
Lebih baik bapak menemui saja direktur rumah sakit ini, siapa tahu beliau ada kebijaksanaan tersendiri untuk masalah ini!
Pras terdiam. Pras nampak berpikir. Pras melangkah pergi untuk menemui Direktur rumah sakit.
PRAS
(sembari melangkah pergi)
Rumah sakit ini bener-bener sakit!
CUT TO
SCENE 03
INT - RUANG DOKTER - SIANG
Tampaknya Bonita sudah akan meninggalkan ruangan Dokter Anin.
BONITA
Dok...
Saya minta Dokter untuk merahasiakan penyakit saya ini pada siapapun.
Dokter tahu gimana nanti kalau sampai Wartawan tahu penyakit saya kan? Pasti akan cepet tersebar. Saya nggak mau mama saya tahu!
Mama saya baru saja keluar dari rumah sakit karena sakit jantung!
Saya begitu mencintainya Dok!
Dokter Anin mencoba memahami apa yang kini tengah dikhawatirkan Bonita.
DOKTER ANIN
Akan saya pegang itu!
Mereka berdua saling bertatapan. Bonitapun melangkahkan kakinya untuk segera meninggalkan ruangan Dokter Anin. Ketika Bonita akan membuka pintu, tiba-tiba dari luar ada orang yang lebih dulu membukanya. Yang membuka pintu itu adalah Pras. Betapa kagetnya Dokter Anin dengan kemunculan Pras yang tiba-tiba itu. Pras dan Bonita sempat berbenturan tubuhnya. Pras dan Bonita sempat beradu pandang beberapa saat. Bonita melangkah keluar meninggalkan ruangan Dokter Anin.
CUT TO
SCENE 04
EXT - DEPAN RUANG DOKTER ANIN - SIANG
Bonita keluar dari ruangan Dokter Anin. Di sini masih terlihat Pras yang tengah menemui Dokter Anin. Setelah ketemu dokter Anin, Pras langsung menumpahkan kejengkelannya. Bonita sempat mendengarkan apa yang dikatakan Pras. Sementara itu terlihat Saskia, seorang wanita yang usianya hampir sepantar dengan Bonita tengah sibuk bicara lewat HP-nya. Saskia ini boleh dikatakan sebagai managarnya Bonita. Saskia sempat melihat Bonita keluar dari ruangan Dokter Anin.
PRAS
Rumah sakitmu ini bener-bener sakit!
Apa kelihatannya saya ini orang yang akan lari dari tanggung jawab hingga pegawaimu itu menolak merawat teman saya dalam kondisi sakratul maut gara-gara nggak bawa uang?
Terlihat Dokter Anin menutup pintu ruangannya. Bonita kemudian melangkah pergi. Saskia yang masih bicara lewat HP mencoba mengikuti langkah Bonita.
SASKIA
Nggak apa-apa Pak Bob, saya kira dia cuma kecapean saja!
Ok. Nanti saya kabari lagi!
Saskia menutup HP-nya.
SASKIA
Gimana Nit?
BONITA
Kan kamu sudah tahu kalau saya cuma kecapean saja!
Beberapa orang yang ada di rumah sakit sempat melihat Bonita. Ada juga salah seorang yang minta tandatangannya Bonita. Bonitapun dengan senang hati melayaninya.
CUT TO
SCENE 05
INT - RUANGAN DOKTER ANIN - SIANG
Dokter Anin masih bersitegang dengan Pras.
DOKTER ANIN
Kamu itu yang sakit!
Ini semua peraturan rumah sakit, dan peraturan itu juga berlaku dimana-mana.
Kamu pikir papa kita membangun rumah sakit ini cukup dengan mengucap simsalabim, terus berdiri rumah sakit ini?
Kamu ini memang kacau! Selalu saja bikin masalah!
Disuruh kuliah di kedokteran agar kelak bisa memegang rumah sakit ini, malah minggat dari rumah, milih kuliah di fakultas jrang-jreng-jrong!
Kini bisa berbuat apa kamu dan teman-temanmu dengan musikmu? Bisa apa?
PRAS
Cukup!
Aku nggak perlu berdebat dengan kamu!
Pras menarik nafas dalam-dalam. Mengambil box telpon dan kemudian memberikan box telpon itu pada Dokter Anin.
PRAS
Tolong...
Selamatkan nyawa temanku!
Percayalah, saya dan teman-teman akan membayarnya.
DOKTER ANIN
Dari mana uangnya?
Dari hasil ngamenmu?
Walaupun kalian kumpulkan uang ngamen itu bertahun-tahun, tak akan sanggup untuk melunasinya.
Pras mencoba untuk meluluhkan hati Dokter Anin.
PRAS
(dengan emosi yang berbeda)
Mbak...
Aku mohon...
Dokter Anin menarik nafas dalam-dalam.
DOKTER ANIN
Oke! Tapi kamu harus janji!
Gimana?
PRAS
Apa itu?
DOKTER ANIN
Kamu harus kembali ke rumah.
Minta maaf sama papa.
Selain itu kamu harus meninggalkan fakultas jrang-jreng-jrongmu itu dan segera kuliah di kedokteran.
Gimana?
Pras nampak berpikir keras. Dokter Anin kemudian mengambil box telpon yang dibawa Pras dan kemudian meletakkan ke meja kerjanya.
DOKTER ANIN
Kalau nggak mau, biar aku telpon anak buahku untuk segera menyuruh pergi temanmu dari rumah sakit ini!
PRAS
Oke!
Aku mau!
DOKTER ANIN
Kamu tidak sekedar bikin kakakmu ini senang kan?
Pras mencoba meyakinkan.
PRAS
(dengan suara yang sedikit tinggi)
Oke Dokter Anin.
Aku akan segera pangkas rambut, tinggalkan gitarku dan segera masuk di fakultas kedokteran.
Setelah aku jadi Dokter, akan aku pimpin rumah sakit ini.
PRAS
Tahu apa yang akan aku lakukan di hari pertama mimpin di sini?
Akan aku pecati orang-orang yang tidak bersedia menerima temanku tadi!
Anin tersenyum. Anin kemudian menekan beberapa nomor untuk menghubungi anak buahnya.
PRAS
Mbak, jangan beritahu kalau aku ini sebenarnya adikmu!
DOKTER ANIN
Kenapa?
PRAS
Nanti akan bocor!
Sampai saat ini teman-temanku nggak ada yang tahu kalau aku ini....
Dokter Anin langsung memotong.
DOKTER ANIN
Siapa mau ngakuin adik yang bau seperti kamu?
Bikin jatuh martabat saja!
Siapa nama temanmu?
PRAS
Bisma!
DOKTER ANIN
Bagus juga nama temanmu!
Dokter Aninpun kemudian bicara dengan salah seorang anak buahnya di telpon.
DOKTER ANIN
Halo?
Saya minta pasien yang bernama Bismo untuk segera ditangani.
Administrasinya menyusul!
Ya, orangnya masih di sini.
Nggak tahu dia nanti bisa bener-bener tanggung jawab apa nggak, kita percaya saja deh!
Dokter Anin menutup telponnya. Pras kemudian tersenyum. Sebelum pergi, Pras mencium pipi Dokter Anin. Dokter Aninpun tersenyum akan kelakuan adiknya ini.
CUT TO
SCENE 06
INT - KAMAR HOTEL - SIANG
Bonita menatap cermin yang ada di kamar hotel. Di sini terngiang nasehatnya Dokter Anin. Bola mata Bonita nampak berkaca. Kita juga melihat kalau Bonita berusaha untuk tabah. Bonita kemudian melihat foto dirinya dengan mamanya pada layar HP-nya.
BONITA
Ya, tuhan...
Kenapa kau berikan cobaan seberat ini?
Perlahan air mata Bonita jatuh di pipinya.
CUT TO
SCENE 07
INT - TEMPAT KONTRAKKAN PRAS - SIANG
Pras dan teman-temannya yang bernama Sarpo, Kun dan juga Anton berada di rumah kontrakkannya. Dirumah ini kita bisa melihat beberapa alat musik. Celo, ukulele, gitar dan juga sebuah biola. Alat-alat musik inilah yang dipakai mereka untuk mengamen di malam harinya. Selain itu kita bisa melihat beberapa sangkar burung yang digantung yang tertutup kerodong.
Terlihat Sarpo sedang menghitung uang dari hasil ngemennya. Nampaknya uang yang mereka kumpulkan selama ini tidaklah begitu banyak. Sementara itu kita bisa melihat Pras tengah mengerodong sangkar burung yang lainnya.
SARPO
Semua ada tujuh ratus ribu tujuh ratus rupiah.
Setelah tahu berapa uang yang sudah mereka kumpulkan, Pras kelihatan begitu gelisah. Pras menggantungkan sangkar burung yang sudah dikerodong.
PRAS
Berarti mulai malam nanti kita bener-bener harus bekerja keras.
Kita perlu banyak uang untuk bayar rumah sakit!
Tiba-tiba muncul Surti. Butiran-butiran keringat masih tampak di kening Surti. Surti ini adalah Biduanita andalan grupnya Pras. Surti kemudian memberikan beberapa lembaran uang yang cukup banyak untuk ukuran mereka. Lembaran uang itupun kemudian dia berikan pada Pras.
SURTI
Mudah-mudahan uang ini bisa untuk tambah-tambah.
PRAS
Kamu dapat darimana uang sebanyak ini?
SURTI
Aku jual kalungku!
Pras kemudian menatap leher Surti, tapi di leher itu masih melingkar sebuah kalung.
PRAS
Lha itu kalungmu masih!
Surti menjatuhkan pandangannya ke tanah.
SURTI
Imitasi.
Takut kalau Emak nanti menanyakan!
Pras berpikir. Surti sedikit memaksa Pras untuk menerima uang itu. Uang itupun kemudian diterima Pras..
PRAS
Terimakasih Sur!
SARPO
Ikut ngamen to Sur nanti malam?
Dan uang itupun kemudian diberikan pada Sarpo untuk disimpan.
PRAS
Nggak usah dulu lah!
Emaknya kan nggak suka kalau dia ikut ngamen!
KUN
Tapi Pras, mana bisa kita dapat uang banyak kalau tanpa dia?
SURTI
Benar Mas Pras!
Bukannya kita sedang butuh banyak uang?
Pras nampak berpikir.
DISSOLVE INTO
SCENE 08
EXT - NGEJAMAN YOGYAKARTA - MALAM
Ngejaman ini letaknya tak jauh dari Malioboro. Sebuah jam tua ini menunjukkan pukul sembilan malam.
CUT TO
SCENE 09
EXT - SEKITAR BENTENG VREDERBERG YOGYA - MALAM
Di sekitar benteng Vandenberg, benteng peninggalan jaman belanda yang terletak di ujung jalan Malioboro ini akan diadakan shoting video klip-nya Bonita.
Crew pembuatan vidio klip ini kelihatan sibuk menyiapkan segala sesuatunya untuk kepentingan pengambilan gambar. Kamera menyisir Surtibukan ini hingga menemukan Bonita, biduan cantik yang masih naik daun ini sedang dimakeup
CUT TO
SCENE 10
EXT - TEMPAT MANGKIRNYA GERBONG-GERBONG TUA - MALAM
Kita menyaksikan Surti, sang biduanita jalanan tengah membedaki wajahnya dengan bedak murahan. Sementara Pras, Sarpo, Kun dan juga Anton, tengah latihan dengan lagunya yang akan digunakan untuk ngamen malam ini.
SARPO
(pada Surti)
Sudah nggak usah cantik-cantik!
Kayak mau manggung saja!
Surti nampak cuek saja. Sarpo jadi sedikit kesel. Sarpo kemudian menghampiri Surti yang tengah mempercantik diri.
SARPO
Udah!
Nggak usah ketebelen, nanti malah kayak setan!
Surti kelihatan jengkel.
SURTI
Wong edan!
Katanya malam ini kita pingin dapet duit banyak, apa salahnya aku sedikit tampil beda?
SARPO
Buat penampilan, apa biar Pras jatuh hati sama kamu?
Surti bangkit dari duduknya.
SURTI
(kesel)
Crewet!
Surtipun melangkah pergi. Sarpo hanya cengar-cengir saja.
SARPO
(pada teman-temannya. Dengan bahasa preman jogya)
Dayi dab!
Pras, Kun dan Anton langsung melangkah mengikuti Sarpo dan Surti.
CUT TO
SCENE 11
EXT - MALIOBORO - MALAM
Tampakkan seorang laki-laki yang sudah berumur tengah menawarkan wayang kulit pada salah seorang turis asing. Laki-laki yang sudah berumur ini bapaknya Surti. Bahasa ingrisnya bapaknya Surti walaupun kaku tapi bisa untuk komunikasi sama turis asing itu. Turis asing itu tengah mengamati wayang kulit yang ditawarkan bapaknya Surti.
Trelihat Surti tengah berjalan menyusuri Malioboro. Surti berpapasan sama bapaknya. Bapaknya Surti sempat menatap Surti dan juga teman-temannya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
Surti sempat melewati bapaknya. Surti nampak berpikir. Surti putuskan untuk menemui bapaknya.
