Blurb
Semua orang sadar masa depan itu akan datang, berjalan hingga masa kini, kian menjadi masa lalu. Namun apakah mereka sadar kalau masa depannya nanti adalah sebuah perubahan?. Seperti masa sebelum Indonesia merdeka yang jauh berbeda dengan masa sekarang. Mungkin itu juga yang akan terjadi saat remaja sekarang memimpin dunia nanti.
Sebesar apa perubahannya? Apa resikonya?
Hanya 10% remaja yang bertanya tentang itu. Lalu 70% hanya mengkikuti arus waktu, menikmati segala kecanggihan teknologi didunia yang serba digital, tanpa tahu dampaknya. 20% menjadi orang pinggiran yang menatap gedung pencakar langit berisi orang-orang berdasi. Jangankan cara menggunakannya namanya saja mereka tidak tahu. Mereka adalah orang pelosok yang memikirkan bagaimana caranya bertahan hidup.
Nanti kita yang memegang tonggak negara, tapi apa kuat jika dasarnya tidak dipersiapkan?
Kita tidak bisa menyalahkan pemerintah karena kurangnya pendidikan. Tapi pendidikan-lah yang menjadi kunci berkembangnya negara. Beragam inovasi serta kemegahan bisa hadir karena ilmu mereka. Disisi lain negara bisa saja tenggelam atau berubah menjadi hamparan tanah kering kerontang, itu juga karena mereka yang tidak berilmu. Kita tidak lagi bisa kembali ke masa sekarang jika sudah berada dimasa depan. Pilihannya hanya dua, terus maju atau mati.
Itu sedikit gambaran dari mimpi yang terus menghantui gadis bernama KANA. Tidak ada lagi mimpi indah. Kana takut, karena mimpi aneh itu terus muncul setiap kali ia memejamkan matanya. Ditambah Kana menderita Glossophobia, takut menjadi pusat perhatian apa lagi berbicara didepan umum. Tangannya selalu gemetar tak jarang hingga pingsan. Hal ini membuat NARES harus selalu ada disisi Kana. Bahkan Nares membantu Kana mencari cara agar Kana terbebas. Padahal ia sendiri memiliki masalah dengan orang tuanya yang terus memaksa untuk menjadi penerus perusahan dengan alasan menjaga citra orang tuanya.
KANA, NARES, CALA, RAFKA, VAREL, dan HAGA. Mereka semua bergabung atas hasil kerja Nares dengan berbagai cara untuk membantu kana keluar dari mimpi tanpa petunjuk itu. Tanpa terduga mereka semua membantah, karena bagi mereka ini hanya mimpi bukan misi, jika dilanjutkan akan membuang waktu. Kana sendiri tidak tahu alasan apa hingga mimpi itu datang pada dirinya sampai berepisode-episode dan membuat dirinya sangat terbebani karena tidak ada lagi orang yang mengerti.
Karakter
Menceritakan tentang Kana yang belakangan ini merasa panik karena mimpinya. Ia bermimpimpi tentang perubahan yang akan terjadi dimasa depan. Mimpinya berbeda-beda setiap kali Kana tertidur. Ditambah Kana menderita Glossophobia, takut menjadi pusat perhatian apa lagi berbicara didepan umum. Tangannya selalu gemetar tak jarang hingga pingsan. Hal ini membuat Nares harus selalu ada disisi Kana. Mereka sudah bersahabat 15 tahun dan kini tinggal bersebelahan. Nares membantu Kana dengan mengajak teman-teman sekolah, karena menurutnya otaknya belum cukup sampai menjawab teki-teki tanpa petunjuk itu. Padahal Nares sendiri memiliki masalah dengan orang tuanya yang terus menekan untuk menjadi penerus perusahan dengan alasan menjaga citra orang tuanya.
Berkumpul didalam ruangan rahasia Kana, Nares, Cala, Haga, Varel, dan Rafka mulai membahas maksud dari mimpi Kana tapi tak kunjung mencapai titik temu. Satu persatu dari mereka membantah. Katanya ini hanyalah sebuah mimpi bukan misi. Selain itu cara kerjasama dengan masing-masing membalikkan badan menghadap arah yang berbeda dianggap menyusahkan. Nares juga berpikir bahwa dirinya selama ini adalah babu berjalan bagi Kana. Nares mengungkit semua masa lalu mereka. Kana membantah tidak terima. Sebenarnya Kana sendiri tidak tahu alasan apa hingga mimpi itu datang pada dirinya sampai berepisode-episode dan membuat dirinya sangat terbebani karena sekarang tidak ada lagi orang yang mengerti.
