KLARA & BELLE

Oleh: Herman Trisuhandi

Blurb

Klara memutuskan pulang dari Bandung ke Jakarta usai mengakhiri hubungannya yang tak jelas hendak dibawa ke mana oleh Rico.

Di Jakarta, saat ia dipaksa menginap di rumah Nenek, Klara kembali bertemu dengan Belle, kakak dari pernikahan ibunya terdahulu yang mengalami gangguan mental dan fisik setelah pertemuan terakhir mereka dua puluh tahun lalu saat usianya baru 7 tahun.

Klara pun berencana menebus dosanya kepada Belle.

Premis

Klara yang baru saja meninggalkan kekasihnya berusaha mengabaikan perasaannya yang porak-poranda dengan membangun kembali hubungannya bersama Belle, kakak tirinya yang menderita down syndrome dan tak dianggap.

Karakter

Setelah dua belas tahun hubungan yang arahnya tak jelas ke mana, Klara memutuskan meninggalkan Rico dan pulang dari Bandung ke Jakarta. Di Jakarta, Klara disambut hangat khususnya oleh sang Nenek yang memintanya menginap di rumahnya.

Klara sebetulnya malas. Tetapi, Nenek akan terus memaksanya sampai dia mau. Klara pun mengalah dan diantar ibunya pergi ke rumah Nenek.

Tak disangka, di sana ia kembali bertemu dengan Belle, kakaknya yang mengalami gangguan mental dan fisik.

Belle lahir dari pernikahan pertama ibu mereka, Inge dengan Hadi Siregar di usia yang masih amat muda. Belle yang kini berusia 36 tahun pertama kali bertemu Klara 20 tahun lalu yang membuat Klara (saat itu usianya baru memasuki 7 tahun) menjerit histeris dan menangis ketakutan. Yang mana gara-gara itu, Inge memutuskan untuk tidak lagi mempertemukannya dengan anaknya yang lain ini demi kesehatan jiwanya. Sementara Belle yang tak pernah memahami hal itu, telah memiliki ritual khusus membuat kue ulang tahun untuk Nenek setiap bulan yang sebetulnya tidak mempedulikannya.

Kedatangan Klara kali ini pas bertepatan dengan tanggal ulang tahun Nenek. Belle yang memiliki ingatan bagus rupanya masih sangat merindukan dan menyanyangi sang adik. Sehingga pertemuan kedua ini menjadi hal paling membahagiakannya meskipun tidak demikian dengan sang ayah, Hadi, yang justru merasa khawatir dan takut Klara akan "melukainya" lagi.

Saat tiba waktunya, Belle menolak diajak pulang. Hadi yang paham anaknya tak bisa dipaksa hanya sanggup menuruti kemauannya. Terlebih dorongan orang-orang, khususnya Inge, membuatnya pasrah. Dia pun pulang membawa perasaannya yang campur aduk. Sementara di sisi lain, Klara melihat itu sebagai kesempatan untuk menebus dosanya di masa lalu.

Bermula dari kebiasaan Belle membuat kue, Klara mulai mendapati kenyataan di keluarganya yang tidak dia ketahui sebelumnya. Di rumah itu, bahkan ibu mereka sendiri seolah-olah tidak menganggap Belle lebih penting dari kebersihan rumah. Sehingga Nenek seakan-akan berhadapan dengan malapetaka tiap kali Belle mengoprek dapurnya.

Kenyataan itu membuat Klara merasa terpukul. Dia pun bersiasat untuk menyadarkan keluarganya jika Belle sama pentingnya dengan siapa pun lewat keberuntungan yang amat ia syukuri. Pertama, Belle yang terus-terusan menolak diajak pulang meskipun sudah dibujuk dengan beragam cara. Berikutnya, dia sendiri yang tidak membawa banyak baju sementara baju persediaannya telah habis dipakaikan pada Belle. Dari situ, Klara mengajak Belle membongkar isi lemari ibu mereka dan memakai baju-baju lamanya.

Pada saat Klara mulai merasa disembuhkan, baik dari luka hati akibat urusan asmaranya yang berantakan, pun dosa lamanya terhadap Belle yang terampuni, dia dihadapkan pada satu kenyataan yang rupanya tak bisa diubah oleh apa pun. Nenek tetap tak bisa menerima Belle. Ibu, sekalipun meminta maaf, tetap merasa pilihan bahagianya tidak termasuk Belle di dalamnya. Setidaknya dalam lingkup yang lebih intens.

Sambil menangis, Klara mengantar Belle pulang. Sebelum pergi, dia meminta Hadi mengambil fotonya berdua Belle. Klara memeluk Belle, untuk kali terakhir dan berbisik padanya kalau ia akan mengambil posisi yang sama seperti diberikan keluarga mereka.
Lihat selengkapnya