Blurb
Riana : Bu, apakah Riana bisa seperti dia?
Riana menujuk ke arah seorang pria yang bermain biola dengan nada yang begitu sangat indah di atas panggung pertunjukkan Festival Musik Malam Bulan Purnama.
Riana : Sementara Riana...
Tatapan Riana tertuju ke kedua kakinya yang lumpuh hanya bisa duduk di kursi roda. Kedua matanya berkaca-kaca
Meriam menatap Riana.
Meriam : Semua orang berhak bermimpi, termasuk kamu. Keterbatasan tidak akan menjadi batas impian seseorang termasuk kamu putri ibu yang akan tetap sempurna di mata ibu. Kamu pasti bisa.
Meriam menatap Riana sambil tersenyum hangat.
Premis
Meriam seorang ibu yang ingin mewujudkan impian besar Riana (putrinya) yang mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya semenjak lahir. Karena Riana ingin menjadi seorang pemain biola internasional. Meriam memiliki kendala dalam hal keuangan, namun dia tidak akan pernah menyerah agar putrinya bisa masuk ke kursus musik di Surabaya. Dia rela bekerja keras menjadi seorang penari tiang (Pole Dance) di sebuah klub malam, walaupun dia selalu mendapatkan hujatan dari tetangga sekitarnya. Hal itu tidak membuat dirinya menyerah hingga mengantarkan Riana (putrinya) dalam sebuah Golden tiket menuju kompetisi ‘Malam Bulan Purnama" di Stadium Gedung Kesenian Surabaya. Lika-liku perjuangannya penuh dengan sebuah rintangan yang harus dia lewati namun hal itu tidak membuat Meriam menyerah akan mewujudkan impian besar Riana (putrinya) hingga bisa menjadi pemain biola tingkat Nasional. Akhirnya Riana berhasil memenangkan kompetisi ‘Malam Bulan Purnama" tahunan. Setahun kemudian dia mengikuti
Karakter
Meriam Sarasvati (P/22) terpaksa menjadi seorang single parent dan melahirkan seorang bayi perempuan yang mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya semenjak lahir. Bayi perempuan itu diberi nama Riana Dewi Rembulan.
Meriam selalu memperkenalkan alunan musik biola yang diputar di ponselnya setiap kali Riana menangis ataupun rewel. Karena Riana selalu tenang setelah mendengarkan alunan musik biola. Hal itu dilakukan sejak bayi hingga usia Riana memasuki 7 tahun.
Meriam tidak sengaja melihat pengumuman yang terpampang di sebuah baliho tentang ‘Festival Malam Bulan Purnama" yang menyajikan beberapa pertunjukan musik di sebuah gedung kesenian Surabaya. Dia teringat tentang Riana yang menyukai musik terutama biola. Dia akan mengajak Riana untuk menyaksikan ‘Festival Malam Bulan Purnama" yang diadakan setiap tanggal 27 Desember.
Meriam bertekad untuk bisa mendapatkan tiket masuk ‘Festival Malam Bulan Purnama". Dia rela untuk antri dalam waktu beberapa hari ini. Hingga akhirnya dia mendapatkan dua tiket masuk untuk menyaksikan ‘Festival Malam Bulan Purnama" di stadium Gedung Kesenian Surabaya (GKS).
Tepat tanggal 27 Desember, Meriam mengajak Riana ke ‘Festival Bulan Purnama" untuk menyaksikan beberapa pertunjukan musik di Stadium Gedung Kesenian Surabaya. Meriam dan Riana harus antri masuk ketika ingin menyaksikan festival tersebut di sebuah gedung kesenian. Saat itu Meriam rela menggendong Riana karena tidak ada lift khusus untuk disabilitas.
Riana terlihat sangat antusias sekali saat melihat pertunjukan musik biola yang dibawakan oleh
Firman (L/60). Dia bahkan menceritakan impiannya kepada Meriam (Ibunya) untuk bisa seperti Firman. Hal itu membuat Meriam berpikir untuk mendaftarkan Riana ke kursus musik. Namun Meriam memiliki kendala finansial karena dia hanya seorang penari tiang (Pole Dance) hanya freelance dan SPG Event.
Semenjak kecil Riana hanya belajar di rumah saja karena Meriam tidak mampu untuk menyekolahkan Riana di sekolah khusus. Penghasilan dari Meriam di pekerjaannya sebagai penari tiang freelance dan SPG event tidak pernah cukup. Belum lagi dia harus membayar uang sewa rumah dan kehidupan sehari-hari.