Kana datang dengan pakaiannya yang basah. Betapa terkejut saat ia melihat bendera kuning terpasang dirumahnya. Ayahnya meninggal membuat dunia Kana semakin hancur, meskipun ada bundanya yang selalu menguatkannya. Kana memasuki ruang kantor ayahnya, tujuannya untuk mengenang memori. Tanpa diduga Kana berhasil menemukan jawaban atas mimpinya disana. Didalam buku jurnal yang menarik perhatiannya. Tertulis bahwa mimpi itu adalah ketakutan Ayah Kana kepada Kana yang tidak punya persiapan menyambut dunia dimasa depan. Ayah Kana juga menulis bahwa ia ingin Kana menyelesaikan tugas dari riset yang Ayah Kana dapat sebelum terbaring di rumah sakit. Namun Ayah Kana tidak berani mengatakannya, setelah Kana lebih dulu bertekad akan menjadi dokter jantung untuk menyembuhkan Ayahnya.
Tidak kenal hari esok, Kana datang tengah malam. Menghampiri setiap rumah teman-temannya dan memohon untuk kembali membantunya. Semua menyetujui, kecuali Nares yang belum ia temui. Kana dan Nares kembali beradu argumen, membawa masalah masing-masing. Menunjukkan bahwa diri siapa yang lebih menderita dan tidak ada yang mengerti posisi mereka. Mereka semua berkumpul dalam ruangan rahasia. Cala datang dengan marahnya menyeret Nares. Nares terpukul dengan sindiran yang Kana katakan tadi. Nares mengajaknya ke rooftop sekolah. Rasa bersalah dari kedua pihak membuat mereka saling meminta maaf.
Kana Bersama teman-temannya kembali berdiskusi. Kali ini Kana yang menyembunyikan kepalanya diatas meja, ia hanya mendengarkan. Hingga hasil yang didapat menjawab masalah utamanya adalah Pendidikan. Kesalahan sistem dan materi yang tidak mempersiapkan siswanya untuk menghadapi masa depan dan pembentukan moral yang kurang ditegaskan. Ini bisa menjadi masalah saat teknologi canggih dengan segala invoasi baru datang. Sebagian besar dari mereka hanya bisa menggunakan tanpa tahu dampaknya. Serta kebiasaan membuang sampah atau menebang pohon yang tidak dihentikan, bisa saja membuat masa depan menjadi kota yang rendam banjir atau tanah gersang tanpa tumbuhan. Penyebaran Pendidikan yang tidak merata membuat daerah tertinggal semakin tertinggal.
Mereka semua mendatangi kepala sekolah yang sekaligus pemilik sekolah. Mereka memohon agar ada perubahan sistem disekolah , kata mereka "Kunci kemajuan negara adalah Pembangunan, kunci pembangunan adalah pendidikan, kunci pendidikan adalah guru. Guru yang cerdas akan menghasilkan penerus bangsa yang gemilang". Selain itu mereka mendaftarkan diri dalam sebuah ajang lomba berkontribusi untuk negeri. Masalah muncul saat Varel yang sudah ditunjuk menjadi perwakilan tiba-tiba berhalangan karena bokapnya kritis. Mau tidak mau Kana harus maju karena dia yang membuat materinya. Diatas panggung sekujur tubuhnya gemetar, keringat bercucuran, hingga Kana pingsan tidak sadarkan diri. Hal itu membuat Kana meminta bantuan lagi kepada teman-temannya agar terbebas dari phobianya. Kana terus latihan, dan perkembangannya makin membaik.
Dihari perlombaan berikutnya, Kana melihat Nares dipaksa orang tuanya memasuki mobil. Kana mengikutinya dan memberitahu teman-temannya yang sudah berada ditempat perlombaan. Nares berhasil ditarik Kana menuju tangga darurat, semua sudah berada disana. Nares menceritakan apa yang ia rasakan selama ini. Orang tua Nares datang langsung disambut dengan Kana. Semua isi hati Nares tersampaikan lewat Kana dan berhasil meluluhkan hati orang tuanya. Mengejar waktu mereka berlari menuju tempat perlombaan. Mereka semua berada dalam satu panggung. Varel, Rafka, Cala, dan Haga yang mempresentasikan tentang kesimpulan "Perubahan Masa Depan" Sedangkan Kana dan Nares mengatur di bagian pinggir. Tiba-tiba ada masalah dengan file yang belum tersimpan. Kana mengambil mic, lalu ia berbicara hingga penutupan dengan lancar. Atas kerjasamanya mereka berhasil menjadi juara pertama. Mereka juga mendirikan "Rumah Relawan" bagi mereka yang ingin berkontribusi ke pelosok daerah.