SURTI
Pak!
Bapaknya Surti tak menggubris Surti. Bapaknya Surti masih asik merayu turis yang tengah mengamati wayangnya. Surti nampak jengkel.
SURTI
(meninggikan suaranya)
Pak!
BAPAKNYA SURTI
(kesel)
Ono opo?
SURTI
Nggak usah bilang sama Emak kalau aku ikut ngamen lagi!
Bapaknya Surti kembali sibuk dengan turis asing itu. Diperlakukan seperti itu tentu saja membuat Surti semakin jengkel.
SURTI
Bapak ini lho!
Diajak ngomong kok...
BAPAKNYA SURTI
Iya!
Iya!
Aku ini nggak budeg!
(dengan turis. Dengan bahasa ingris sedapetnya)
Gimana Tuan? Five dolar! Okey?
Nampaknya turis itu tak tertarik. Wayang kulit itu dikembalikan pada bapaknya Surti. Tahu kalau turisnya pergi, Surti langsung menarik tangan bapaknya.
SURTI
Tenan ya Pak!
Jangan ngomong emak!
BAPAKNYA SURTI
(kesel)
Iya!
Iya!
Gara-gara kamu, turisnya minggat!
Surti langsung melangkah pergi.
CUT TO
SCENE 12
INT - RUMAH SURTI - MALAM
Emaknya Surti tengah memarahi Dartik. Dartik ini kakaknya Surti.
EMAKNYA SURTI
Cari Surti sampai ketemu!
Pasti dia ngamen di Malioboro lagi!
DARTIK
Kalau nggak mau Mak?
EMAKNYA SURTI
Seret dia!
Bikin malu saja.
Anaknya sinden kondang kok hanya ngamen di pinggir jalan!
Sudah sana!
Dengan wajah cemberut, Dartik pergi juga untuk mencari Surti.
CUT TO
SCENE 13
EXT - LOKASI PEMBUATAN VIDEO KLIP - MALAM
Sang Sutradara pembuatan video klip memberikan aba-aba untuk take. Bonita mulai beraksi. Kini kita bisa melihat betapa hebatnya sesosok Bonita dalam membawakan lagunya.
CUT TO
SCENE 14
EXT - LESEHAN DI MALIOBORO - MALAM
Surti juga tengah memamerkan suaranya. Sementara Pras dan teman-temannya begitu bersemangat mengiringi suaranya Surti.
CUT TO
SCENE 15
INT - RUMAH SURTI - MALAM
Tampakkan Bapaknya Surti pulang dari berjualan wayang kulitnya. Beberapa wayang kulit yang nggak laku diletakkan kembali ke tempatnya. Di situ juga sudah ada beberapa wayang kulit yang siap untuk dipasarkan. Sementara itu Emaknya Surti masih khawatir karena Surti nggak juga kunjung pulang.
EMAKNYA SURTI
Di Malioboro nggak ketemu Surti pak?
BAPAKNYA SURTI
Nggak!
Lagi pula dia itu kan sudah besar, kenapa kamu selalu saja ngurung dia di rumah? Apa sih yang kamu khawatirkan kalau dia ikut ngamen di Malioboro?
Toh yang dia ikuti itu anak baik-baik, tidak sembarang pengamen.
Mereka semua itu pada kuliah di seni musik lho!
EMAKNYA SURTI
Pengamen, ya tetap saja pengamen.
Bikin jatuh martabat saja!
Pokoknya saya nggak setuju kalau Surti itu ikut-ikutan ngamen, titik!
Anaknya sinden kondang kok ngamen di jalanan?
Apa nanti kata orang?
BAPAKNYA SURTI
Kamu sinden, punya anak penyanyi, itu klop, nggak usah dibingungkan.
Kalau kamu sinden dan Surti jadi sopir truk, itu baru boleh bingung!
EMAKNYA SURTI
Pokoknya enggak! Enggak!
CUT TO
SCENE 16
EXT - TEMPAT PEMBUATAN VIDEO KLIP - MALAM
Bonita masih mendendangkan akhir dari lagunya. Tak lama kemudian selesailah sudah Bonita membawakan lagunya.
SUTRADARA
Cut!
Para crew dan juga para penonton langsung bertepuk tangan.
CUT TO
SCENE 17
EXT - LESEHAN DI MALIOBORO - MALAM
Surti juga tengah membawakan akhir dari lagunya. Setelah selesai, tak ada seorangpun yang memberikan tepuk tangan padanya. Yang ada hanyalah butiran keringat yang tengah membasahi wajahnya. Sementara orang-orang masih saja menikmati santapan malamnya.
Setelah Surti beraksi, kini giliran Sarpo untuk mengumpulkan uang saweran dengan topinya. Gemrincingnya uang logam dan beberapa lembaran ribuan adalah jerih payah kreatifitas pengamen jalanan ini. Tiba-tiba ada salah seorang turis asing yang begitu tertarik dengan penampilan mereka memberikan selembar uang lima puluh ribu rupiah. Tentu saja hal ini membuat Sarpo terkulum senyum pada turis itu.
CUT TO
SCENE 18
EXT - SEKITAR LOKASI PEMBUATAN VIDEO KLIP - MALAM
Gambar dimulai dengan minuman kaleng yang dibuka hingga terdengar bunyi dan juga keluarnya asap tipis dari minuman kaleng itu. Kini kita bisa mengetahui kalau yang membuka minuman kaleng itu adalah Bonita. Bonitapun kemudian meminum minuman kaleng itu. Sementara Bonita meminum minuman kaleng, seorang make up sibuk mengelap keringat Bonita dengan lembaran-lembaran tisue.
CUT TO
SCENE 19
EXT - MALIOBORO - MALAM
Sambil jongkok Surti menenggak air mineral. Sementara terlihat keringat yang membasahi kening Surti. Sesekali Surti mengusap keringat itu dengan lengannya.
Di sini juga terlihat Sarpo yang tengah menghitung uang hasil sawerannya. Setelah menghitung Sarpopun kemudian melangkah menghampiri Pras.
SARPO
Pras, kita hanya dapat tujuh puluh lima ribu rupiah, itu saja karena ada bule yang baik hati yang ngasih limapuluh ribu rupiah.
Gimana Pras?
Pras menarik nafas dalam-dalam. Pras kemudian melihat jam rantai yang selalu dimasukkan pada saku celananya.
PRAS
Kita teruskan lagi.
Mudah-mudahan Tuhan tahu akan kesulitan yang kita hadapi sekarang ini.
Pras kembali melangkah untuk kembali beraksi.
CUT TO
SCENE 20
EXT - SEKITAR LOKASI PEMBUATAN VIDEO KLIP - MALAM
Bonita menatap para crew yang sedang memberesi peralatannya. Sementara terlihat Saskia sibuk mengemasi baju-bajunya Bonita.
BONITA
(dengan suara pelan)
Ya, Tuhan...
Haruskan aku tinggalkan pekerjaan yang aku cintai secepat ini?
Mata Bonita menerawang dan berkaca-kaca. Sementara kita melihat HP Bonita yang selalu dibawa Saskia berbunyi. Saskia melihat layar HP itu. Saskia tahu kalau yang menelpon tadi adalah Pak Bob. Saskia memberikan HP itu pada Bonita.
SASKIA
Dari pak Bob!
BONITA
Kamu saja yang nerima.
SASKIA
Jangan gila kamu!
Ini Produser kamu!
Bonitapun langsung melangkah pergi. Dengan terpaksa Saskia mengangkat HP itu dan berjalan mengikuti Bonita.
SASKIA
Halo?
Saya Pak Saskia.
Udah, baru saja selesai.
Dia lagi ganti baju.
Iya dong!
Besok kita akan segera balik ke Jakarta.
Baik Pak!
Saskia kemudian menutup HP itu. Saskia mengejar langkah Bonita.
SASKIA
Gila kamu Nit!
Ada apa sih kamu?
BONITA
Saya lagi capek!
Dan kalau dia nelpon lagi, saya nggak mau diganggu!
Dan katakan saya butuh istirahat di sini barang dua atau tiga hari lagi.
SASKIA
Jangan aneh-aneh deh kamu!
Lagian mana mungkin Pak Bob membolehkan kamu lama-lama di sini.
Kalau emang capek, di Jakarta kan juga bisa istirahat Non!
BONITA
Aku pingin di sini, di Yogya!
Kota yang pernah membesarkan aku!
Bonita mempercepat langkahnya. Saskia berusaha untuk mengejarnya.
CUT TO
SCENE 21
EXT - MALIOBORO - MALAM
Sebelum memainkan musiknya, Sarpo membukanya dengan beberapa kata-katanya. Tentu saja semua ini dilakukan Sarpo untuk mengetuk pintu hati pendengarnya untuk bisa memberi uang lebih banyak untuk menyawer.
SARPO
Selamat malam!
Selamat menikmati santap malam di lesehan Malioboro.
Mudah-mudahan musik kami akan menambah kenikmatan anda malam ini.
Hari ini adalah hari yang begitu penting bagi kelompok musik kami.
Kami sedang mengumpulkan uang untuk biaya salah seorang personil kami yang kini tengah tak berdaya di sebuah rumah sakit.
Pras nampaknya kurang suka dengan apa yang telah dikatakan Sarpo. Pras kemudian secara diam-diam pergi begitu saja. Setelah Pras pergi, beberapa personil lain lain mengikuti, juga Surti. Tahu kalau semua pada pergi, Sarpopun kemudian ikut pergi. Tentu saja hal ini membuat orang-orang yang tengah menikmati makan malamnya pada senyum-senyum.
CUT TO
SCENE 22
EXT - MALIOBORO - MALAM
Bonita berjalan menyusuri Malioboro. Sementara Saskia mencoba mengejarnya sambil membawa HP Bonita yang berbunyi.
SASKIA
Nita!
Jangan main-main kamu!
Ini pak Bob!
Kamu harus bicara padanya!
Please Nita, please!
Bonita menghentikan langkahnya. Bonita berpikir sejenak. HP masih berbunyi. Bonita kemudian memutuskan untuk menerimanya.
BONITA
(bicara lewat HP)
Halo?
Udah seleseai!
Pak, hari ini saya benar-benar kecapean!
Saya butuh dua atau tiga hari untuk di Yogya!
Saya pingin istirahat di sini! Menenangkan pikiran!
CUT TO
SCENE 23
INT - RUANG KERJA PAK BOB - MALAM
Pak Bob tengah bicara dengan Bonita lewat HP-nya.
PAK BOB
Kamu bercanda kan?
(diam sesaat)
Nggak bisa Nita.
Scedul kamu begitu rapat.
Besok malam ada jumpa pers untuk album barumu.
Beberapa hari kemudian kamu harus bersiap-siap pentas di sepuluh kota besar.
Nggak bisa!
Nggak bisa diundur.
Kamu jangan mulai macam-macam deh!
Jangan mentang-mentang kamu sekarang lagi ada di atas!
Ingat, kamu lagi berhadapan sama siapa?
Bisa saja saya dengan sekejab menjatuhkan kamu.
Pikirkan lagi Bonita!
Terlihat dari wajahnya kita bisa tahu kalau Pak Bob ini masih begitu kesal dengan Bonita.
CUT TO
SCENE 24
EXT - MALIOBORO - MALAM
Bonita masih bicara sama Pak Bob lewat HP-nya.
BONITA
(dengan suara berat)
Ya, sudahlah!
Mendengar apa yang dikatakan Bonita, Saskia tersenyum. Bonita menarik nafas dalam-dalam.
SASKIA
(sembari mengepalkan tangannya. Dengan suara hampir tak terdengar)
yes!
Bonita kembali bicara dengan Pak Bob.
BONITA
Apa yang dilakukan pak Bob, saya ngikut saja.
Keputusan saya sudah bulat.
Saya akan tinggal beberapa hari di sini.
Saya ingin menikmati hidup di kota yang pernah membesarkan saya.
Mungkin juga akan selamanya di sini!
Bonita menutup telponnya. Saskia tentu saja nggak mengira kalau Bonita bisa senekat itu. Bonita kembali melangkah menyusuri Malioboro. Sambil berjalan Saskia mencoba menyadarkan Bonita.
SASKIA
Kiamat! Kiamat!
Bakal kiamat deh kita!
(menarik tangan Bonita. Menatap tajam mata Bonita)
Nita...
Please...
Nasib saya juga ada ditanganmu.
Kamu ingat saat kita mau beli bedak yang murahan saja nggak bisa?
Jangan Nit! Jangan buang begitu saja sesuatu yang sudah kamu dapatkan dengan banyak mencucurkan keringat ini.
(menyodorkan HP) Telpon Pak Bob! Cabut lagi omonganmu!
Bonita kembali meneruskan langkahnya. Disini kita sudah mendengar suara Pras saat memarahi Sarpo.
PRAS (OS)
Kamu tadi bener-bener seperti pengemis.
Kita memang lagi terjepit, terdesak dengan keadaan...
