Blurb
Sylvi, Advokat, tak menyangka kasus yang ditangani firma hukumnya akan membawa ke sebuah konfilk yang melibatkan organisasi kejahatan Internasional. Dia berharap dengan menangani kasus itu, nama kantor Advokatnya akan diliput banyak media masa, sehingga menjadi terkenal.
Namun, justru maut yang menghadang.
Terlebih, Anto dan Sahat, partnernya di Law Firm itu juga terancam keselamatannya.
Belum pula kemunculan Johan, lelaki misterius dengan kemampuan bela diri yang tinggi, yang beberapa kali menyelamatkan Sylvi dari maut.
Berpacu dengan waktu sidang pembelaan klien yang semakin mepet, hubungan asmara dengan Johan yang semakin pelik, berikut ancaman dari para penjahat yang mengincar keselamatan dirinya dan dua partnernya, Advokat wanita itu harus berjuang mengurai satu per satu permasalahan yang membelitnya.
Karakter
Sinopsis
Sion, seorang pemuda lugu, menjadi tersangka atas kasus pembunuhan berencana. Korbannya adalah seorang pengusaha terkenal beserta teman wanita dan beberapa pengawalnya yang ditembak oleh pembunuh bayaran Jepang. Sementara itu di Jepang, seorang ketua Yakuza dibunuh beserta pengawal-pengawalnya oleh seorang pembunuh bayaran berwajah Melayu.
Ibu Sion meminta bantuan ke kantor Advokat Anto & Partner atas kasus anaknya. Semula, tiga Advokat di kantor Advokat itu tertarik membela pemuda lugu itu. Bukan saja karena tercium aroma konspirasi dalam kasus itu, kantor Advokat yang didirikan bersama tiga sahabat: Anto, Sahat, Sylvi, itu juga membutuhkan pemberitaan dari media masa sebagai sarana promosi.
Kala sebuah nama seseorang yang diberikan Sion mengarah ke sebuah diskotek di Jakarta, Sahat dan Sylvi mendatangi diskotek itu. Kemunculan kedua advokat muda itu mendapat tentangan dari Bang Rud, pemilik diskotek. Bang Rud bahkan menawarkan uang milyaran agar kantor advokat mereka mundur dalam menangani kasus itu. Namun, Sahat dan Sylvi menolak tawaran itu.
Di lain waktu, dalam perjalanan pulang berkendara motor, Sylvi dihadang tiga anak buah Bang Rud. Berbekal ilmu bela diri yang dikuasainya, Sylvi berusaha melawan tiga pengeroyoknya. Namun, kalah jumlah dan senjata, Sylvi terdesak dan terluka. Di saat kritis itulah, Johan, seorang pemuda tampan tak dikenal, menolongnya.
Johan membawa Sylvi ke rumahnya, mengobati luka-luka yang diderita advokat muda itu. Johan memperingatkan Sylvi untuk mundur dari kasus itu. Sylvi menolak tegas.
Insting Sylvi benar. Sion hanya kambing hitam dalam kasus tersebut. PT. Adiguna, sebuah perusahaan besar yang dipimpin Herman dan Kusuma, di belakang konspirasi itu.
Johan muncul di apartemen Sylvi dengan membawa dokumen-dokumen tentang kasus yang ditangani Sylvi. Walaupun cara Johan dalam mendapat informasi itu dengan meretas komputer PT. Adiguna, data yang diterima dari Johan ditindaklanjuti Sylvi dan Sahat ke perusahaan tersebut. Advokat dari PT. Adiguna mengingkari, dan menolak mentah-mentah data itu.
Herman sebagai Direktur Utama perusahaan PT. Adiguna akhirnya meminta Tanaka, Pembunuh bayaran Jepang, untuk membereskan masalah itu dengan membunuh Sylvi.
Suatu malam, Tanaka masuk ke apartemen Sylvi. Berusaha membunuh gadis itu. Sylvi melawan, tetapi kalah. Di saat yang kritis, Johan muncul dan menolongnya. Johan berhasil menolong Sylvi. Namun, gadis advokat itu terluka parah dan membutuhkan pertolongan segera. Karena Johan tidak mempercayai siapa pun juga, termasuk polisi, pemuda itu membawa Sylvi ke sebuah rumah di lereng gunung tempat orang tua angkatnya berada.
Kedua orang tua angkat Johan, Pak Asep dan istrinya, tidak hanya pandai mengobati luka, juga ahli dalam ilmu kanuragan. Di tempat terpencil yang jauh dari jangkauan manusia itu, kedua orang tua angkat Johan berhasil mengobati luka dalam Sylvi. Sekaligus menurunkan ilmu bela dirinya ke advokat wanita itu.