Setahun kemudian Meriam berhasil untuk menyekolahkan Riana di sebelah sekolah khusus walaupun dia harus bekerja keras untuk mendapatkan uang tambahan. Dia rela melakukan semua itu hanya untuk impian besar putrinya. Walaupun dia masih belum bisa untuk mendaftarkan Riana ke kursus musik terbaik di Kota Surabaya.
Di sekolah barunya Riana mendapatkan banyak sekali teman-teman yang baik. Salah satunya Erika (P/7) yang menjadi sahabat terbaik Riana selama di sekolah. Bahkan perilaku dari beberapa teman-temannya selalu saja menyayangi Riana.
Meriam juga mendengar dari beberapa temannya mengenai Firman seorang pelatih kursus musik terbaik di Kota Surabaya yang memiliki banyak sekali penghargaan. Kemudian dia ingin sekali untuk menemui Firman agar bisa melatih putrinya, namun jadwal pria itu sangat susah sekali didapatkan apalagi menurut kabar kalau harga kursus Biola bersama Firman sangat mahal. Bahkan dia mematok harga per/pertemuan Rp350.000, kecuali jika mengikuti kelas reguler namun jadwalnya tidak pernah pasti.
Meriam tidak pernah menyerah sama sekali untuk bisa mendapatkan uang tambahan dan menemukan jadwal Firman. Akhirnya dia memperoleh jadwal latihan bersama Firman. Namun Firman tetap mematok harga per/pertemuan khusus selama 2 jam dengan harga Rp350.000.
Lalu Meriam pun sepakat dan diapun segera mencari uang itu untuk kursus Riana.
Masalah kembali terjadi terhadap Meriam dan Riana. Mereka mendapatkan perlakuan buruk dari beberapa tetangganya yang setiap hari menghujat mereka habis-habisan. Bahkan mereka harus diusir dari kontrakan oleh pemiliknya. Padahal Meriam hanya terlambat membayar seminggu saja. Hal itu membuat Meriam harus mencari tempat tinggal baru untuk dia dan Riana (Putrinya). Dia juga terpaksa untuk mengorbankan uang yang dia kumpulkan sebagai biaya pendaftaran kursus untuk Riana (Putrinya) karena tempat tinggal barunya harga sewanya lebih tinggi dibandingkan tempat tinggal lamanya. Sementara pendapatan Merriam perbulan hanyalah sekitar Rp. 2.500. 000 untuk menjadi SPG event. Sedangkan menjadi penari tiang short time senilai Rp. 1.500.000 jika ada panggilan saja.
Meriam akan tetap tersenyum walaupun seluruh dunia akan membenci dia tapi satu hal yang selalu dia pikirkan adalah impian besar Riana. Dia akan berjuang mati-matian untuk mewujudkan impian Riana. Walaupun banyak sekali pandangan dari orang-orang sekitar mengenai profesi dari dirinya. Bahkan banyak orang yang menganggap dirinya sebagai perempuan jalang.
Tujuh tahun kemudian, Riana telah memasuki sekolah menengah pertama. Hal itu menambah beban biaya kehidupan bagi Meriam. Apalagi dia masih belum bisa untuk mendaftarkan kursus biola untuk Riana. Dia hanya mampu membelikan alat musik biola tersebut sebagai penyemangat Riana. Walaupun dia melihat jika Riana berusaha untuk berlatih dengan asalasalan tanpa adanya panduan dari seorang guru kursus.
Meriam berhasil mengumpulkan uangnya untuk mendaftarkan kursus musik biola Riana. Dia juga sudah menghubungi Firman karena dia yakin jika pria itu mampu melatih putrinya hingga sukses bermain biola di atas panggung.
Riana mulai memasuki kursus musik biola. Namun dia merasa tidak mampu ketika Firman mulai melatih dia. Dia merasa jemari tangannya tremor saat ingin berlatih musik biola. Namun Firman terus saja mendorong Riana untuk tetap percaya diri walaupun dia memiliki kekurangan semenjak terlahir di dunia. Terkadang dia merasa jika dia hanyalah beban untuk ibunya saja.
Di sisi lain Meriam selalu saja memberikan semangat untuk Riana agar terus berlatih. Dia tidak akan pernah menyerah untuk bisa melihat Riana tampil di atas panggung dengan penuh rasa percaya diri. Dia yakin jika Riana memiliki keistimewaan dibandingkan gadis-gadis lainnya.