CUT TO
SCENE 25
EXT - MALIOBORO - MALAM
Pras tengah memarahi Sarpo. Nampaknya Pras bener-bener nggak suka dengan apa yang tadi dikatakan Sarpo. Sementara dari wajah Sarpo bisa kita lihat sebuah rasa sesal.
PRAS
Tapi kita ini tidak sedang menjual belas kasihan!
Bonita yang diikuti Saskia lewat di depan Pras. Pras dan Bonita sempat beradu pandang. Setelah melihat Pras, Bonita memelankan langkahnya.
PRAS
Biarkan orang-orang memberikan uang karena suka dengan apa yang kita suguhkan.
Kita ini memang pengamen jalanan, tapi jangan sampai kita ini punya mental jalanan.
SARPO
Tapi, bukankah kita saat ini perlu banyak uang untuk biaya rumah sakitnya Bismo?
PRAS
Ya! Tapi tidak dengan cara begitu!
Kita ini bukan pengemis!
Ingat baik-baik itu!
Tampakkan Bonita bicara dengan Saskia.
BONITA
Bukankah laki-laki itu yang tadi ketemu saya di rumah sakit?
Saya akan bantu mereka.
SASKIA
Jangan gila kamu!
Jangan aneh-aneh!
Kamu ini nggak nyadar apa?
Kamu ini Bonita!
Penyanyi top!
Lagipula siapa dia? Siapa kita?
Masalah dia butuh uang banyak untuk temannya, itu bukan urusan kita.
Emangnya kamu ini Emaknya?
Bonita tak menghiraukan omongan Saskia. Bonita berjalan menghampiri Pras.
BONITA
Maaf...
Saya mengganggu?
Pras terdiam. Beberapa teman Pras saling menyenggol. Tahu kalau di depannya itu Bonita, biduan terkenal, Surti langsung menghampirinya.
SURTI
(penuh kekaguman)
Bonita?
Kaki Sarpo menendang Surti.
SURTI
Maksud saya, Mbak Bonita ini kan?
Bonita tersenyum.
SURTI
Gustialah...
Kenapa orang seterkenal embak bisa jalan-jalan ke sini?
SASKIA
Orang terkenal yang lagi kacau!
SURTI
Kalau saya Surti Mbak! Juga biduan seperti Embak! Tapi biduan pinggiran jalan!
Bonita dan Pras saling beradu pandang. Pras kelihatan biasa-biasa saja menghadapi Bonita.
PRAS
Mau apa kamu?
Berhadapan dengan Pras yang tampan dan berpenampilan dingin-dingin saja ini membuat Bonita jadi salah tingkah.
BONITA
Maaf...
Sebenarnya kita ini pernah bertemu di rumah sakit.
PRAS
O,ya?
BONITA
Selain itu, saya tadi juga mendengar apa yang kalian bicarakan.
(diam sesaat)
Siapa tahu saya ini bisa membantu, bisa sedikit meringankan.
Nampaknya Pras jadi tersinggung.
PRAS
Saya tahu, kamu ini penyanyi terkenal!
Punya banyak uang!
Tapi maaf, kalau kamu punya tujuan untuk bersedekah, kamu salah orangnya.
Berikan saja sedekahmu ini pada pengemis, bukan pada kami!
Kata-kata Pras justru menyulut kemarahan saskia.
SASKIA
Sombong banget sih kamu?
Masih jadi gembel, belagu!
Bonita mencoba menenangkan Saskia.
SASKIA
Sas...
Tiba-tiba muncul Dartik, kakaknya Surti.
DARTIK
(sambil menarik tangan Surti)
Pulang kamu!
Pulang!
Bikin pusing saja!
Surti mencoba meronta. Nampaknya tenaga Dartik lebih kuat dari Surti.
SURTI
Nggak mau!
Lepaskan!
DARTIK
Bikin malu saja!
Suasana semakin memanas. Saskia menarik tangan Bonita.
SASKIA
Sebelum semuanya jadi kacau, kita harus segera meninggalkan gembel-gembel ini!
BONITA
Sas, aku minta kamu untuk menjaga omonganmu!
Surti sudah menjauh. Bonita menghampiri Pras.
BONITA
Kalau kamu nggak mau menerima uang saya, gimana kalau saya ikut ngamen bersama kalian untuk menggantikan biduanmu itu?
Mata Saskia terbelalak mendengar tawaran Bonita.
SASKIA
(keget)
What?
CUT TO
SCENE 26
EXT - LESEHAN DI MALIOBORO - MALAM
Pras dan teman-temannya menghentakkan alat musiknya. Bonita mulai beraksi. Suasana malam ini begitu meriah dengan penampilan Bonita yang ikut ngamen. Para penonton semakin lama semakin banyak. Praspun mulai bisa tersenyum.
CUT TO
SCENE 27
EXT - DEPAN RUMAH SURTI - MALAM
Keributan antara Surti dan Dartik terbawa sampai depan rumahnya.
SURTI
Kamu itu cuma iri sama aku kan?
Iri karena kamu nggak bisa nyanyi kan?
DARTIK
Diam!
SURTI
Atau kamu cemburu karena aku semakin dekat saja dengan Mas Pras!
DARTIK
Tutup mulutmu!
SURTI
Memangnya aku nggak tahu kalau kamu naksir Mas Pras?
Dartik tak kuasa lagi menahan amarahnya. Ketika tangannya diayunkan untuk menampar Surti, Emaknya Surti muncul dari dalam rumah.
EMAKNYA SURTI
Dartik!
Kamu itu hanya Emak suruh mencari dia, bukan untuk nggebukki dia!
Dartikpun mengurungkan niatnya untuk menampar Surti. Dartikpun kemudian masuk ke dalam rumah. Ketika Surti mau kembali pergi, Emaknya langsung mengejarnya.
EMAKNYA SURTI
(Sembari menarik tangan Surti)
Mau minggat lagi kamu?
SURTI
Mak, sekali ini saja Mak!
Emaknya Surti langsung menarik Surti masuk kedalam rumah.
EMAKNYA SURTI
Enggak!
Kalau Emak sampai dengar, apalagi melihat sendiri kamu ngamen, tak bakar kamu!
Di hadapan Emaknya Surti nggak bisa berbuat apa-apa.
SURTI
Sekali ini saja Mak!
Sekali ini saja!
Surti kemudian diseret di bawa masuk ke dalam rumah.
CUT TO
SCENE 28
EXT - LESEHAN MALIOBORO - MALAM
Penampilan Bonita begitu menyedot perhatian orang-orang yang kebetulan lewat di Malioboro. Dengan topinya Sarpo mengumpulkan uang saweran. Banyak sekali orang yang memberikan sawerannya. Terlihat Saskia begitu gelisah.
DISSOLVE INTO
SCENE 29
EXT - MALIOBORO - MALAM
Hari yang lain. Bonita semakin menikmati sebagai Biduanita jalanan. Sementara Sarpo semakin bersemangat mengumpulkan uang sawerannya. Sementara terlihat Saskia dengan lesunya duduk di trotoar Malioboro. Dari kejauhan Surti juga melihat saat Bonita beraksi.
DISSOLVE INTO
SCENE 30
EXT - MALIOBORO - MALAM
Hari yang lainnya lagi. Tampakkan Bonita masih bergabung dengan kelompoknya Pras. Sementara Saskia masih belum percaya dengan apa yang dilakukan Bonita. Terlihat ada salah seorang Wartawan yang akan mengambil gambarnya Bonita. Saskia langsung menghalang-halanginya. Terjadilah adu mulut antara Saskia dan Wartawan itu. Wartawan itu ngotot untuk mengambil gambar Bonita. Semakin lemaslah Saskia mengetahui hal ini. Surti kembali mun-
Cul. Saat ini terbersit rasa jengkel pada Bonita mulai merayapi hati Surti.
CUT TO
SCENE 31
INT - RUANG TAMU RUMAH BONITA - SIANG
Terlihat gambar Anita yang masih ngamen dengan kelompoknya Pras terpampang di depan sebuah tabloid. Ternyata yang sedang membaca tabloid itu adalah mamanya Bonita. Sementara pak Bob hanya terdiam menunggu reaksi dari Mamanya Bonita.
PAK BOB
Hal itulah yang menyebabkan saya ke sini nemuin ibu!
Karena saya lihat tidak ada etiket baik dari Bonita untuk menyelesaikan masalah yang ada sangkutannya dengan saya, produsernya.
Sementara saya sudah mengatur segala sesuatunya untuk album terbarunya. Dan itu uang semua.
Kalau Bonita masih saja tidak ada reaksi, maaf, dengan terpaksa saya akan menggunakan jalur hukum.
Mudah-mudahan ibu bisa membujuknya agar dia mau pulang ke Jakarta untuk nemuin saya.
(bangkit dari duduknya)
Selamat siang bu!
Pak Bob itupun langsung melangkah pergi. Bola mata ibunya Bonita langsung berkaca. Nafas ibunya Bonita nampak terasa berat.
IBUNYA BONITA
Ya, Tuhan...
Ada apa sebenarnya dengan dia?
Dia tidak biasanya seperti ini.
Muncul Anita dari pulang sekolah. Anita ini adiknya Bonita. Sekarang duduk di kelas 3 SMU. Tahu kalau ibunya sesak nafas, Anita langsung bergegas untuk menolongnya.
ANITA
Ke rumah sakit ya Bu?
IBUNYA BONITA
(dengan suara berat)
nggak!
Nggak usah!
Sebentar lagi juga baikan.
Diam sesaat. Menatap Anita.
IBUNYA ANITA
Gimana? Sudah ada kabar dari kakakmu?
ANITA
Belum.
Kata Mbak Sas, Mbak Nita ganti nomer HP-nya.
IBUNYA BONITA
Ada apa sebenarnya dengan dia?
Kita harus segera menyusulnya.
ANITA
Tapi...
IBUNYA BONITA
Sudah, ibu nggak apa-apa.
Nafas ibunya Bonita kelihatan semakin membaik.
CUT TO
SCENE 32
INT - KAMAR HOTEL - SIANG
Bonita tengah menatap wajahnya di cermin kamar hotel.
BONITA
Allhamdulillah...
Dalam sisa usiaku yang begitu pendek ini masih bisa berbuat sesuatu untuk orang lain.
Ternyata sudah begitu banyak waktuku yang terbuang hanya untuk mengejar kesenanganku sendiri.
Tuhan...
Air mata Bonita mulai jatuh di pipinya.
BONITA
Tuhan...
Berilah kesempatan lebih lama lagi agar saya bisa lebih banyak lagi melakukan hal-hal yang bisa berguna bagi orang lain.
Tiba-tiba muncul Saskia dengan membawa tabloid. Tabloid itu langsung diletakkan di dekat Bonita.
SASKIA
Baca ini Nita!
Baca!
(mengambil HP Bonita dan kemudian memberikannya)
Hubungi Pak Bob sebelum terlambat.
BONITA
Nggak!
Bonita mengambil T Shirt dan juga celana Jean-nya. Bonita kemudian masuk ke dalam kamar mandi hotel.
SASKIA
Please Nita...
Jangan keras kepala kamu.
Semua ini untuk masa depanmu.
Bonita menyahut dari dalam kamar mandi.
BONITA (OS)
Pokoknya enggak!
SASKIA
Ya, Tuhan...
Cepatlah sadar Nit!
Yang menggantungkan hidup di pundakmu itu orang banyak!
Kalau kau sudah siap untuk kembali hidup sengsara, bagaimana dengan mereka?
Pikir baik-baik sebelum kamu menyesalinya.
Bonita keluar dari dalam kamar mandi sudah memakai T-Shirt dan bercelana jean. Bonita nampak kelihatan santai dan cantik memakai pakaian seperti itu.
BONITA
Saskia...
Ada apa sih kamu ribut terus?
Apa kamu nggak senang melihat saya senang?
SASKIA
Justru itu saya ribut, karena saya nggak kepingin melihat kamu menderita lagi.
Dan kamu sekarang ini tengah berjalan ke arah sana! Sadarlah! Sudahi keisenganmu dengan gembel-gembel itu!
BONITA
Saya tidak lagi iseng!
Dan mereka bukan gembel!
Bonita mengambil tasnya.
SASKIA
Mau kemana?
BONITA
Itu urusan saya.
Sas, kalau kamu keberatan ikut aku, kamu boleh pulang ke Jakarta.
Uang pesawat dan gajimu sudah aku siapkan!
Bonita mengambil amplop dan amplop itu diberikan pada saskia. Dengan berat hati Saskiapun menerimanya.
BONITA
Aku minta maaf jika selama ini aku punya salah denganmu.
Ada kata-kata dan tindakkanku yang tidak berkenan buat kamu.
SASKIA
Nita...
BONITA
Sudahlah! Kamu nggak perlu membujuk aku lagi karena sudah aku putuskan untuk meninggalkan Jakarta.
SASKIA
Tidak semudah itu Nita!
BONITA
Aku tahu.
Aku juga sudah siap menghadapi Pak Bob!
Siap dengan apa saja yang akan ditimpakan padaku!
