Dila dan Nostalgia

Oleh: adrian hendrawijaya

Blurb

1 orang tua bisa merawat 10 anak, tapi apakah 10 anak bisa merawat 1 orang tua?
pertanyaan yang kerap muncul ketika melihat kisah ini.

Sepasang suami istri yang sudah sesepuh, pak Sugih dan bu Siti, hidup berdua saja di rumahnya. Padahal mereka mempunyai 5 orang anak yang tinggal di kota.
Suatu ketika bu Siti terjatuh di dapur hingga mengalami keretakan pada tulangnya.
5 anaknya datang untuk menjenguknya. Karena Melihat kondisi orang tuanya yang sepertinya sudah tidak bisa lagi hidup berdua saja, maka mereka semua rapat dan membicarakan siapa yang bisa menjaganya. Namun hampir semuanya tidak ada yang menyanggupinya dengan berbagai alasan, akan tetapi ada satu anak yang bisa, Dila. Suaminya Dila, Agus, dengan semangat menyetujuinya, hingga membuat Dila tambah yakin dengan keputusannya.

Hari demi hari Dila merawat kedua orang tuanya di kampung, Sukabumi. Disana Dila sekalian bernostalgia akan masa kecilnya, Ia menemukan foto-foto dan kaset video dokumentasi sewaktu Ia kecil dulu yang direkam bapaknya dengan kamera jadul.
Awalnya berjalan normal, namun karena sulitnya merawat orang tua dibanding anak, banyaknya kerusakan di rumahnya dan saudara kandungnya tidak ada yang pernah datang maka Dila mulai tidak betah. Ditambah lagi Dila mulai bingung ketika suaminya sakit tapi dia tidak bisa merawatnya karena tidak ada yang bisa menggantikan dia untuk menjaga orang tuanya. Maka Dila pun tidak kuat dan memutuskan untuk membawa orang tuanya ke rumahnya tinggal bersama suami dan anak-anaknya.
Namun pak Sugih tidak mau, karena dia ingin tua dan meninggal di rumahnya sendiri, justru pak Sugih mengatakan kalau seharusnya anak-anaknya lah yang ke rumahnya dan tinggal di rumahnya.

Bagaimana Dila bisa menyelesaikan masalahnya?
apakah akhirnya anak-anak pak Sugih yang lainnya bisa menggantikan Dila?

apakah pepatah "1 orang tua bisa merawat 10 anak, tapi 10 anak belum tentu bisa merawat 1 orang tua" itu benar?

Premis

5 orang anak yang sudah dewasa kebingungan untuk menjaga kedua orang tuanya yang sudah sangat tua, tapi akhirnya ada 1 anak yang menyanggupinya namun itu semua tidak berjalan lancar karena munculnya masalah-masalah baru.

Karakter

Sepasang suami istri yang sudah sesepuh, Pak Sugih dan Bu Siti, hidup berdua saja di rumahnya. Padahal mereka mempunyai 5 orang anak yang tinggal di kota.
Pak Sugih merasa sedih karena beberapa bulan ini anak-anaknya belum ada yg datang menemuinya.
Suatu ketika bu Siti terjatuh di dapur hingga mengalami keretakan pada tulangnya, karena pak Sugih tidak bisa menolongnya maka Ia keluar rumah untuk mencari pertolongan ke tetangganya.

Beberapa jam kemudian 4 anaknya datang menjenguknya tetapi yang 1 lagi tidak bisa karena pekerjaan. Melihat kondisi orang tuanya yang sepertinya sudah tidak bisa lagi hidup berdua saja, maka mereka semua rapat dan membicarakan siapa yang bisa menjaganya, namun hampir semuanya tidak ada yang menyanggupinya dengan berbagai alasan, akan tetapi ada satu anak yang bisa, Dila. Suaminya Dila, Agus, dengan semangat menyetujuinya, hingga membuat Dila dengan senang menyanggupinya.

Hari demi hari Dila merawat kedua orang tuanya di kampung, Sukabumi. Disana Dila sekalian bernostalgia akan masa kecilnya, karena Ia menemukan video-video dokumentasinya sewaktu Ia kecil dulu, yang direkam oleh Pak Sugih.

Namun karena sulitnya merawat orang tua, banyaknya kerusakan di rumah itu dan saudara kandungnya tidak pernah ada yang datang berkunjung, maka Dila pun mulai tidak betah.
Suatu ketika suaminya Dila sakit, tapi Dila tidak bisa merawatnya karena tidak ada yang bisa menggantikannya untuk menjaga orang tuanya, Maka Dila pun tidak kuat dan memilih untuk membawa orang tuanya ke rumahnya tinggal bersama suami dan anak-anaknya.

