Blurb
Di sebuah kampung yang begitu terbelakang, ada seorang remaja miskin yang pertama kali bisa berkuliah melalui jalur beasiswa. Namanya Budi Pakerti, remaja yang cukup pintar, idealis, naif, dan pendiam. Dia menjadi kebanggaan di keluarga dan kampungnya.
Orang tuanya meyakini ramalan bahwa Budi akan memutus tali kemiskinan di keluarganya. Ayah Budi percaya bahwa Budi adalah anak yang spesial.
Budi memang spesial. Dia memiliki kelebihan unik yaitu bisa berbicara dengan seekor kucing putih bernama Niko.
Sayangnya, Budi berjuang seorang diri selama kuliah. Tanpa finansial yang memadai, tanpa koneksi yang luas, dan akses yang begitu terbatas, akankah Budi berhasil mewujudkan ramalan itu? Bisakah dia menjadi orang sukses tanpa privilege? Apakah kucing putih atau Niko akan membantu Budi meraih tujuannya?
Premis
Seorang mahasiswa miskin harapan keluarga yang bermimpi sebagai penulis fiksi terkenal, yang kini mengalami keterbatasan akses selama berkuliah karena finansial yang tidak memadai, hanya mampu bertahan hidup demi menghemat uangnya sambil menulis naskah novel daripada menjalani kehidupan sebagai mahasiswa yang aktif dan ideal. Namun setelah lulus, dia susah mendapatkan pekerjaan dan meraih impiannya, yang mana hal itu justru membuatnya menjadi beban keluarga.
Karakter
Little Man mengisahkan perjalanan Budi, seorang remaja kelas bawah yang menjadi mahasiswa pertama dari kampungnya melalui jalur beasiswa. Di keluarganya, Budi lebih diprioritaskan oleh orang tuanya, Dolah dan Siti, dibanding adiknya, Laras, karena mereka mengimani ramalan bahwa Budi akan menjadi pemutus tali kemiskinan di keluarganya. Budi sendiri sangat idealis, naif, namun spesial karena bisa berbicara dengan kucing putih yang bernama Niko.
Budi menjadi mahasiswa sastra Inggris di Universitas Antera, kampus terbaik nomor 25 di Indonesia. Selama di kampus, Budi diajak bergabung dengan circle-nya. Namun, Budi akhirnya menarik diri karena tidak mampu mengikuti gaya hidup mereka. Uang beasiswa Budi tidak cukup untuk kebutuhan hidupnya. Budi terpaksa harus mengasingkan diri demi menghemat uangnya. Keterasingan Budi diperparah ketika dikritik circle-nya saat kelas karena dianggap memiliki pemikiran yang terbelakang. Kesulitan-kesulitan yang dialami Budi membuatnya sedikit ragu dengan ramalan tentang kesuksesannya. Untungnya, Niko selalu datang untuk membuatnya optimis dengan masa depannya. Karena motivasi dari Niko, Budi memutuskan mencari kerja part-time bersama Amir, sahabatnya dari jurusan perikanan yang dia kenal ketika sosialisasi beasiswa. Budi akhirnya mendapat pemasukan tambahan dari bekerja part-time sebagai kasir di sebuah toko.
Sembari bekerja part-time, Budi juga mulai menyibukkan diri dengan menulis novel yang berjudul Little Man setelah bergabung dengan klub sastra di kampusnya. Sebagai pecinta novel, dia bermimpi menjadi seorang penulis fiksi terkenal seperti idolanya, Haruki Murakami.
Tetap saja perjuangan Budi sebagai penulis tidak pernah mulus. Dalam pekerjaannya, Budi mengalami diskriminasi gaji dari bosnya karena memiliki kemampuan sosial yang buruk. Amir yang selalu ada di samping Budi Juga mendadak putus kuliah karena ayahnya meninggal. Dolah juga selalu meminta kiriman uang dari Budi untuk kebutuhan hidup di rumah karena pengangguran. Di masa-masa terpuruknya, Budi akhirnya pulang ke kampungnya karena pandemi virus korona.