SASKIA
Lalu bagaimana dengan Ibumu?
Apa yang akan terjadi jika dia tahu semua ini, sedangkan...
BONITA
Jodoh, rejeki dan maut itu kuasa Allah!
Panjang pendeknya umur tak ada satu manusiapun yang tahu.
Bisa saja aku yang sekarang kelihatan segar bugar ternyata umurku lebih pendek dari ibuku.
Mereka berdua saling menatap. Mata Bonita nampak berkaca-kaca.
BONITA
Terimakasih kamu sudah bersedia mengikuti perjalananku.
Bersedia ikut merasakan bagaimana berat dan susahnya untuk menjadi seorang Biduan tenar.
Bonita kemudian mencium kedua pipi Saskia. Setelah itu Bonita melangkah pergi meninggalkan kamar hotelnya. Saskia kini sendirian. Saskia berpikir.
SASKIA
Aku rasa ada sesuatu yang dirahasiakannya.
Apa dia tengah jatuh hati dengan gembel itu?
Ya, Tuhan...
Nggak! Nggak akan aku biarkan hal itu terjadi pada Bonita!
Aku harus tahu kemana dia pergi sekarang ini.
Saskia kemudian memasukkan amplop itu dalam tasnya. Saskia kemudian bergegas pergi untuk membuntuti kemana Bonita akan pergi.
CUT TO
SCENE 33
INT- DEPAN KAMAR HOTEL - SIANG
Setelah keluar dari kamar hotel, tubuh Bonita tiba-tiba limbung. Bonita sempoyongan.
BONITA
Ya, Tuhan...
Jangan sekarang!
Jangan sekarang!
Bonita mencoba menguatkan dirinya. Setelah beberapa saat dan merasa sedikit ada tenaga, Bonita melangkah menyusuri lorong hotel.
CUT TO
SCENE 34
INT - RUMAH KONTRAKKANNYA PRAS - SIANG
Sarpo tengah menghitung uang hasil ngamen beberapa hari ini. Sarpo menghitung uang dengan senyum-senyum karena banyak uang yang dia kumpulkan beberapa hari ini. Sementara Anton sibuk membersihkan alat musiknya. Sementara Pras asik menyiuli salah satu burung kicauannya.
SARPO
Edan tenan!
Ngamen beberapa hari saja kita berhasil ngumpulkan uang dua juta.
Kalau begini caranya, aku yakin, beberapa hari lagi kita ngamen, kita akan bisa melunasi biaya rumah sakitnya Bismo.
PRAS
Pendapatan itu bagi dua!
Bagaimanapun juga kita harus bagi sama Bonita.
ANTON
Kenapa harus dibagi sama dia?
Dia nggak bakalan mau!
PRAS
Kalau itu lain urusannya!
Dan nanti akan saya tegaskan sama dia untuk menyudahi dia bergabung dengan kita.
ANTON
Pras, kita ini masih membutuhkan dia!
PRAS
Ton, kita juga harus tahu diri.
Kita harus tahu siapa dia sebenarnya!
Dia itu bukan orang sembarangan! Biduan Top!
Dia sudah mau membantu sejauh ini saja sudah luar biasa!
SARPO
Tapi kita masih membutuhkan dia Pras!
Walaupun nanti dia tidak mau menerima bagiannya, uang kita masih kurang.
PRAS
(menatap burung-burungnya)
Akan aku jual burung-burungku ini!
Pras kembali menyiuli burung-burungnya.
CUT TO
SCENE 35
EXT - RUMAH SAKIT - SIANG
Bonita melangkah memasukki rumah sakit. Sementara terlihat Saskia muncul dari tempat persembunyiannya. Saskia kelihatan begitu penasaran setelah tahu Bonita pergi ke rumah sakit.
SASKIA
Kenapa dia ke sini ya?
Ada apa ini?
(jengkel)
Pasti dia mau menjengung teman si gembel itu!
CUT TO
SCENE 36
INT - KAMAR SURTI - SIANG
Surti tengah mengemasi bajunya dan kemudian baju-baju itu dia masukkan ke dalam tasnya. Sementara itu Emaknya sudah tak kuasa lagi untuk mencegah kepergian Surti. Di sini juga ada Bapaknya Surti.
EMAKNYA SURTI
Kalau itu sudah menjadi keputusanmu, minggat dari rumah, jangan sekali-kali kamu pulang ke rumah ini!
SURTI
Ya! Saya nggak akan pulang!
Lagian tinggal di rumah ini seperti tinggal di dalam neraka!
Betapa panas telinganya Emaknya Surti setelah mendengar kata-kata Surti.
EMAKNYA SURTI
(hendak menampar Surti)
Kurangajar kamu!
Dengan cepat bapaknya Surti memegangi istrinya.
EMAKNYA SURTI
(meronta)
Lepaskan!
Lepaskan!
BAPAKNYA SURTI
Sudah!
Sudah!
EMAKNYA SURTI
Dasar anak durhaka!
Anak nggak bisa diuntung!
Tahu kalau kamu bakal seperti ini, bayinya sudah aku cekik saja kamu!
SURTI
Kenapa nggak Emak lakukan?
Mungkin hal itu justru lebih baik bagi saya!
BAPAKNYA SURTI
(membentak)
Surti, diam!
Nampaknya Surti telah selesai berkemas. Surti langsung bergegas keluar rumah dengan membawa tasnya. Sementara terlihat Emaknya Surti menangis sambil tersengal-sengal nafasnya.
CUT TO
SCENE 37
INT - RUANGAN DOKTER ANIN - SIANG
Bonita tengah diperiksa Dokter Anin.
DOKTER ANIN
Kamu hanya kelelahan dan juga banyak pikiran.
Diam sesaat.
DOKTER ANIN
Aku baca di tabloid, kamu ikut ngamen di Malioboro ya?
Bonita tersenyum.
DOKTER ANIN
Kenapa sih kamu mau melakukan?
BONITA
Senang aja!
(diam sesaat)
Mungkin orang lain menganggap saya ini gila.
Mau-maunya ngamen dipinggir jalan.
Tapi apa yang saya rasakan saat ini sulit untuk diceritakan.
Saya bener-bener merasa bahagia melakukan hal itu.
Sebuah kebahagiaan yang belum pernah saya capai selama ini.
(diam sesaat)
Dok, tahu nggak saya ngamennya sama siapa?
DOKTER ANIN
Sama siapa?
BONITA
Sama pengamen yang pernah marah-marah di ruangan ini!
DOKTER ANIN
(spontan karena kaget)
Sama Pras?
BONITA
Dokter kenal sama dia?
Nampaknya Dokter Anin tengah menyembunyikan sesuatu di benaknya.
DOKTER ANIN
Dari temannya yang sakit di sini.
Alamat dan nomor HP-nya saya juga tahu!
Untuk jaga-jaga saja siapa tahu dia akan lari dari tanggung jawabnya.
Apa kamu juga mau tahu?
Bonita tersenyum.
DOKTER ANIN
Ah, bodohnya saya ini nawarin alamat dan nomor HP-nya pengamen sama Biduan tenar seperti kamu!
Lupakan sajalah tawaran saya tadi!
BONITA
Tapi boleh juga Dok!
DOKTER ANIN
Bener?
BONITA
Bener!
Dokter Anin kemudian mencatatkan alamat dan juga nomor HP-nya Pras. Catatan itu kemudian diberikan pada Bonita. Rasa senang karena mendapatkan alamat dan juga nomor HP tak bisa disembunyikan dari sorot mata Bonita. Dokter Aninpun tersenyum. Kini kita tahu apa yang ada di benak Dokter Anin.
DOKTER ANIN
(narative)
Nampaknya dia sedang jatuh hati sama adikku yang tengil itu.
CUT TO
SCENE 38
INT - KONTRAKKANNYA PRAS - SIANG
Surti sudah berada di rumah kontrakkannya Pras dengan membawa tas yang berisi pakaiannya. Tentu saja hal itu membuat Pras jadi kebingungan.
PRAS
Jadi kamu ini kabur dari rumah?
SURTI
Ya, mas!
Saya sudah nggak betah!
Tinggal di sana seperti tinggal di neraka!
PRAS
Kamu nggak boleh seperti itu!
Bagaimanapun juga, apa yang dilakukan orang tuamu, pasti yang terbaik untukmu.
SURTI
Nyatanya enggak!
(diam sesaat)
Apa mas Pras nggak suka saya akan total bergabung sama Mas Pras?
PRAS
Surti...
Masalahnya ini bukan suka apa tidak suka!
Tapi ini menyangkut keluargamu!
SURTI
Saya harus katakan berapa kali lagi?
Saya sudah lepas dari mereka.
PRAS
Tidak semudah itu Sur!
SURTI
Saya kalau dibandingkan sama Mbak Bonita, biduan terkenal itu, saya memang nggak ada apa-apanya.
Tiba-tiba HP-nya Pras berbunyi. Pras melihat layar HP-nya.
PRAS
Siapa lagi ini?
(Pras kemudian menekan tanda ok pada HP-nya)
Halo? Siapa ini?
CUT TO
SCENE 39
EXT - DEPAN KONTRAKKAN PRAS - SIANG
Bonita berdiri tak jauh dari rumah kontrakkan Pras sambil bicara lewat HP-nya. Sementara terlihat sebuah taxi yang tengah menunggui Bonita. Dari kejauhan terlihat Saskia sedang membuntuti Bonita. Di depan rumah kontrakkan Bonita ada sebuah motor besar. Motor besar ini adalah motor kesayangannya Pras.
SASKIA
Norak!
Bener-bener Norak!
Bonita kemudian mencoba membikin penasaran Pras.
BONITA
(bicara lewat HP)
Coba tebak siapa saya?
Sebutin deh semua cewek-cewek yang deket sama kamu, siapa tahu aku salah satu diantaranya.
Bonita tersenyum.
CUT TO
SCENE 40
INT - KONTRAKKANNYA PRAS - SIANG
Pras kelihatan semakin penasaran.
PRAS
Aduh...
Siapa sih kamu?
Kamu jangan bikin bingung aku!
Aku nggak punya temen cewek yang dekat sama aku!
Mendengar apa yang dikatakan Pras, karena Surti ada hati sama Pras, Surti hanya bisa menundukkan kepalanya saja. Tiba-tiba muncul Bonita yang masih bicara sama Pras lewat Hp-nya.
BONITA
(masih bicara lewat HP)
Halo?
Masih nggak kenal?
Pras menoleh pada Bonita yang masih bicara lewat HP-nya. Betapa terkejutnya Pras tahu kalau yang nelpon dan juga yang datang adalah Bonita.
PRAS
Bonita?
BONITA
Surpraise!!!
Hati Surti bener-bener membara setelah melihat kedatangan Bonita. Surti langsung mengambil tasnya dan kemudian pergi dari rumah kontrakkannya Pras. Tentu saja kepergian Surti yang tiba-tiba itu membuat bertanya-tanya hati Bonita.
Tahu gelagat ini Pras langsung mengalihkan perhatian Bonita.
PRAS
Darimana kamu tahu alamat dan nomor HP saya?
BONITA
Jadi kamu merasa jadi orang yang begitu penting hingga nggak akan ada orang yang bisa tahu alamat maupun nomor telpon kamu?
PRAS
Bukan!
Bukan begitu!
Bonita melihat banyak burung di rumah kontrakkannya Pras.
BONITA
Suka burung ya?
PRAS
Untuk iseng saja!
Kebetulan kamu datang ke sini, tadinya aku akan nemui kamu di hotel.
BONITA
Ada apa ini?
PRAS
(pada sarpo)
Bawa ke sini bagiannya Bonita!
Bonita begitu penasaran dengan ucapan Pras.
CUT TO
SCENE 41
EXT - SEKITAR KONTRAKKANNYA PRAS - SIANG
Dengan rasa kesal, sambil membawa tas besar yang berisi pakaiannya Surti melangkah pergi. Tiba-tiba muncul Saskia dan langsung menarik tangan Surti. Surti begitu kaget. Tahu kalau yang melakukan itu saskia, teman Bonita, Surti jadi semakin singit saja.
SURTI
Ada apa kamu narik-narik aku?
SASKIA
Ada yang perlu saya bicarakan sama kamu!
SURTI
(sambil melangkah pergi)
Nggak perlu!
Saskia kembali menarik tangan Surti. Dengan cepat Suri menepiskannya.
SASKIA
Ini juga untuk kepentinganmu!
SURTI
Gombal!
Orang-orang besar seperti kamu ini memang pada rakus!
Nggak ada kenyangnya!
Kurang apa temanmu yang jadi biduan top itu?
Masih mau-maunya saja nyikat rejekinya orang kecil seperti saya!
Gara-gara dia ikut ngamen, rombongan saya jadi nggak tertarik lagi sama saya!
SASKIA
Justru itu saya datang ke sini nemuin kamu!
Percayalah aku mau menolong kamu, asalkan kamu juga mau membantu saya!
Kamu kira aku ini suka melihat Bonita bergabung dengan gembel-gembel....e....
