Blurb
"Hobi gak mandang jenis kelamin, Pa. Yang Rasya lakuin ini seni, bukan yang aneh-aneh kayak yang Papa pikirin." PLAK! Tamparan itu sudah menjadi teman akrab di pipi Rasya saat memperjuangkan mimpinya. Ayahnya Rasya, Herman, menolak keras impian Rasya menjadi penari balet karena dianggap menghancurkan "citra" sebagai lelaki. Terlebih lagi, adiknya Rasya, Beni memberi perundungan di sekolah. Sanggupkah Rasya meraih mimpinya? Ataukah mimpi itu musnah karena kehadiran Felma sebagai kekasih Rasya?