Riana berhasil untuk mengalahkan rasa tidak percaya dirinya, ketika memainkan biola karena dorongan dari ibunya dan Firman. Dia mulai berlatih dengan begitu keras sekali karena dia membayangkan bisa tampil di festival musik ‘Malam Bulan Purnama" yang disaksikan oleh banyak penonton di ruang Stadium Gedung Kesenian.
Erika menemukan sebuah poster audisi untuk festival musik ‘Malam Bulan Purnama" yang ditempelkan di mading sekolah. Lalu dia memberikan kepada Riana, sahabatnya. Awalnya Riana tidak ingin untuk mengikuti audisi tersebut karena dia tidak cukup percaya diri. Dia juga tidak yakin dengan kemampuan yang dia miliki selama ini. Namun Erika dan teman-temannya yang lain terus saja mendorong Riana untuk mengikuti audisi tersebut karena mereka yakin bahwa Riana bisa mengikuti audisi tersebut.
Riana mengikuti audisi festival musik malam bulan purnama. Dia diantar oleh Meriam. Dan disaksikan oleh Firman sebagai pelatihnya. Saat itu dia merasa canggung dan sangat gugup sekali. Ia berusaha untuk melawan rasa ketakutannya ketika melihat banyak orang yang menunggunya.
Ketika Riana mengikuti audisi festival musik Malam Bulan Purnama, mendadak dia merasa kedua jemari tangannya gemetar. Ia berusaha keras untuk mengendalikan hal tersebut Namun kenyataannya dia malah bermain musik biola tidak sesuai dengan irama. Dia gagal dalam audisi tersebut.
Ketika Riana gagal mengikuti audisi festival musik malam bulan purnama, Meriam tidak hentihentinya memberikan dorongan berupa semangat agar Riana tidak menyerah dalam keadaan.
Saat itu Riana mencoba untuk berlatih kembali karena dia melihat perjuangan ibunya untuk bisa mendaftarkan dia kursus biola sangatlah tidak mudah. Dia juga melihat jika ibunya sering sekali pulang malam hanya untuk mencari uang tambahan.
Dua tahun kemudian, Gedung Kesenian Surabaya mulai ada event audisi festival musik nasional. Kemudian Riana (P/16) mendapatkan dukungan dari beberapa orang-orang terdekatnya. Termasuk Firman yang selalu saja meminta Riana agar tidak pernah menyerah dengan sebuah harapan dan impian.
Riana mulai mendaftar festival musik nasional tersebut kembali. Namun di hari H, Riana mendapatkan kabar bahwa Firman telah meninggal dunia karena serangan jantung secara mendadak. Hal itu, membuat Riana ingin sekali membuktikan kepada Firman kalau dia bisa untuk melawan rasa takut dan ketidak percaya diri hanya di atas panggung. Ia juga melihat perjuangan dari Meriam (Ibunya) untuk bisa membuat dia bermain musik biola di depan banyak penonton di Stadium Gedung Kesenian. Hal itu membuat dia mampu melawan rasa takut dan ketidak percaya diri hanya. Akhirnya Riana berhasil untuk memainkan sebuah alunan musik biola bertemakan lagu Ibu.
Beberapa penonton yang menyaksikan audisi tersebut termasuk juri-juri merasa terharu dengan semangat Riana walaupun dia terlahir tidak sempurna. Seorang juri mulai melakukan standing Applause ketika Riana berhasil menyelesaikan permainannya.
Riana berhasil untuk melakukan pertunjukannya yang dipersembahkan untuk ibu dan almarhum Firman, serta beberapa sahabat-sahabatnya yang selalu ada mendukung dia walaupun dia selalu merasa tidak layak. Karena ketidak sempurnaan secara fisik.
Riana mendapatkan Golden Ticket untuk bisa mengikuti festival musik Nasional ‘Malam Bulan Purnama" di stadium Gedung Kesenian Surabaya. Beberapa penonton mulai menyaksikannya. Dia juga melihat ibu dan beberapa temannya telah hadir menyaksikan dirinya kembali di atas panggung dengan senyuman yang begitu sangat hangat sekali. Dia juga melihat bayangan dari Firman yang pernah memberikan dia motivasi untuk tetap bisa melawan rasa takut dan ketidak percaya diri- an.
Seminggu kemudian Riana dan Meriam diundang oleh sebuah media terbesar di kota Surabaya untuk melakukan wawancara sebagai sosok inspirasi bagi banyak perempuan. Mereka terlihat begitu sangat hangat sekali saat melakukan proses wawancara. Saat itu nama Riana dan Meriam dikenal oleh banyak orang karena memberikan banyak energi positif bagi sebagian orang yang tidak memiliki rasa percaya diri akan ketidak sempurnaan.