Maksud saya rombongan pengamen itu! Gerah tau nggak?
Kita harus secepatnya memisahkan Bonita dengan rombonganmu itu!
Gimana?
SURTI
Terus, aku kamu suruh apa?
Sembari menarik tangannya Surti untuk diajak ke suatu tempat. Surti terpaksa mengikuti saja perintah Saskia.
CUT TO
SCENE 42
INT - RUMAH KONTRAKKANNYA PRAS - SIANG
Bonita sudah memegang amplop pemberian Pras. Bonita menatap tajam mata Pras sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
BONITA
(dengan suara dalam dan tegas)
Kenapa tuhan menciptakan mahluk seperti kamu ini?
Mahluk yang hanya bisa menyakiti perasaan orang lain.
Tega-teganya kamu melakukan ini padaku!
PRAS
(mencoba untuk menerangkan)
Bonita...
BONITA
Jadi sampai saat ini kamu beranggapan aku mau ikut ngamen itu mengharapkan dapat ini?
PRAS
Bukan!
Bukan seperti itu!
BONITA
Nyatanya?
Bonita meletakkan amplop itu di atas meja.
BONITA
Nampaknya aku telah salah pilih orang untuk aku tolong!
Bonita melangkah pergi. Pras mencoba untuk menerangkan tapi Bonita sudah tak mau menggubrisnya.
CUT TO
SCENE 43
EXT - HALAMAN KONTRAKKANNYA PRAS - SIANG
Bonita melangkah menghampiri taxi yang sedari tadi menungguinya. Pras mencoba mencoba untuk menerangkannya tapi nampaknya sia-sia saja. Beberapa teman-temannya Pras hanya bisa menyaksikan ini dari depan rumahnya Pras.
PRAS
Dengarkan dulu Bonita!
Dengarkan dulu!
Bonita masih saja tak menggubris omongan Pras. Bonita langsung masuk ke dalam taxi. Taxi itupun tak lama kemudian pergi meninggalkan pekarangan kontrakkannya Pras. Pras kelihatan begitu menyesali akan perbuatannya. Sarpo menyuruh Pras untuk mengejar Bonita.
SARPO
Kejar dia Pras!
Kejar dia!
Pras nampak ragu-ragu.
ANTON
Jangan bodoh kamu Pras!
Kejar dia!
Praspun langsung menaikki motor besarnya untuk mengejar Bonita.
CUT TO
SCENE 44
INT - SEBUAH RUMAH MAKAN - SIANG
Saskia tengah mengatur siasat dengan Surti.
SASKIA
Pertamakali kamu harus temui Bonita. Ajak bicara dia baik-baik.
Katakan kalau selama ini dirinya telah mengambil posisimu sebagai biduan.
Ancam dia seolah-olah kamu akan mengadakan jumpa pers.
SURTI
Apa itu mbak?
Saskia baru menyadari tengah bicara dengan siapa kini.
SASKIA
Wartawan!
Kalau perlu katakan juga kalu kamu ini sebenarnya kekasihnya...
Siapa nama temanmu itu?
SURTI
Mas Pras!
SASKIA
Yak!
Kekasihnya Pras!
Bisa saja kamu dramatisir sedikit!
SURTI
Apa itu mbak?
SASKIA
Sebangsa reka yasalah!
Bisa sambil menangis kamu katakan semua itu.
Dengan begitu Bonita akan segera menyadari kesalahannya. Kemudian saya dan dia akan segera kembali ke Jakarta. Berkumpul dengan orang-orang yang memang layak untuk kita kumpuli.
Dan tentunya kamu akan segera menjadi primadona di Malioboro kembali.
Paham?
Surti tersenyum.
CUT TO
SCENE 45
INT - DALAM TAXI - SIANG
Gambar dimulai dengan HP yang tengah dipegang Bonita berbunyi. Bonita melihat layar HP-nya. Ternyata di layar itu terpampang tulisan: Pras.
BONITA
Apa maunya orang seperti dia ini?
Bonita nampak begitu kesal. Bonita mendiamkan hingga dering HP-nya berhenti sendiri. HP Bonita kembali berbunyi. Dari dalam taxi terlihat Pras sudah berada dekat dengan taxi sambil mencoba menghubungi Bonita lewat HP-nya. Bonita sempat melihat Pras. Ketika Bonita melihat Pras. Pras memberi kode pada Bonita untuk mengangkat HP-nya. Akhirnya Bonita mengangkat juga HP-nya.
BONITA
(bicara lewat HP)
Mau apa sih kamu?
Kurang puas menyakiti aku?
PRAS
(bicara lewat HP)
Saya hanya mau menerangkan, tak lebih.
BONITA
(bicara lewat HP)
Semuanya sudah teramat terang bagiku.
Kamu adalah mahluk yang diciptakan hanya untuk menyakiti hati manusia!
PRAS
(bicara lewat HP)
Dengarkan! Aku hanya ingin menjelaskan!
Jangan dipotong!
Setelah itu terserah apa pendapatmu tentang aku!
Pras menatap Bonita yang ada di dalam taxi, begitu juga dengan Bonita.
PRAS
(bicara lewat HP)
Aku berikan uang itu sebagian untuk kamu memang itu adalah hak kamu.
Aku tak biasa memakan hak orang lain.
Seandainya setelah itu uang itu kamu berikan pada grupku, itu urusan lain.
Kenapa sih mau berbuat bener saja susah?
Terimakasih Bonita. Bagaimanapun juga kamu telah menyelamatkan temanku!
Dari dalam taxi terlihat Pras mematikan HP-nya. HP itu kemudian dimasukkan ke dalam saku celananya. Sepeda Motor Pras melaju lebih cepat dari Taxi yang dinaiki Bonita.
Setelah mendapat penjelasan dari Pras, Bonita baru tersadar kalau apa yang telah dilakukan Pras itu adalah benar. Tiba-tiba Bonita kembali menghubungi HP-nya Pras.
BONITA
(bicara lewat HP)
Pras?
Tunggu aku!
Bonita kemudian menutup pembicaraannya. Dari dalam taxi Bonita mencari dimana Pras berhenti. Dari dalam taxi bisa kita lihat Pras sudah berhenti di pinggir jalan.
BONITA
Stop Pak!
Taxi kemudian dipinggirkan dan kemudian berhenti. Setelah membayar, Bonita turun dari taxinya.
CUT TO
SCENE 46
EXT - PINGGIR JALAN - SIANG
Pras tengah menunggui Bonita. Bonita melangkah menghampiri Pras. Mereka berdua saling beradu pandang. Bonita mencoba tersenyum dengan Pras.
BONITA
Nanti malam masih mau ngajak aku ngamen?
Pras ingin menggoda Bonita dengan menggelengkan kepalanya. Bonita jadi sewot dibuatnya. Bonita membalikkan tubuhnya dan kemudian melangkah pergi.
PRAS
Kamu kuat nyanyi berapa lagu untuk nanti malam?
Bonita menghentikan langkahnya. Bonita tersenyum pada Pras.
BONITA
Kamu minta berapa?
Pras kemudian mengangkat ibu jarinya. Bonitapun kelihatan begitu bahagia.
CUT TO
SCENE 47
EXT - DEPAN RUMAH MAKAN - SIANG
Saskian dan Surti keluar dari rumah makan. Tiba-tiba langkah mereka berdua terhenti saat melihat Pras melintas dengan motor besarnya sambil menggoncengkan Bonita. Wajah Surti semakin jengkel saja.
CUT TO
SCENE 48
EXT - PASAR BURUNG - SIANG
Pras mengajak Bonita untuk melihat-lihat burung. Mata Bonita tertuju pada salah seeokor brung kenari yang mungil dan berbulu kuning. Burung kenari itu nampak begitu rajin berkicau. Bonita menghampirinya.
BONITA
Kamu suka?
Pras tersenyum.
BONITA
Suka nggak?
PRAS
Mahal itu!
BONITA
Nggak peduli!
Bonitapun menghampiri pedagang burung. Tak lama kemudian pedagang burung itu menurunkan burung kenari yang sedang digantang.
CUT TO
SCENE 49
EXT - TAK JAUH DARI HOTEL DIMANA BONITA MENGINAP - SIANG
Surti masih membawa tas yang berisi baju-bajunya. Nampaknya Surti tengah menanti kedatangan Bonita. Siang ini begitu panas hingga banyak keringat membasahi dahi Surti. Tak lama kemudian muncul Pras dengan motor besarnya yang tengah memboncengkan Bonita sambil membawa sangkar burung Kenari yang dikerodong memasukki halaman hotel. Setelah sampai di depan Hotel Bonita turun dan kemudian memberikan sangkar burung itu pada Pras.
BONITA
Bisa mbawanya nggak?
PRAS
Ini sih gampang, biasanya lebih besar sangkarnya dari ini juga bisa!
Bonita membantu Pras mengikat sangkar burung agar aman dibawanya. Setelah dirasa cukup, Pras langsung pergi meninggalkan hotel. Bonita sempat menatap kepergian Pras. Bonita tersenyum. Bonita kemudian melangkah masuk ke dalam hotel. Setelah Pras pergi dan Bonita masuk ke dalam hotel, Surti langsung bergegas untuk segera menemui Bonita.
CUT TO
SCENE 50
INT - HOTEL DIMANA BONITA MENGINAP - SIANG
Bonita tengah bicara dengan pegawai hotel.
BONITA
Teman saya sudah cek out?
PETUGAS HOTEL
Belum. Tapi dia tadi pamit untuk keluar.
Pegawai hotel itupun mengambilkan kunci kamar dan kemudian memberikan pada Bonita.
Muncul Surti dengan membawa tas yang berisi bajunya. Surti melangkah mendekati Bonita.
SURTI
Mbak!
Saya mau bicara!
Bonita sedikit penasaran akan kemunculan Surti.
BONITA
Ada apa?
SURTI
Ada hal yang penting yang harus saya katakan pada Mbak Bonita.
Bonita berpikir.
BONITA
Okey...
Kita bicara di loby saja!
Bonita berjalan menuju lobby hotel sementara Surti mengikutinya. Tampakkan Saskia yang tengah mengintip kejadian ini.
CUT TO
SCENE 51
EXT - TERAS RUMAH KONTRAKKANNYA PRAS - SIANG
Pras tengah menggantung kenari di teras rumahnya. Sementara Sarpo dan Anton meledekki Pras. Mereka berdua ini nampak sudah siap untuk berangkat kuliah.
SARPO
Cinta itu memang sebuah misteri.
Siapa sangka orang seperti kamu bakal berjodoh dengan seorang Biduanita yang tengah melambung namanya.
PRAS
Jangan ngaco ah!
ANTON
Ngaco gimana?
Sudah jelas didepan mata.
Dia mau ikut ngamen, mbeliin kesenangan kamu, apa itu namanya nggak sedang jatuh hati sama kamu?
PRAS
Amin!
Kemudian dari dalam terdengar Kun mendendangkan sebuah lagu lamanya Koesplus.
KUN (OS)
Sepasang remaja jatuh cinta
Dibawah asuhan dewi asmara
Cinta itu suci dan mulia
Jika tak ternoda nafsu yang hina
Kun kemudian muncul dengan membawa beberapa buku kuliahnya. Kun masih meneruskan nyanyiannya.
KUN
Suka duka bersama
Seiring sejalan seirama
Tahan uji dan derita
Sampai nanti di hari tua.
Kun tersenyum.
KUN
Suka nggak Pras lagu itu?
Sementara Sarpo dan Anton hanya senyum-senyum.
PRAS
Sudah sana kuliah!
Suara seperti itu kok dipamerin.
KUN
Lha kamu, nggak kuliah?
PRAS
Lagi males!
SARPO
Bener kan? Cinta itu memang penuh misteri.
Cinta bisa membuat bahagia.
Bisa membuat sedih.
Bisa membuat orang semakin bersemangat. Tapi juga bisa membuat orang jadi malas!
Pras nampak jengkel.
PRAS
Sudah! Sana berangkat!
Mereka bertigapun kemudian berangkat kuliah sambil bernyanyi bersama meneruskan lagunya Koesplus tadi.
SARPO, KUN DAN ANTON
Sungguh indah kisah cinta mereka
Smoga bahagia selama-lamanya!
Sungguh indah kisah cinta mereka
Smoga bahagia selama-lamanya!
Pras memungut kaleng kosong dan kemudian dilemparkan pada mereka bertiga. Mereka bertiga langsung berlari terbirit-birit karena lemparan kaleng itu. Pras kemudian tersenyum. Pras kembali asik dengan burung kenarinya.
CUT TO
SCENE 52
INT - LOBBY HOTEL - SIANG
Bonita sedang mendengarkan keluh kesahnya Surti. Surti mengutarakan apa yang ada di benaknya sembari nangis sesunggukkan.
SURTI
Saya terpaksa mengatakan semua ini karena saya sudah bertekad untuk bergabung dengan Mas Pras, walaupun orang tua saya melarangnya.
Saya nekat pergi dari rumah Mbak.
Tapi apa jawabannya Mas Pras?
