Blurb
Kisah kakak beradik yang salah satunya mengidap autisme dan kerap menjadi beban kakaknya, bahkan selalu menjadi alasan dibalik hancurnya momen-momen menyenangkan. Bagaimanapun juga, ia adalah adik, salah satu bagian dari keluarga yang harus dijaga.
Premis
Dua orang saudara (kakak-beradik) yang salah satunya mengidap autisme. Keduanya
sudah berjanji untuk saling menjaga dari sejak kecil. Sayangnya, sang adik yang mengidap
autisme selalu saja merusak momen yang tengah dijalani oleh kakaknya. Hingga suatu saat, sang
kakak muak dengan apa yang dilakukan adiknya
Karakter
Laskar dan Angga merupakan dua bersaudara, Laskar yang menjadi anak pertama terlahir
tanpa memiliki kekurangan mental, namun sang adik yaitu Angga terlahir dengan autisme. Sejak
kecil, Laskar berkomitmen untuk terus menjaga Angga kapan pun dimana pun. Hal tersebut terus
ia lakukan hingga keduanya beranjak remaja.
Ketika masa remaja yang seharusnya dialami dengan momen-momen menyenangkan, lain halnya
dengan Laskar yang kebanyakan momen indahnya dirusak oleh sang adik yang mengidap
autisme, Laskar lalui itu dengan sabar. Suatu saat, Ketika Laskar mengabulkan keinginan adiknya
untuk berkemah disuatu bukit, Angga terus saja berulah yang mengakibatkan Laskar Lelah
dengan tingkahnya dan marah serta merta meninggalkannya sendirian di hutan untuk pulang ke
kost temannya karena merasa sangat kesal. Laskar berfikiran kalau adiknya yang autis itu dapat
pulang sendiri.
Setelah berhari-hari meninggalkan Angga dihutan, Laskar memutuskan untuk pulang ke
rumahnya untuk menemui ibu,ayah, dan juga Angga untuk meminta maaf. Sayangnya Angga
tidak ada di rumah. Laskar yang kebingungan bertanya kepada ayah dan ibunya, namun mereka
malah bertanya balik kepada Laskar.
Dengan begitu panik, Laskar segera berangkat menjemput Angga di hutan. Berjam-jam ia mencari
sampai akhirnya ia menemukan Angga yang tengah terduduk sendiri disebuah gua kecil sambil
menangis, kelaparan, ketakutan dan lemas. Segeralah Laskar meminta maaf dan mengajak Angga
pulang sesaat setelah Angga maafkan dengan dramatis.
Saat mereka pulang, Angga tidak sengaja terperosok kesisi tebing curam yang dibawahnya penuh
batu, untungnya ia memegang pada sudut tebing itu. Laskar menariknya ke atas, sayangnya
pijakan Laskar licin sehingga Laskar ikut terperosok ke sisi tebing dan langsung berpengangan
kepada Angga. Laskar segera meraih tali karabiner untuk ia kaitkan pada sebuah batang pohon
yang ternyata rapuh.
Dalam keadan mendesak itu, Angga mengorbankan dirinya dengan cara melepas pegangan
tanganya dan melepas eratan karabiner sehingga ia terjatuh kedalam tebing tersebut. Alhasil
Laskar selamat dan berhasil naik ke atas dengan kesusahan, sedangkan Angga terjatuh dengan
keras kebawah dan menyebabkannya sekarat.
Saat Angga sekarat, ia menarik jari kelingking Laskar sebagai bentuk perjanjian untuk
saling menjaga yang pernah Laskar lakukan kepada Angga saat mereka masih kecil. Setelah
mereka mengingat hal itu, Angga langsung meninggal yang menyebabkan Laskar sangat sedih
dan merasa sangat bersalah.
Berhari-hari setelah kematian Angga, kedua orang tua Laskar terus-terusan bersedih. Setiap kali
melihat itu, Laskar dihantui oleh rasa bersalah yang luar biasa mencekam. Karena saking tidak
kuatnya oleh rasa bersalah yang menghantuinya, Laskar memutuskan untuk bunuh diri dengan
maksud lari dari perasaan bersalah sekaligus menebus kesalahannya.