Awalnya pak Sugih tidak mau, karena dia ingin tua dan meninggal di rumahnya sendiri, justru pak Sugih berpikir seharusnya anak-anaknya lah yang ke rumahnya dan tinggal bersamanya. Namun dengan berat hati akhirnya pak Sugi mau karena merasa kasihan kepada Dila.

Ketika di rumah Dila, dia dan suaminya bersama-sama merenovasi kamar untuk pak Sugih dan bu Siti agar nyaman dan cocok untuk orang yang sudah tua, mereka dibantu oleh kedua anaknya, Adit dan Gita. Hari demi hari, Adit yang mempunyai pekerjaan sebagai freelancer video editor itu mengetahui kalau kakeknya memiliki kamera jadul, bahkan isinya terdapat banyak video dokumentasi ibunya dan saudara-saudaranya sewaktu kecil dulu. Adit memiliki ide untuk merapihkan kumpulan video-video tersebut dan ditayangkan nanti di acara ulang tahun kakeknya. Gita senang sekali ketika kakeknya membawa banyak vinyl beserta playernya dan diberikan kepada nya, karena Pak Sugih tau kalau Gita memang senang mendengarkan musik old jazz dari vinyl setiap dia ke rumah kakeknya. Akhirnya mereka mendengarkan vinyl bersama, bahkan Gita dan pak Sugih berdansa bersama diikuti Adit beserta Dila, bu Siti dan Agus. Gita mempunyai tugas untuk membuat sebuah lagu yang bertemakan tentang cinta dan akan di presentasikan di ujian minggu depan. Gita membuat sebuah lagu instrumental piano, Dia terinspirasi dari mamahnya yang selalu merawat ke dua orang tuanya. Namun Gita belum dapat judul yang cocok untuk lagunya.

Suatu ketika 5 anak pak Sugih akhirnya berkumpul bersama di rumah Dila untuk merayakan ulang tahun pak Sugih serta membicarakan pergantian untuk merawat orang tuanya. Namun pembicaraan tersebut terkesan alot hingga akhirnya Dila dengan pasrah sepakat agar pak Sugih dan bu Siti tetap berada di rumahnya. Namun tiba-tiba Sugandi, salah satu kakaknya Dila yang paling dibencinya, bukannya siap untuk merawat kedua orang tuanya malah mengajukan untuk menjual rumahnya Pak Sugih, karena menurutnya lebih baik pak Sugih tinggal bersama Dila di rumahnya, dan uangnya bisa untuk kehidupan pak Sugih. Dila pun semakin kesal dan emosinya meledak, keadaan di rumah Dila mulai kacau, bahkan Sugandi dan Dila sempat hampir bertengkar. Akhirnya semuanya terdiam ketika Pak Sugih mencoba melerai namun terjatuh karena kesenggol Dila. Pak Sugih diangkat ke sofa terdekat, untungnya tidak terjadi apa-apa padanya. Pak Sugih mulai berbicara sembari marah dan menangis, semua terdiam mendengarkan dan tersadar akan perkataannya pak Sugih. Pak Sugih berkata
"Menurut bapak,
kalau kita sedang ada masalah dengan keluarga, obat pertama yang paling ampuh adalah bernostalgia. Karena dengan bernostalgia kita akan jadi ingat dan bersyukur kalau kita punya keluarga yang sayang sama kita, sehingga kita bisa menyelesaikan masalah tanpa amarah."
Kata-kata itulah yang membuat semua anak-anak Pak Sugih tersadar dan saling meminta maaf. Bahkan kata-kata itulah yang membuat Dila dapet inspirasi sebuah judul yang pas untuk lagunya, yaitu "Dila dan Nostalgia".

Ketika keadaan mulai tenang, tiba-tiba Adit dan Gita memiliki ide untuk segera menayangkan hasil buatannya. Gita mematikan lampu dan Adit memutar video buatnya menggunakan proyektor. Dengan senyuman hangat dan air mata berlinang pak Sugih menonton video hasil dokumentasinya dulu. 5 orang anaknya pun menontonnya dengan haru, mereka semua saling bernostalgia dan menyadari betapa dekatnya mereka dulu dengan orang tuanya.

Besoknya Dila seperti biasa melakukan aktivitas paginya seperti memasak air panas untuk pak Sugih mandi. Namun ketika Pak Sugih dibangunkan oleh Bu Siti, Pak Sugih tidak juga bangun, akhirnya Dila mengetahui kalau ternyata pak Sugih sudah meninggal.

end.
Lihat selengkapnya