Dia sekarang sudah nggak mau menerima saya lagi.
Terus terang, semua itu karena Mbak Bonita yang telah mengisi posisi saya.
Bonita benar-benar tersentak dengan omongan Surti.
BONITA
Bukan! Bukan begitu! Kamu salah!
SURTI
Nyatanya?
Saya memang nggak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan Mbak Bonita.
Seperti langit dan bumi.
BONITA
(mencoba meyakinkan)
Kamu salah Surti! Salah!
Saya ini hanya menolong, tak lebih!
Aduh...
Maafkan saya ya Surti.
Saya nggak bermaksud...
Bonita kelihatan sangat bingung.
BONITA
Oke...
Nanti malam aku nggak akan ikut mereka!
SURTI
Bener ini Mbak?
Aduh...
Terimakasih Mbak!
Terimakasih!
Maaf, saya ini telah menganggu Embak!
Dan tolong, jangan katakan sama Mas Pras kalau saya telah menemui Mbak Bonita di sini. Nanti dia akan semakin marah.
BONITA
Tentu! Tentu itu!
Surti melangkah pergi. Bonita menatap kepergian Surti dengan tatapan penuh iba. Tiba-tiba langkah Surti terhenti. Ada sesuatu yang akan Surti sampaikan lagi sama Bonita.
BONITA
Ada apa lagi Sur?
SURTI
Semua ini saya lakukan, karena saya nggak ingin kehilangan Mas Pras!
Saya sangat mencintainya!
Setelah mengucapkan hal itu. Surtipun melangkah pergi. Perasaan Bonita kini benar-benar sedang hancur. Mata Bonita berkaca-kaca.
BONITA
Ya, Tuhan...
Apa yang sudah aku lakukan pada dia?
Air mata Bonita jatuh di pipinya.
CUT TO
SCENE 53
EXT - MALIOBORO - MALAM
Dengan sedikit tergesa-gesa Pras dan juga teman-temannya melangkah menyusuri panjangnya Malioboro. Sementara itu Surti mencoba membujuk Pras agar dirinya mau menerimanya lagi.
SURTI
(sambil mengikuti langkah Pras)
Apa salah saya Mas?
Apa salah saya hingga saya nggak boleh lagi bergabung?
PRAS
(sambil berjalan)
Pikir sendiri salah kamu apa?
SURTI
Tolong Mas!
Ajak lagi saya!
Saya nekat pergi dari rumah karena saya hanya ingin bergabung sama Mas Pras!
CUT TO
SCENE 54
INT - DARI DALAM TAXI - MALAM
Dari dalam taxi ini Bonita bisa melihat saat Surti berusaha membujuk Pras. Taxi perlahan-lahan bergerak mengikuti langkah Pras. Bonita kemudian memencet HP-nya untuk menghubungi Pras. Dari dalam taxi terlihat Pras menghentikan langkahnya. Pras kemudian mengambil HP dari dalam saku celananya. Pras kemudian terlihat bicara sama Bonita Lewat HP-nya. Paralel cuting.
BONITA
(bicara lewat HP)
Lagi apa kamu?
PRAS
(bicara lewat HP)
Lagi nungguin kamu!
BONITA
(bicara lewat HP)
Maaf ya, aku nggak bisa.
PRAS
(bicara lewat HP)
Kenapa nggak bisa?
Bonita terdiam. Matanya mulai berkaca.
BONITA
(bicara lewat HP)
Karena aku mulai sadar kalau tempatku tidaklah bersama kamu dan juga teman-teman kamu!
Tapi kamu tahu nggak?
Saat-saat yang begitu indah yang pernah aku alami justru saat-saat berkumpul dengan kamu dan juga teman-teman kamu.
Terimakasih ya telah memberikan kesempatan aku untuk bergabung.
Biarlah semua itu akan menjadi kenangan.
Rawat baik-baik burung kenarinya ya!
Setelah mengucapkan hal itu Bonita mematikan HP-nya. Bonita menarik nafas dalam-dalam. Pandangannya lurus ke depan.
BONITA
Jalan pak!
Taxi itupun kemudian bergerak pergi. Air mata Bonita perlahan-lahan jatuh di pipinya. Flash Back.
- Terbayang saat Bonitapertama berpapasan dengan Pras
- Terbayang saat Bonita menawarkan untuk menolong teman Pras
- Terbayang saat Bonita mengamen
- Terbayang saat Bonita marah karena diberi amplop
- Terbayang saat membeli burung kenari.
Air mata semakin banyak jatuh di pipinya. HP Bonita berbunyi. Monitornya menyala. Pada Monitor tertulis nama: Pras. Bonita membiarkan saja hingga HP itu tak berbunyi lagi.
CUT TO
SCENE 55
INT - KAMAR HOTEL DIMANA BONITA MENGINAP - MALAM
Ibunya Bonita, Anita dan juga Saskia ada di kamar hotel. Saskia mencoba menerangkan apa yang tengah terjadi pada Bonita.
SASKIA
Saya sendiri sampai hari ini begitu bingung dengannya.
Tadinya dia itu mau iseng, mau membantu pengamen itu karena salah seorang temannya sedang terkapar di rumah sakit.
Nggak tahunya sampai berlarut-larut sampai sekarang ini.
Aneh! Aneh sekali! Sampai nomor HP-nya yang barupun saya nggak dikasih tahu.
IBUNYA BONITA
Pasti ada sesuatu yang dia sembunyikan akhir-akhir ini!
Hal seperti itu bukanlah sifat dia.
Tiba-tiba kamar hotel terbuka. Ternyata yang datang adalah Bonita. Bonita begitu terkejut melihat di dalam kamar sudah ada Ibu dan juga adiknya.
BONITA
(setengah tak percaya)
Ibu?
Bonita dan ibunya saling menatap. Bonita kemudian memeluk ibunya erat-erat.
IBUNYA BONITA
Ada apa sebenarnya Nita?
Bonita kelihatan begitu bingung.
IBUNYA BONITA
(pada Saskia dan Anita)
Tolong tinggalkan kami berdua!
Saskia dan Anitapun pergi dari kamar hotel. Kini tinggal mereka berdua.
IBUNYA BONITA
Katakan!
Ibu merasa kamu tiba-tiba tidak peduli dengan kariermu. Karier yang kamu rintis benar-benar dari bawah, sementara dengan tindakkanmu ini kehancuran kariermu itu benar-benar sudah ada di depan matamu!
Ada apa sebenarnya ini?
(pada saskia dan Anita)
Sas, An.....Keluarlah dulu!
Saskia dan Anita kemudian ke luar kamar hotel. Kini tinggal Bonita dan Ibunya saja. Bonita menarik nafas dalam-dalam.
CUT TO
SCENE 56
EXT - MALIOBORO - MALAM
Surti nampak semakin mendesak Pras untuk bisa kembali bergabung. Sementara Pras masih begitu gelisah karena memikirkan Bonita.
SURTI
Sudahlah Mas!
Mas Pras nggak perlu memikirkan dia lagi.
Dia sudah nggak bakalan mau lagi.
Kenapa bingung, toh masih ada saya!
PRAS
Tidak!
Dia pasti akan kembali lagi.
SURTI
(dengan yakinnya)
Nggak mungkin!
Nggak mungkin Mas!
Mendengar apa yang dikatakan Surti, Pras jadi curiga.
PRAS
Tahu darimana kamu?
SURTI
Dia sendiri yang mengatakannya!
Kecurigaan Pras semakin tebal.
PRAS
Jadi kamu pernah menemuinya?
Surti tersudut dengan omongannya sendiri.
PRAS
(dengan tegas)
Pernah menemuinya?
SURTI
Iya Mas!
Tapi, semua itu saya lakukan karena saya nggak ingin keluar dari grupnya Mas Pras!
PRAS
Justru karena kebodohanmu itu mulai malam ini kamu saya coret dari grupku!
Pergi sana kamu!
Surti begitu kaget mendengar keputusannya Pras itu.
SURTI
Tapi Mas?
PRAS
Pergi!
Cari grup lain yang mau menerima kamu!
Pergi!
Dengan langkah gontai Surti pergi meninggalkan Pras dan teman-temannya.
CUT TO
SCENE 57
INT - KAMAR HOTEL DIMANA BONITA MENGINAP - MALAM
Selembar kertas keterangan hasil laborat sudah berada ditangan ibunya Bonita.
IBUNYA BONITA
Ya, Tuhan...
Cobaan apa lagi ini?
Ibunya Bonita sudah tak kuasa membendung tangisnya.
IBUNYA BONITA
Sekarang, ibu ngikut apa yang akan kamu lakukan.
Kamu sudah terlalu lama memikirkan nasib ibu, adikmu, dan juga saudara-saudaramu.
Kini saatnya bagi kamu untuk memikirkan dirimu sendiri.
Lakukan apa saja yang sekiranya harus kamu lakukan. Sini Bonita!
Peluk ibu sayang!
Bonitapun kemudian memeluk ibunya erat-erat.
CUT TO
SCENE 58
INT - RUMAH PAK BOB - MALAM
Di rumahnya Pak Bob tengah menemui pengacara pribadinya.
PAK BOB
Saya kira sudah cukup saya ini bertoleransi pada Bonita.
Biar tahu kalau saya ini nggak bisa dia permainkan.
Kita segera tuntut dia.
Saya pingin tahu akan jadi apa dia nantinya.
PENGACARA
Apa sudah Bapak pikirkan baik-baik hal ini?
PAK BOB
Sudah!
PAK BOB
Sebagai pengacara saya, segera saja kamu ajukan tuntutan itu pada yang berwajib! Saya sudah nggak sabar melihat dia menderita!
PENGACARA
Siap Pak!
CUT TO
SCENE 59
EXT - SEBUAH TEMPAT YANG SEPI - MALAM
Surti tengah berkumpul dengan beberapa teman pengamen yang lainnya. Tampaknya malam ini Surti sudah dipengaruhi minuman keras. Dengan sedikit sempoyongan Surti ngaco bicaranya.
SURTI
(sembari membawa minuman yang masih ada minuman kerasnya)
Dia kira grup ngamen itu cuma dia saja?
PENGAMEN I
Tenggak lagi Sur!
Surti kemudian menenggak minuman itu sampai habis. Setelah itu Surti menyanyikan sebuah lagu sambil berjoged. Tahu kalau Surti menyanyi, rombongan pengamen itu kemudian mencoba untuk mengiringinya. Setelah bernyanyi, mulut Surtipun nrocos kembali.
SURTI
(dengan sempoyongan)
Okey nggak suaraku?
Orang tuli saja yang bilang kalau suaraku itu tidak okey!
Kalau dibandingkan Bonita sebenarnya aku ini nggak kalah!
Nggak kalah!
Pras itu bener-bener buta!
Bener-bener nggak bisa melihat mana yang bagus dan mana yang enggak!
Dari kejauhan muncul Bapaknya Surti dengan membawa beberapa wayang kulit dagangannya. Tentu saja Bapaknya Surti begitu kaget mengetahui apa yang tengah terjadi pada Surti.
BAPAKNYA SURTI
(dengan suara kencang)
Setan alas!
Kau apakan anakku?
Setelah tahu kemunculan Bapaknya Surti ,rombongan pengamen itupun langsung pada lari untuk menyelamatkan diri. Bapaknya Surtipun langsung menarik tangan Surti untuk diajaknya pulang.
BAPAKNYA SURTI
Kamu ini memang sudah edan!
Surti meronta.
BAPAKNYA SURTI
(menarik tangan Surti)
Pulang!
Karena sudah tak berdaya, Surtipun mengikuti saja perintah bapaknya.
CUT TO
SCENE 60
INT - KAMAR PRAS - MALAM
Pras sedang dikamar sendirian. Rasa rindu akan pertemuan dengan Bonita sedang menghajar hatinya. Pras mengambil HP-nya. Pras memencet-mencet HP-nya. Di monitor HP- terlihat nama Bonita. Ibu jari Pras hendak memencet tombol untuk bisa tersambung dengan Bonita, tapi niat itu Pras urungkan.
PRAS
Kenapa aku ini?
Apa aku ini tengah menyukainya?
Apa dia saat ini juga merasakan hal seperti sekarang aku rasakan?
Pikiran Pras menerawang menyusuri jalan terjal cintanya.
CUT TO
SCENE 61
INT - KAMAR HOTEL DIMANA BONITA MENGINAP - MALAM
Bonitita tengah tiduran sambil menatap layar HP-nya yang sudah ada nama Pras. Bonita ingin menghubungi Pras tapi dia juga mengurungkannya. HP itu kemudian ditaruh di dadanya. Mata Bonita menatap lurus langit-langit kamar hotel.
BONITA
Sedang apa dia sekarang ya?
Tatapan Bonita masih saja lurus ke langit-langit kamar hotelnya.
CUT TO
SCENE 62
EXT - SUMUR DI BELAKANG RUMAH SURTI - MALAM
Surti tengah diguyur air dari sumur oleh emaknya.
EMAKNYA SURTI
Mau jadi perempuan binal apa kamu?
