Cinta di Kamar Sebelah

Oleh: Ardi Rai Gunawan

Blurb

Dimas Haryanto, seorang mahasiswa yang menderita amnesia traumatis baru saja pindah dari kosan lamanya ke sebuah kosan baru, karena letaknya dekat dengan tempat kerja sampingannya di sebuah mini market. Namun, di kosan barunya ini, Dimas merasakan kejanggalan, sebab ia selalu melihat dan merasakan seorang perempuan tinggal di kamar sebelahnya, yang mana menurut sang pemilik kosan, kamar tersebut sudah tidak ada yang menempati selama hampir 3 tahun.

Kamar tersebut dihuni seorang perempuan bernama Laura, yang mana sosok tersebut terhubung ke masa lalu Dimas. Terlebih sosok yang rupanya selalu hadir dalam setiap mimpi buruknya itu juga menjadi penyebab Dimas menderita amnesia traumatis.


Premis

Seorang mahasiswa penderita amnesia traumatis (disosiatif) baru saja pindah ke kosan berhantu. Namun, lambat laun ia malah berpacaran dengan hantu tersebut, yang ternyata terhubung pada masa lalu si mahasiswa.

Karakter

Dimas Haryanto (26 tahun) adalah anak muda yang menderita amnesia traumatis sehingga ia melupakan beberapa kejadian, termasuk orang-orang penting yang berkaitan dengan kejadian tersebut. Kawan di kerja sambilannya, Lusi, yang merupakan sahabat lamanya sudah mengetahui keadaan Dimas, selalu memerhatikannya dengan baik.

Lusi (25 th), tidak hanya menjadi kawan di tempat kerja sambilan Dimas, tetapi juga teman kuliah di kelas yang sama, dan juga harus menyelesaikan studinya cepat-cepat: sama seperti Dimas.

Selain Dimas menderita amnesia traumatis, Dimas pun kerap bermimpi buruk setiap malam. Anehnya, ia selalu mengalami mimpi yang hampir sama:
Dimas yakin, mimpi tersebut sangat erat hubunganya dengan masa lalu yang dilupakannya karena suatu kejadian traumatis, yang tak seorangpun di keluarganya memberitahunya. Termasuk ibu dan kakak perempuannya.

Setelah Dimas menempati tempat kos baru di sebuah rumah mirip rusun, milik perempuan setengah baya bernama Erlina yang selalu dibantu oleh asistennya, Euis, Dimas merasakan sesuatu keanehan di lantai tiga, tempat tinggal barunya. Saat pertama kali Dimas masuk ke kamarnya, Erlina memberitahu sebuah kamar kosong di lantai tiga yang tak pernah dihuni selama hampir tiga tahun lamanya, hingga kamar tersebut lebih tepat dikatakan gudang. Anehnya, Dimas selalu merasakan sesuatu yang aneh dengan kamar paling pojok itu, salah satunya karena mimpi buruknya terasa semakin nyata, dan latarnya berada persis di suatu kamar kos yang mirip dengan kamar Dimas—ia sangat yakin itu adalah kamar kosong tersebut.

Sejak ia tinggal beberapa hari di kamar kos barunya itulah, kawan-kawannya, Lusi dan Rudi mulai melihat suatu keanehan pada diri Dimas. Dimas yang biasanya selalu ceria, kini mulai murung karena menyembunyikan sesuatu. Lusi dan Rudi sangat mengetahuinya: Dimas memang tak ingin membiarkan siapapun tahu kesedihannya, ia hanya ingin orang lain tahu dia baik-baik saja.
Lusi sering mencoba menanyakan keadaannya yang berubah tersebut. Bahkan di kampus pun Dimas terlihat mencurigakan di mata Lusi. Lusi menganggap Dimas berubah menjadi sangat pemurung. Ia beberapa kali berusaha menegurnya di kampus, namun Dimas terlalu larut dalam ilusi ketakutannya.

