Living Inside A Cloud

Oleh: Arini Putri

Blurb

Karena trauma yang dialaminya, Claudine menarik diri dari orang-orang di sekitarnya dan menghabiskan hari-harinya dalam kontrakan sempit yang dia sewa di kota Jogja. Impian Claudine sederhana, dia hanya ingin hidup dengan tenang dan aman bersama hal-hal yang dia sukai di kontrakan sempitnya, tanpa gangguan orang lain. Hingga suatu hari, seseorang pindah tepat di sebelah kontrakannya. Dia adalah Mahesa, cinta pertama Claudine saat SMA.

Kedatangan Mahesa mengubah segalanya, mengusik ketenangan hidupnya serta memaksa Claudine menghadapi kembali masa lalu yang selama ini menghantuinya. Dapatkah Claudine kembali mendapatkan ketenangan yang diimpikannya?

Premis

Seorang ilustrator yang mengidap social anxiety disorder menarik diri dari lingkungan sosial dan menghabiskan hari-harinya di sebuah kontrakan sempit karena menginginkan hidup yang aman dan tenang. Suatu hari, cinta pertamanya saat SMA pindah tepat di sebelah kontrakannya, mengusik ketenangan hidupnya dan memaksanya kembali menghadapi masa lalu yang menjadi sumber ketakutan terbesarnya.

Karakter

Karena trauma di masa SMA-nya, Claudine (24) menarik diri dari kehidupan sosial dan menghabiskan waktunya dalam sebuah kontrakan sempit yang dia sewa di kota Jogja. Selain bekerja sebagai ilustrator lepas, Claudine menghabiskan hari-harinya dengan mengerjakan hal yang dia suka. Memasak, membaca buku, menjahit, menonton travel vlog di Youtube—bagi Claudine, hari-harinya terasa tenang dan tak pernah membosankan. Suatu hari, ketenangan hari Claudine terusik saat Mahesa (24) pindah tepat di sebelah kontrakannya. Mahesa sendiri bukan orang asing untuk Claudine. Mahesa adalah teman SMA Claudine sekaligus cinta pertamanya. Sayangnya, Mahesa juga merupakan salah satu penyebab trauma yang dialami Claudine. Karena itu, sebagai pertahanan diri, Claudine bersikap dingin kepada Mahesa. Mahesa yang tak tahu apa-apa, kebingungan sekaligus penasaran melihat sikap Claudine kepadanya.

Karena suatu insiden saat mengejar tikus—kontrakan murah Claudine dan Mahesa yang hanya dibatasi dinding triplek seadanya itu—dindingnya terlepas dan membuat lubang besar yang menghubungkan kontrakan Claudine dan Mahesa. Claudine yang tak ingin berinteraksi dengan Mahesa, langsung menutup lubang itu dengan rak buku besar miliknya. Namun, bahu dingin Claudine tak membuat Mahesa menyerah untuk terus bersikap baik dan ramah kepada Claudine, berharap suatu hari Claudine mau membuka diri untuknya dan kembali berhubungan baik seperti saat SMA dulu.

Suatu hari, Claudine pingsan karena demam tinggi. Mahesalah yang menolong dan merawatnya sampai sembuh. Melihat itu, hati Claudine mulai luluh. Interaksi kecil mereka selanjutnya—mulai dari Mahesa yang membelikan cemilan untuk Claudine setiap pulang kerja, sampai Claudine yang terpaksa membantu Mahesa memasak—membuat mereka berdua tanpa sadar semakin dekat. Claudine yang tak percaya kepada siapa pun—termasuk keluarganya—perlahan membuka dirinya kepada Mahesa.