Kalau mau minggat itu minggat saja yang jauh!
Biar kuping ini nggak denger lagi tingkah polahmu, biar mata ini nggak melihat lagi keberandalanmu!
Kalau cuma minum begituan itu nanggung!
Nanggung!
Kenapa nggak minum racun serangga sekalian?
Beberapa kali diguyur, tubuh Surti basah kuyup dan kedinginan.
CUT TO
SCENE 63
INT - KAMAR HOTEL DIMANA BONITA MENGINAP - SIANG
Binita tengah mempercatik diri di depan cermin. Tak lama kemudian muncul ibunya Bonita dengan senyum simpul di bibirnya.
IBUNYA BONITA
Coba terka kabar baik apa yang akan ibu katakan padamu?
Bonita berpikir.
BONITA
Kabar baik apa bu?
Ibunya Bonita menghampiri Bonita.
IBUNYA BONITA
Ibu baru saja nemuin orang yang ngontrak rumah kita di sini.
Dia menyetujui untuk ibu kontrakkan di tempat yang lain.
Jadi kita bisa secepatnya menempati rumah kita lagi!
Betapa bahagianya hati Bonita mendengar kabar itu. Bonita kemudian memeluk ibunya.
Tiba-tiba HP-nya Binita berdering. Bonita menatap HP-nya yang tergeletak di atas meja. Ternyata yang menelpon adalah Pras.
IBUNYA BONITA
Kenapa nggak kamu angkat?
BONITA
Pasti dari dia lagi bu!
IBUNYA BONITA
Kalau dari dia, kenapa nggak kamu angkat?
Nita...
Kamu jangan mbohongi ibu.
Kamu juga menyukainya kan?
Bonita terdiam.
IBUNYA BONITA
Terima telponnya Nita!
BONITA
Tidak!
IBUNYA BONITA
Kenapa tidak?
Bonita menarik nafas dalam-dalam.
BONITA
Karena nanti ada orang yang akan tersakiti bu!
IBUNYA BONITA
Dalam hidup itu sudah wajar.
Kita menderita, ada yang sakit.
Kita kaya, ada yang sakit.
Kita susah, bahagia, juga ada yang merasa tersakiti.
HP Bonita sudah tak berdering lagi.
CUT TO
SCENE 64
EXT - DEPAN KONTRAKKANNYA PRAS - SIANG
Beberapa burung-burung kesayangan Pras sudah ada yang akan membelinya. Yang akan membeli burung itu masih melihat-lihat burung-burungnya Pras dari sangkar ke sangkar. Dari wajah Pras terbersit belum begitu ikhlas untuk menjual burung-burungnya itu. Kun, Sarpo dan juga Anton sibuk mengeluarkan beberapa burung lagi dari dalam rumah.
PEMBELI BURUNG
Pasnya berapa semua Mas?
PRAS
Satu juta setengah.
Kalau enggak, nggak usah saja.
Dari kejauhan terlihat Bonita sedang mengamati Pras. Bonita kemudian mengambil HP-nya untuk menghubungi Pras. Dari kejauhan terdengar HP-Pras berdering. Pras menatap layar pada HP-nya. Setelah tahu yang menelpon adalah Bonita, rasa bahagia langsung membanjiri hati Pras.
PRAS
(bicara lewat HP)
Syukurlah kamu mau menghubungiku!
BONITA
(bicara lewat HP)
Memangnya kenapa?
PRAS
(bicara lewat HP)
Saya hanya kepingin menjelaskan saja.
Pasti Surti sudah bicara nggak benar sama kamu!
BONITA
(bicara lewat HP)
Hanya itu?
Hanya itu kamu nelpon aku?
Nggak ada yang lainnya?
Diam sesaat. Pras jadi bingung.
PRAS
(bicara lewat HP)
Ya!
Hanya itu!
Bonita kemudian mematikan HP-nya. Tahu Bonita mematikan HP-nya, Pras jadi sangat bingung.
PRAS
(bicara lewat HP)
Halo?
Halo?
Bonita?
Setelah terputus, Pras jadi sangat gelisah. Sementara Bonita masih mengawasi Pras dari kejauhan.
PRAS
Bodoh!
Bodoh benar aku ini!
(berteriak)
Bodoh bener aku ini!
Kenapa aku nggak berani bicara terus terang padanya?
Bonita....
Aku merindukanmu!
Aku mencintaimu!
Mendengar apa yang dikatakan Pras, tentu saja membuat hati Bonita sangat bahagia. Bonita kembali menghubungi Pras dengan HP-nya. Praspun kemudian langsung menerimanya.
PRAS
Bonita?
Jangan ditutup dulu!
Ada yang akan aku katakan selain itu.
Terserah apa nanti pendapatmu? Aku nggak mau tahu!
Dengarkan!
BONITA
(sambil melangkah menghampiri Pras)
Aku sudah dengar!
Kemudian Praspun begitu kaget setelah mengetahui kemunculan Bonita.
BONITA
(melangkah tapi masih bicara dengan Pras lewat HP-nya)
Tapi nggak apa-apa, aku pingin dengar sekali lagi.
Bonita menghentikan langkahnya. Mereka berdua saling beradu pandang dari kejauhan. Mereka masih saling bicara dengan HP-nya.
PRAS
(bicara lewat HP-nya)
Tapi sebelumnya maafkan aku.
Orang kecil yang memberanikan diri...
BONITA
(bicara lewat HP)
Nggak usah terlalu banyak basa-basi.
Cepat katakan apa HP ini segera aku matikan dan aku segera pergi dari sini.
Pras kelihatan gugup. Teman-teman Pras juga menyaksikan kejadian ini sambil senyum-senyum.
PRAS
(bicara lewat HP)
Aku mencintaimu!
Bonita mencoba menggoda Pras.
BONITA
(bicara lewat HP)
Aku tidak mencintaimu!
Pras kaget. Bonita kemudian tersenyum. Tahu kalau Bonita tersenyum, Pras kemudian mematikan HP-nya. Pras kemudian berlari untuk segera memeluk Bonita. Bonitapun menyambut pelukkan itu dengan hangatnya. Teman-teman Pras langsung bertepuk tangan. Tentu saja hal ini membuat bingung orang yang akan membeli burung-burungnya Pras.
ORANG YANG MEMBELI BURUNG
Baik Mas, saya ambil semua burungnya!
Kalau boleh sama kenarinya sekalian.
Tentu saja hal itu membuat Bonita kaget.
PRAS
Kan sudah saya katakan sebelumnya, tanpa kenari!
BONITA
Kamu jual berapa semuanya?
PRAS
Satu setengah juta.
BONITA
Kalau begitu semuanya aku beli dua juta.
PRAS
Nita...
BONITA
Cukup!
Aku nggak mau ribut lagi sama kamu!
PEMBELI BURUNG
Jadi gimana ini?
BONITA
Apa mas nggak dengar sudah saya beli semua?
Orang yang membeli itupun langsung melangkah pergi dengan kejengkelannya.
BONITA
Sekarang juga kita ke rumah sakit untuk menyelesaikan administrasinya temanmu itu!
Praspun mengikuti saja perintah Bonita. Pras mengambil motor besarnya.
PRAS
(pada Sarpo)
Ambil uangnya!
Sarpo bergeges mengambil uang. Tak lama kemudian uang yang sudah dimasukkan ke dalam amplop diberikan pada Pras.
Bonita langsung memboncengnya. Tak lama kemudian Pras dan Bonita sudah meninggalkan rumah kontrakkannya Pras. Teman-teman Pras jadi saling tertawa.
CUT TO
SCENE 65
INT - LOBBY HOTEL DIMANA BONITA MENGINAP - SIANG
Terlihat Pak Sudurgo, pemilik Hotel dimana Bonita menginap ini tengah mengunjungi hotelnya. Beberapa karyawan begitu menaruh hormat jika berpapasan dengannya. Han, orang kepercayaan Pak Dirgo untuk mengelola hotel ini langsung menyambut kedatangan Pak Dirgo.
PAK DIRGO
Han...
Biduan dari Jakarta itu masih menginap di sini?
HAN
Masih pak!
PAK DIRGO
Dia ada sekarang?
HAN
Tadi saya lihat dia sedang keluar Pak!
Ada apa ya Pak?
PAK DIRGO
Saya ingin ketemu dia.
Kalau dia sudah datang, tolong suruh menghadap di ruangan saya.
HAN
Baik Pak!
Pak Dirgo kemudian melangkah menuju ruangannya.
CUT TO
SCENE 66
INT - RUMAH SAKIT - SIANG
Pras masih membayar biaya rumah sakit. Karena kurang, Bonitapun langsung mengeluarkan dompetnya. Muncul Dokter Anin. Dokter Anin sempat beradu pandang dengan Pras.
PRAS
(pada Bonita)
Saya mau nemuin Dokter Anin dulu.
Bonita menatap Dokter Anin. Praspun langsung menemui Dokter Anin.
PRAS
(dengan suara tertahan)
Lihat apa yang sudah didapatkan adikmu ini!?
(menatap Bonita)
Dia perempuan luar biasa.
Mau sama manusia yang bernama Prasetyo yang hanya pengamen jalanan.
DOKTER ANIN
Kalau dia hanya akan kamu permainkan, aku suntik mati kamu!
PRAS
Siap Dokter!
Lalu Dokter Aninpun melangkah pergi. Pras kembali ke Bonita.
CUT TO
SCENE 67
INT - LOBBY HOTEL DIMANA BONITA MENGINAP - SIANG
Pengacaranya Pak Bob tengah menemui ibunya Bonita di lobby hotel dimana Bonita menginap.
PENGACARANYA PAK BOB
Terus terang, saya sampai di Yogya ini atas inisiatip saya sendiri.
Sebelum berkas-berkas aduan saya ajukan ke Polisi, tolong ibu bujuk lagi agar Putri ibu mau menemui Pak Bob di Jakarta.
Saya tahu betul siapa dia.
Dibalik kekarasan, ketegasan beliau, beliau juga mudah untuk memaafkannya.
IBUNYA BONITA
Saya tahu itu!
PENGACARANYA PAK BOB
Diatas kertas, Putri ibu akan kalah.
Selain masa depannya sebagai biduan tenar, dia juga akan kehilangan banyak hartanya.
IBUNYA BONITA
Saya tahu itu!
Tapi...
PENGACARANYA PAK BOB
Mudah-mudahan ibu bisa meluluhkan hatinya.
Ibunya Bonita hanya bisa menundukkan kepalanya saja.
CUT TO
EXT - DEPAN HOTEL DIMANA BONITA MENGINAP - SIANG
Saskia hanya bisa mondar-mandir di depan Hotel karena menunggui Bonita yang tak kunjung muncul. Tak lama kemudian Bonita datang dengan membonceng motor besarnya Pras. Saskia langsung menghampiri Bonita.
SASKIA
Darimana saja sih kamu?
Ini bener-bener kiamat Nit!
Kiamat!
Tahu nggak kamu?
Pengacaranya Pak Bob datang ke sini!
Katanya, Pak Bob sudah akan menggugat kamu di pengadilan!
Kamu akan kalah! Akan hancur! Kiamat!
Pras kelihatan sangat penasaran.
PRAS
Ada apa sih?
SASKIA
Ada perlunya apa kamu tanya-tanya?
Semua ini gara-gara kamu tau nggak!
BONITA
Sudah!
Sudah!
(pada Pras)
Lebih baik kamu pulang saja dulu!
PRAS
Tapi kamu nggak apa-apa kan?
BONITA
Nggak apa-apa!
Praspun kemudian pergi dengan motor besarnya. Setelah Pras pergi, saskia menarik tangan Bonita untuk diajak masuk ke dalam hotel.
CUT TO
SCENE 68
INT - LOBBY HOTEL - SIANG
Pengacara Pak Bob masih bersama ibunya Bonita. Muncul Bonita dengan Saskia. Bonita melangkah menghampiri Pengacaranya Pak Bob. Ibunya Bonita melangkah pergi membiarkan mereka berdua saja.
CUT TO
SCENE 69
EXT - JALAN RAYA - SIANG
Pras tiba-tiba menghentikan sepeda motor besarnya. Pras bepikir. Pras kembali melanjutkan perjalanannya.
CUT TO
SCENE 70
INT - LOBBY HOTEL - SIANG
Bonita sedang menghadapi Pengacaranya Pak Bob. Sementara Han sudah menunggu Bonita.
BONITA
Sampaikan maaf saya yang sebesar-besarnya sama Pak Bob.
Ditangan Pak Boblah saya bisa seperti sekarang ini.
Kalau hal itu sudah menjadi keputusannya, saya siap.
Saya memang bersalah.
PENGACARANYA PAK BOB
Kalau sudah tahu seperti itu, kenapa kamu nekat melakukan hal ini?
BONITA
Maaf, saya nggak bisa menjelaskannya.
Percayalah, cepat atau lambat, Pak Bob pasti pasti akan memahami langkah yang sudah saya ambil ini.
(bangkit dari duduknya)
Sanya itu yang bisa saya sampaikan pada Bapak!