Selama di rumah, orang tua Budi menggunakan seluruh uang beasiswanya untuk kehidupan sehari-hari. Budi sendiri tidak peduli, dia lebih fokus menjalani kuliah online sekaligus mengerjakan novelnya untuk meraih impiannya. Namun, tiba-tiba Budi mengalami keraguan dengan mimpinya sendiri ketika melihat postingan circle-nya yang sedang magang di sebuah perusahaan. Budi tidak yakin bahwa menjadi penulis adalah impian yang tepat. Dia takut selama ini terperangkap dengan pikirannya sendiri karena tidak memiliki koneksi dan pergaulan yang luas. Budi sendiri juga hanya bisa menulis cerita fiksi dan tidak punya skill lain yang dibutuhkan di dunia kerja. Untungnya, lagi-lagi Niko datang di momen yang tepat untuk membangkitkan keyakinan Budi tentang mimpinya.
Budi akhirnya kembali optimis dengan impiannya sebagai penulis. Namun, optimisme Budi akhirnya dipatahkan lagi oleh guru SMA-nya karena menganggap menjadi penulis di tengah kondisi keluarga yang miskin bukan tujuan yang realistis.
Hari kelulusan pun akhirnya tiba. Budi diwisuda secara online karena pandemi. Budi akhirnya langsung fokus untuk mengirim naskah Little Man ke beberapa penerbit melalui platform online. Sebagai cadangan, Budi juga mengirim puluhan lamaran pekerjaan yang lain secara online. Namun, tidak ada satu pun yang mendapat panggilan. Akibatnya, Budi harus menganggur selama 6 bulan. Selama itu, Budi menjadi stres. Beberapa warga yang membanggakan Budi karena bisa kuliah kini mulai membicarakan Budi karena menjadi sarjana pengangguran. Gosip itu sampai ke ibu Budi. Orang tua Budi untuk pertama kalinya ragu dan bingung karena tidak menyangka harapan keluarga kini menjadi pengangguran. Mereka akhirnya melihat realita yang sesungguhnya, dan tidak percaya lagi dengan ramalan yang mereka percaya selama ini.
Karena menganggur cukup lama, Budi akhirnya diasingkan oleh orang tuanya. Mereka kini lebih memprioritaskan Laras karena mendapat pemasukan dari pekerjaannya sebagai SPG. Laras sendiri juga akan menikah dengan bosnya. Dolah yang selalu membanggakan Budi kini menyesal dan merasa bersalah dengan Laras. Kini Laraslah yang dianggap sebagai harapan keluarga.
Dolah kini menjadi keras dan jahat terhadap Budi setelah tetangganya yang juga guru SMA Budi merendahkan Budi sebagai sarjana pengangguran. Dolah memarahi dan menganggap Budi sampah keluarga. Siti juga selama ini menganggap Budi sengaja mempermalukan keluarga karena Budi tidak ikhlas uang beasiswanya digunakan orang tuanya. Melihat orang tuanya yang egois dan tidak peduli dengan perasaannya, Budi menjadi semakin terpuruk. Dia akhirnya kehilangan harapan dan mimpinya. Di momen terendahnya, Niko datang dengan berwarna hitam. Meminta Budi untuk menghukum orang tuanya dengan melakukan gantung diri di area kandang samping rumahnya.
Di saat Budi hendak melakukan gantung diri, Dolah yang saat itu sedang membaca buku di kamarnya terkejut melihat ayam-ayamnya masuk ke rumahnya tengah malam. Dolah langsung lari ke area kandang dan menggagalkan aksi Budi. Dolah menangis dan meminta maaf kepada Budi karena menjadi ayah yang buruk. Budi akhirnya membuka diri tentang betapa sulitnya berkuliah tanpa dukungan finansial yang memadai. Dolah terkejut mendengar Budi selalu kekurangan saat kuliah. Untuk pertama kalinya, Budi memarahi ayahnya dengan emosional karena merasa dimanfaatkan selama ini. Budi merasa ayahnya tidak bertanggung jawab dan hanya bisa menyusahkan anak-anaknya.
Keesokan harinya, Budi akhirnya bisa berdamai dengan keluarganya. Kini keluarganya juga ikut berjuang untuk memberikan dukungan yang Budi butuhkan, baik secara materi maupun emosional. Mereka saling bekerja sama untuk keluar dari tali kemiskinan. Meskipun begitu, Budi tidak mau terlalu membebani keluarganya. Dengan realistis, Budi memutuskan bekerja sebagai guru honorer di SMA-nya sambil terus berjuang meraih impiannya menjadi penulis fiksi terkenal.