Mahesa yang penasaran, terus mencoba mencari tahu alasan di balik perubahan Claudine. Dia pun menemukan bahwa setelah kepindahan Mahesa dari SMA, Claudine mengalami perundungan di sekolah. Masalahnya berawal dari sebuah foto yang diambil diam-diam saat Mahesa mengantarkan Claudine pulang. Mahesa yang saat itu sedang dekat dengan murid populer bernama Laras, membuat banyak orang salah paham—termasuk Laras sendiri. Murid-murid yang mengagumi Laras merundung dan memusuhi Claudine karena menganggapnya orang ketiga dalam hubungan Mahesa dan Laras. Kepindahan Mahesa ke Singapura yang tiba-tiba juga memperparah keadaan. Dihantui rasa bersalah, Mahesa bertekad membantu Claudine untuk melawan ketakutannya. Mahesa pun mengajak Claudine sesekali keluar dari kontrakannya, menemani Claudine mengunjungi berbagai tempat di Jogja dan mendorongnya berinteraksi dengan orang lain.

Di sisi lain, fobia Claudine terhadap hubungan sosial menarik perhatian Melia—pemilik Skyline Book—tempat Claudine bekerja sebagai ilustrator lepas. Melia menawarkan Claudine kesempatan untuk menerbitkan buku ilustrasi dan—tanpa sepengetahuan Claudine—memanfaatkan kondisi psikologis Claudine sebagai alat marketing. Popularitas Claudine naik drastis setelah Skyline Books membuat akun media sosial dan mempromosikan Claudine sebagai ilustrator yang menderita social phobia. Banyak dukungan dan simpati dari netizen yang datang untuk Claudine. Bersamaan dengan pengumuman terbitnya buku ilustrasi milik Claudine, sebuah artikel muncul dari majalah FAME. Artikel tersebut membahas penyalahgunaan gangguan psikologis sebagai alat marketing. Akun media sosial Claudine ikut disebut sebagai contohnya. Dukungan dan simpati untuk Claudine langsung berubah menjadi kebencian dalam sekejap. Media sosial Claudine dihujani oleh ujaran kebencian. Kini bersembunyi di dalam kontrakan pun tak lagi bisa menyelamatkan Claudine.

Semua komentar jahat itu membuat Claudine depresi. Dia kembali menarik diri dari hubungan sosial, bahkan kini kehilangan niat untuk makan dan bekerja. Dia juga susah tidur dan sering sakit kepala hingga terus mengkonsumsi penghilang rasa sakit. Mahesa berusaha menghiburnya, tetapi gagal. Suatu hari, Mahesa menemukan Claudine tergeletak pingsan karena overdosis obat. Dengan panik, Mahesa menggendongnya keluar kontrakan. Di luar, orangtua Claudine yang datang untuk menjemput Claudine pulang langsung mengambil alih dan membawa Claudine ke rumah sakit. Mahesa yang khawatir berusaha mengejar mobil orangtua Claudine dengan motor Papang. Sayangnya, di tengah jalan, Mahesa jatuh dari motor dan diselamatkan orang-orang.
Saat Claudine pulih, dia sadar masih banyak orang yang peduli dan menginginkan dia sembuh. Kehadiran orang-orang itu memberi kekuatan baru untuk Claudine. Namun, Mahesa justru tak kunjung muncul, membuatnya bertanya-tanya. Beberapa hari kemudian, Ayah Mahesa muncul dan menceritakan kondisi Mahesa setelah kecelakaan motor. Mahesa juga memutuskan keluar dari perusahaan startup-nya dengan Luki. Mahesa mendapatkan tawaran untuk bekerja kontrak selama tiga tahun di perusahaan Singapore. Ayah Mahesa meminta Claudine membujuk Mahesa karena Mahesa tak mau pergi meninggalkan Claudine sendiri. Claudine pun akhirnya membujuk Mahesa. Dia meyakinkan Mahesa bahwa dia sudah cukup kuat dan sanggup menghadapi semuanya sendiri. Mahesa pun dengan berat hati pergi, tetapi dia berjanji akan segera kembali agar bisa menjaga Claudine lagi.

Satu tahun berlalu, Claudine tak lagi mengurung diri di kontrakan. Dia berkonsultasi rutin ke psikolog dengan dukungan dari keluarganya. Walaupun masih dalam masa penyembuhan, Claudine sudah menunjukkan banyak perkembangan dan niat besar untuk sembuh. Suatu hari, saat berkunjung ke taman yang direkomendasikan Mahesa, Mahesa muncul kembali. Claudine dan Mahesa pun tersenyum bahagia.
Lihat selengkapnya