Ia bahkan mendengar perempuan itu terus berjalan ke kamar kosong itu setiap malam. Ketika ia periksa, Dimas melihat seorang perempuan berambut panjang memasuki kamar tersebut. Karena keadaan tersebut terus terulang, Dimas berusaha mengonfirmasikan hal itu kepada Erlina. Erlina yang biasanya selalu ramah, ketika Dimas menyinggung kamar itu, sikapnya jadi lebih dingin.

Lusi yang terus mendesak Dimas untuk cerita tentang penyebab kemurungannya, akhirnya mau menceritakannya di ruang pegawai. Rudi pun ikut menimbrung. Dimas menceritakan soal perempuan menyeramkan dalam mimpi buruknya selama ini, mulai mengganggunya di kehidupan nyata. Dimas pun menceritakan soal kamar itu kepada Lusi dan Rudi. Dari cerita tersebut, hanya Rudi yang tak sepenuhnya percaya, dan ia menganggap Dimas sedang berhalusinasi.

Kemurungan tersebut terus berlanjut hingga Dimas memberanikan diri menyapa perempuan yang melewat di depan kamarnya itu setiap malam, ketika ia baru saja pulang kerja sambilan malam. Perempuan itu menoleh dan tersenyum padanya. Mereka pun berkenalan. Nama perempuan itu adalah Laura. Dimas yang menganggapnya hantu, lantas ditertawai oleh Laura. Mulai dari perkenalan malam itu, hubungan Dimas dan Laura pun tambah dekat setiap harinya. Dimas selalu membantu Laura dalam membuang sampah setiap pagi. Mereka pun mulai saling menunjukkan kamar mereka. Laura memberitahu Dimas, kalau setiap Dimas kuliah dan kerja sambilan, para tukang yang disewanya datang ke kamarnya, membetuli kamar yang rusak tersebut. Laura hanya mendapat kamar itu dari Erlina karena yang lainnya sudah penuh, dan ia tak ingin menyewa di tempat lainnya, karena terlalu jauh dari tempat kuliahnya.

Laura pun mulai sering membagi makanan ke kamar Dimas, dan mereka sering makan bergantian di kamar mereka. Dimas juga mulai berani mengajak Laura menonton film bersama di bioskop, dan mengajaknya makan di luar, juga bertamasya di wahana hiburan pasar malam. Dimas dan Laura pun resmi berpacaran.

Perubahan sikap Dimas di tempat kerja pun kembali dirasakan oleh Lusi dan Rudi. Mereka sama-sama minta penjelasan Dimas soal perubahan itu. Mau tak mau Dimas pun menceritakan soal hantu yang pernah diceritakannya, merupakan sebuah kesalahpahaman dirinya. Perempuan itu menurut Dimas adalah perempuan bernama Laura. Diam-diam Lusi terdiam mendengarnya. Ia merasa nama tersebut tak asing baginya.

Sementara itu, bersamaan dengan perubahan sikap Dimas, seorang lelaki bernama Aldo terus mengganggu kerja Lusi di mini market setiap Dimas tak ada. Aldo selalu menanyakan Dimas. Lusi yang tak tahan dengan hal tersebut, memberitahu Dimas di kampus tentang seorang lelaki kaya yang terus mencarinya. Lusi merasa sebal, karena Dimas terlalu larut oleh bayang-bayang Laura.


Sampai suatu hari, Dimas dan Laura di kamar saling membahas masa lalunya. Dimas menceritakan soal penyakitnya dan Laura sangat bersimpati terhadap Dimas. Ketika Laura menceritakan masa lalunya, kepala Dimas lantas didera nyeri, karena ia merasa bayang-bayang soal masa lalu yang tak diingatnya tiba-tiba bermunculan. Laura meminta Dimas bertemu dengan seorang sahabat yang sudah lama dikenalnya. Laura ingin sahabatnya yang bernama Risya itu menceritakan soal hidupnya di masa lalu.