Mengetahui Tanaka gagal melaksanakan tugas, mulanya Herman memberi instruksi Bang Rud untuk menculik Anto dan Sahat. Namun, Kusuma melarangnya untuk sementara waktu dengan alasan polisi sedang mengawasi kedua Advokat itu setelah kegagalan Tanaka. Untuk itu, Kusuma meminta Ryan, seorang pembunuh bayaran lokal untuk menangkap Sylvi, dan membawa gadis itu ke hadapan pemilik PT. Adiguna untuk diinterogasi siapa yang membocorkan rahasia perusahaan ke gadis itu.
Beberapa waktu menghabiskan diri di lereng gunung berlatih kanuragan, hubungan Johan dan Sylvi semakin dekat. Bibit-bibit cinta timbul di antara keduanya. Bu Asep pun menceritakan ke Sylvi tentang masa lalu Johan yang pahit.
Di Jakarta, setelah dirasa pengawasan mulai kendur, Herman dan Kusuma memutuskan untuk menculik Anto dan Sahat. Kedua Advokat itu disiksa untuk memberitahu di mana lokasi persembunyian Sylvi. Dua advokat itu bergeming tak mau bicara. Kemarahan Herman juga ditumpahkan dengan menembak Bang Rud.
Kabar tentang ditangkapnya dua orang Advokat itu sekaligus rencana eksekusi keduanya disebarkan PT. Adiguna ke dunia maya untuk menarik perhatian Sylvi. Kusuma pun menelepon Ryan, sang pembunuh bayaran, untuk malam itu juga membawa Sylvi hidup-hidup.
Dibantu Xavier, teman Johan yang ahli dalam peretasan, Sylvi dan Johan berhasil menemukan tempat Anto dan Sahat ditahan di sebuah Gudang dengan kantor berlantai tiga yang dijaga puluhan tukang pukul.
Setelah melumpuhkan para tukang pukul, Sylvi dan Johan merangsek ke lantai tiga tempat Anto dan Sahat ditahan. Herman dan Kusuma beserta Tanaka telah menunggu kedatangan Sylvi dan Johan.
Sylvi terkejut kala mengetahui bahwa Johan adalah Ryan, pembunuh bayaran yang disewa untuk membawa dirinya ke tempat itu. Sylvi yang terlanjur cinta pada Johan, merasa sangat sakit hati akibat pengkhianatan itu. Gadis itu semakin terpuruk saat Johan akan mengeksekusi Anto atas perintah Herman. Gadis itu memelas, memohon Johan untuk tidak membunuh kedua sahabatnya itu. Tapi, Johan tetap melakukan tugasnya.
Saat pisau di tangan Johan sudah menggores kulit leher Anto, Johan menghentikannya. Dia memberi kertas berisi hasil DNA kepada Kusuma, dan mengatakan bahwa Sylvi adalah anak kandung Kusuma yang ditinggalkannya saat masih berumur empat tahun.
Kusuma terkejut. Untuk meyakinkan dirinya, Kusuma meminta Sylvi memperlihatkan telapak tangan kanannya. Di telapak tangan itu terdapat luka sebagai tanda masa kanak-kanak. Merasa yakin bahwa Sylvi adalah anak kandungnya, Kusuma meminta Herman untuk membebaskan tiga advokat itu. Dia bahkan akan menanggung semua kejahatan itu sendiri tanpa melibatkan Herman.
Herman marah. Dia menembak Kusuma, kemudian menembak Sylvi. Johan cepat menusuk tangan Herman yang memegang pistol, sekaligus memukulnya hingga pingsan.
Dalam keadaan sekarat, Kusuma meminta maaf pada Sylvi, dan memberi bandul kalung yang berisi micro chip-data-semua kejahatan PT. Adiguna.
Setelah kematian Kusuma, Sylvi membantu Johan menghadapi sisa tukang pukul. Johan dan Sylvi berhasil mengalahkan tukang pukul-tukang pukul itu. Kemudian, Johan sendirian bertempur menghadapi Tanaka, dan berhasil membunuh pembunuh bayaran Jepang itu.
Johan dan Xavier meninggalkan Sylvi dan Tempat Kejadian Perkara setelah kedatangan polisi.
Dalam perjalanan menuju tempat sidang putusan Sion, Sylvi menjelaskan tentang Kusuma pada Anto dan Sahat. Bahwa Kusuma bukan ayahnya. Dia terpaksa berbohong dan berimprovisasi ketika Johan menggiring cerita seperti itu.
Akhirnya, Hakim memutuskan Sion tidak bersalah. Pemuda itu dibebaskan. Puluhan advokat ikut mendampingi tiga advokat dari Anto & Partner itu, memberi apresiasi atas kerja keras mereka.