Sampaikan maaf dan salam saya buat Pak Bob.
Bonita kemudian melangkah pergi. Tahu kalau Bonita sudah selesai bicara sama Pak Bob, Han langsung menghampiri Bonita.
HAN
Maaf mbak..
Pak Dirgo, e...maksud saya pemilik hotel ini, mau bertemu dengan Embak.
Embak ditunggu di ruangannya.
BONITA
(penasaran)
Ada apa ya?
HAN
Saya kurang tahu.
Mari Mbak!
Bonitapun melangkah mengikuti Pak Han.
CUT TO
SCENE 71
INT - RUANGAN PAK DIRGO - SIANG
Pak Dirgo tengah membaca tabloid. Tak lama kemudian terdengar pintu diketuk.
PAK DIRGO
Masuk saja!
Tak lama kemudian pintu terbuka. Han dan Bonita nampak di sini.
BONITA
Bapak mau bertemu saya?
PAK DIRGO
Hanya kepingin ngobrol sebentar.
Ada waktu?
Silahkan duduk.
Bonitapun langsung duduk pada kursi yang sudah tersedia. Han kemudian menutup kembali pintu itu. Kini di ruangan ini hanya ada mereka berdua.
BONITA
Ada apa ya?
PAK DIRGO
Saya tahu di hotel saya ini menginap salah seorang biduan terkenal di negeri ini lewat tabloid ini.
Terimakasih telah memilih hotel saya.
BONITA
Hanya itu?
PAK DIRGO
Dan lewat tablois ini pula saya tahu anda sedang menjalin hubungan khusus sama seorang pengamen yang bernama Pras. Apa benar itu?
Bonita tersenyum. Bonita tak menyangka kalau pertanyaan itu sampai ke situ.
BONITA
Bapak ini pemilik hotel apa seorang Wartawan?
Apa perlu saya jawab pertanyaan Bapak?
PAK DIRGO
Saya kira perlu.
BONITA
Lalu apa hubungannya pertanyaan itu dengan hotel ini?
Untuk keamanan?
(Bonita tersenyum. Bangkit dari duduknya)
saya kira bapak ini mau ketemu saya mau minta tandatangan.
Maaf saya tak mau menjawab pertanyaan Bapak!
Bonita melangkah pergi.
PAK DIRGO
Pras itu anak saya!
Betapa terkejutnya Bonita mendengar pengakuan itu.
PAK DIRGO
Jadi saya kira pertanyaan itu masih ada hubungannya dengan saya.Kalau dia pergi dari rumah, kemudian milih kuliah di musik, lalu nyari uang dengan cara ngamen daripada kuliah di Fakultas Kedokteran, saya masih bisa masabodoh.Tapi ini masalah jodoh. Masalah garis keturunan.
Diam sesaat. Pak Dirgo kembali melanjutkan pembicaraannya.
PAK DIRGO
Sebelum hubungan kalian terlalu jauh, maka saya sebagai Bapaknya, masih ada hak untuk mencegahnya.
BONITA
Maksud bapak?
PAK DIRGO
Tinggalkan dia.
Saya nggak mau anak saya dapat seorang Biduan, seorang selebritis, yang menganggap perkawinan hanya sebagai pelengkap saja, kalau nggak mau disebut main-main.
Bonita mencoba untuk tabah walaupun hatinya kin sedang hancur. Bola mata Bonita berkaca-kaca. Dengan gontai Bonita keluar dari ruangannya Pak Dirgo.
CUT TO
SCENE 72
INT - DEPAN RUANGAN PAK DIRGO - SIANG
Bonita keluar dari ruangannya Pak Dirgo. Tiba-tiba Bonita merasakan pusing yang teramat sangat. Tubuhnya limbung. Bonita sempoyongan. Wajahnya kini sudah pucat. Keringat dingin membanjiri wajahnya. Bonita kemudian terjatuh. Bonita tak sadarkan diri. Para pegawai hotel tahu kalau Bonita terjatuh. Para pegawai hotel kemudian dengan cepat menolongnya.
HAN
(pada salah seorang karyawannya)
Panggil ambulan!
FADE OUT
FADE IN
SCENE 73
INT - RUANG ICU - SORE
Bonita sudah siuman. Dengan segenap hati Dokter Anin memeriksa Bonita.
BONITA
Lama juga ya Dok saya nggak sadarkan diri?
Dokter Anin tersenyum.
DOKTER ANIN
Lumayanlah!
Bonita mencoba tersenyum.
DOKTER ANIN
Apa yang sedang kamu pikirkan?
BONITA
Dunia ini memang aneh.
Dokter masih ingat sama pengamen yang namanya Pras itu?
DOKTER ANIN
Mana mungkin saya bisa lupa dengan pengamen tengil gitu.
Ada apa?
Mau suruh saya untuk ngakabari dia kalau kamu sekarang ada di sini?
Nggak apa-apa kalau kamu ingin itu!
BONITA
Nggak!
Justru saya nggak pingin dia tahu kalau sekarang saya ada di sini!
Bonita terdiam. Bonita kembali tersenyum.
BONITA
Sebenarnya dia itu nggak setengil yang Dokter kira.
Ketika saya mengenal dia, dekat dengan dia, orang-orang sekitar saya pada heboh. Nggak sepadan katanya saya kenal sama dia. Bagai bumi dan langit.
Saya Biduan tenar, sementara dia hanya seorang pengamen.
Saya tetap aja mau jalan sama dia.
Setelah saya semakin dekat dengannya, saya sudah putuskan untuk nekat mencintainya, kenyataannya justru saya yang nggak sepadan untuk dirinya.
DOKTER ANIN
Kenapa begitu?
BONITA
(kembali tersenyum)
Ternyata dia itu anak seorang yang maha kaya raya!
Yang tentu saja kurang pantas jika dia memilih saya yang hanya seorang biduan.
DOKTER ANIN
Tahu dari mana kamu?
BONITA
Papa dia tadi nemuin saya di hotel.
Saya diminta untuk menjauhi dia.
Bonita tersenyum. Tak lama kemudian butiran air matanya keluar matanya. Betapa kagetnya Dokter Anin mendengar keterangan Bonita.
BONITA
Untuk mencintai seseorang dipenghujung hidup saya saja ternyata tidaklah segampang yang saya kira.
(menarik nafas dalam-dalam)
Mudah-mudahan Pras tidak akan pernah tahu kalau saya pernah berjumpa dengan Papanya.
Saya nggak mau hubungan mereka semakin buruk saja.
Kondisi Bonita semakin melemah. Dokter Anin kembali sibuk.
CUT TO
SCENE 74
EXT - DEPAN ICU - SORE
Saskia tengah menangis sesunggukkan. Ibunya Bonita mencoba untuk menenangkan hati saskia.
SASKIA
Saya bener-bener bodoh!
Bener-bener egois!
Kalau tahu kondisi Bonita seperti itu, saya nggak bakalan ikut menyalahkan, ikut memarahi dia.
Manusia apa aku ini?
IBUNYA BONITA
Sudah!
Sudah!
Hal itu juga bukan salah kamu!
Saskia semakin menangis sesunggukkan.
CUT TO
SCENE 75
INT - RUANG ICU - SORE
Kondisi Bonita kelihatan sudah semakin lemah. Dokter Anin mengambil HP dari sakunya. Dokter Anin mencoba untuk menghubungi Pras.
DOKTER ANIN
(bicara lewat HP)
Pras...
Kamu segera datang ke rumah sakit!
Bukan! Bukan Bisma, tapi Bonita.
Kondisi dia saat ini benar-benar kritis! Sekarang ada di ICU.
Sebenarnya dia itu mengidap leokimia yang sudah acut.
Cepat temui dia!
Dokter Anin kemudian mematikan HP-nya.
CUT TO
SCENE 76
EXT - JALAN RAYA - SORE
Dengan motor besarnya Pras menuju rumah sakit.
CUT TO
SCENE 77
INT - RUANG ICU - SORE
Saskia dan juga ibunya Bonita tengah menemui Bonita yang sudah tak berdaya. Nampak sekali Bonita mencoba untuk menerima nasibnya.
SASKIA
Kenapa kamu nggak mau ceritakan sakitmu ini sama aku Nit?
BONITA
Karena aku nggak mau kamu ikut terbebani.
Sas...
Aku minta maaf kalau aku punya salah padamu!
Terimakasih kamu telah mau mengikuti aku.
SASKIA
Jangan katakan itu Nit! Jangan katakan itu!
Kamu akan sembuh! Kita akan sama-sama lagi!
Tiba-tiba muncul Pras. Bonita mencoba tersenyum pada Pras. Mata Pras sudah berkaca-kaca. Ibunya Bonita mengajak keluar Saskia untuk memberi kesempatan mereka berdua.
BONITA
Kamu tahu darimana aku ada di sini?
Pras tak menjawab. Pras langsung menggenggam jemari Bonita. Pras kemudian mencium kening Bonita.
BONITA
Maafkan aku ya Pras karena telah banyak merepotkan kamu!
Perlahan-lahan air mata Pras jatuh di pipinya.
BONITA
Bagaimanapun juga aku harus bersyukur, karena di sisa umurku ini aku telah dipertemukan dengan seorang laki-laki yang aku inginkan.
Pras.
(menatap dalam-dalam mata Pras. Mencoba tersenyum walaupun sangat berat)..
Bagaimana dengan burung kita?
PRAS
(dengan suara tersendat-sendat)
Baik-baik saja!
(menengadahkan wajahnya)
Ya, Tuhan...
Selamatkan kekasihku ini!
BONITA
Aku lelah Pras...
Aku lelah sekali....
Nafas Bonita kembali berat. Dokter Anin kemudian mendekati Bonita. Tak lama kemudian Bonita memejamkan matanya untuk untuk selama-lamanya. Dokter Anin dan beberapa tenaga medis yang membantunya mencoba menyelamatkan Bonita tapi hasilnya sia-sia. Bonita kini telah tiada.
Kain putih kemudian ditutupkan ke wajah Bonita. Dokter Anin kemudian memeluk erat-erat tubuh Pras. Tak lama kemudian Ibunya Bonita dan Saskiapun muncul. Dokter Anin mencoba menjelaskan apa yang kini tengah terjadi pada Bonita pada Ibunya Bonita.
Dengan menangis sesunggukkan dan setengah tak mempercayai apa yang kini sedang terjadi Saskia langsung memeluk tubuh Bonita yang sudah terbujur kaku. Sementara Ibu Bonita nampak tabah dan kuat walau kita lihat air mata mulai jatuh di pipinya.
DISSOLVE INTO
SCENE 78
EXT - PEMAKAMAN - SIANG
Bonita sudah dimakamkan. Di sini terlihat pak Bob yang didampingi pengacaranya. Sementara Pak Dirgo di dampingi Dokter Anin. Sementara Pras bergabung dengan Ibunya Bonita, Saskia dan juga adiknya Bonita.
PAK DIRGO
(pada Anin)
Papa menyesal telah mengatakan hal itu padanya.
Papa benar-benar menyesal.
Dokter Anin sepertinya tahu apa yang kini sedang mengganggu pikiran papanya. Dokter Anin mencoba menenangkan hati papanya dengan mengelus-elus pundak papanya untuk menguatkannya.
FADE OUT
FADE IN
SCENE 79
EXT - TERAS RUMAH KONTRAKKANNYA PRAS - PAGI
Gambar dimulai dengan burung kenari yang dibeli Bonita. Gambar melebar. Sambil memetik gitarnya, Pras mengamati burung kenari di teras rumah kontrakkannya. Bola mata Pras berkaca-kaca.
Pras menarik nafas dalam-dalam. Pras meletakkan gitarnya kemudian melangkah menghampiri burung kenari yang membelikan Bonita.
Pras mengambil burung kenari itu dari dalam sangkarnya. Kenari itu kemudian dengan rasa berat hati dilepaskan Pras.
PRAS
(sambil melepaskan kenari)
Selamat Jalan Bonita!
Kenari itupun hinggap dari ranting ke ranting pohon yang ada di halaman kontrakkan pras sembari berkicau. Tak lama kemudian kenari itupun terbang meninggalkan Pras. Terbang tinggi menerabas awan, menerabas mendung.
SELESAI
JONI NANTONO
PENULIS
SURAT PERNYATAAN
Nama Lengkap : Joni Nantono
Tempat / Tanggal Lahir : Semarang, 14 Feb, 1963
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Penulis Skanario
Alamat : Bulustalan IV No 416 Semarang
No WA / Hp : 0855 4014 8786
E-mail :
Saya dengan identitas yang tertulis di atas menyatakan bahwa karya saya yang berjudul: "BIDUAN" adalah karya asli, tidak menjiplak/ mencontek karya orang lain serta tidak sedang diikutsertakan dalam perlombaan sejenis (serta tidak dikirimkan ke media lain).
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Apabila dikemudian hari saya terbukti telah melanggar ketentuan tersebut, maka saya bersedia didiskualifikasi, baik sebagai peserta maupun pemenang.
Semarang, 7 Maret
(Joni Nantono)