Di tempat lain, Aldo masih mendatangi Lusi, menanyakan keadaan amnesia Dimas. Lusi dan Aldo merupakan sahabat lama, yang sebenarnya masih memiliki kedekatan dengan Dimas. Aldo merasa bersalah kepada Dimas, sedangkan Lusi menganggap Aldo adalah lelaki pengecut yang selalu berlindung di bawah ibunya, Wilda—yang juga menjadi penyebab mimpi buruk bagi Laura empat tahun lalu.

Dimas dan Laura kemudian mengunjungi rumah sahabat Laura, Risya, yang ternyata pernah satu kosan dengan Laura di tempat Erlina. Laura menyuruh Dimas berbincang dengan Risya. Anehnya Laura tak bisa dilihat oleh Risya. Risya pun memberitahu Dimas, kalau Laura telah meninggal. Dimas tak percaya karena ia telah menghabiskan hari-hari dengannya, tapi ketika Risya terus bercerita soal Laura yang menjadi korban pembunuhan salah satu sahabatnya, Aldo—karena Wilda, ibu Aldo ingin harta yang dimiliki bapaknya Laura—kepala Dimas semakin kesakitan. Apalagi setelah berkata bahwa Laura merupakan mantan pacar Dimas.

Laura merupakan anak satu-satunya, dan pewaris tunggal perusahaan bapaknya. Aldo yang diketahui ibunya telah menyukai Laura sejak dulu memaksa Aldo menikahi Laura dengan cara apapun. Salah satu cara yang dipikirkan Wilda adalah dengan menghamili Laura: Aldo terpaksa membuat Laura mabuk dan memerkosanya.
Laura yang tidak ingin menikah, dan tahu Wilda mengincar harta bapaknya, lantas kabur dari rumah, menyewa indekos yang sama dengan Risya, juga Dimas—yaitu di rumah Erlina. Tapi, Wilda malah mengirim beberapa orang berpakaian hitam untuk membunuhnya. Dimas yang saat itu sangat marah, diminta datang oleh Laura ke kosan tersebut, karena dia sangat bersikeras ingin menjelaskan semuanya. Namun, ketika Dimas datang ke indekos, ia malah melihat Laura telah dibunuh oleh orang-orang suruhan Wilda. Dimas kabur. Mobil yang dikendarainya kecelakaan di sebuah padang ilalang. Dimas terus dikejar oleh para pembunuh tersebut, hingga ia memutuskan untuk loncat dari sebuah tebing.

Pada malam hari setelah pulang dari kosan Risya, Dimas mendobrak kamar Laura, hingga membangunkan beberapa penghuni kos, termasuk Erlina dan Euis. Dimas menemukan kamar tersebut persis seperti yang ia lihat pertama kali: kamar yang hampir rusak. Dimas lantas frustasi dan hilang kesadaran.

Keesokan harinya Lusi menceritakan semuanya termasuk masalah Laura dan Aldo. Dimas telah ingat semuanya. Malamnya, Dimas bermimpi bertemu Laura yang akan berpamitan bersama bayinya. Namun, Dimas memutuskan untuk ikut karena tak ingin berpisah lagi dengan Laura. Laura pun memberikan secarik kertas yang bertuliskan alamat tempat terakhirnya.

Paginya, sebelum Dimas ke tempat Laura, ia sempat pergi ke kantor Aldo, sahabat lamanya, dan menghajarnya bertubi-tubi. Namun, ia kabur karena Wilda menyuruh beberapa orang membunuhnya. Dimas pun akhirnya pamit kepada Erlina dan pergi ke alamat yang dimaksud Laura, yakni sebuah pemakaman. Di tempat itu Dimas meminta seorang penjaga kubur untuk menggalinya, dan meyakinkan lelaki bernama Sahid kalau di dalam kuburan Laura tidak ada apa-apa. Setelah digali, Laura datang lalu berpelukan mereka di dalam lahat. Berbeda dengan apa yang dilihat Dimas, Sahid (penjaga kuburan) melihat Dimas sedang memeluk pocong yang kemudian wajah pocong itu menoleh ke arah Sahid, bahkan tersenyum kepadanya.
Lihat selengkapnya