Blurb
Bedebah untuk siapa pun yang bilang cinta datang dari mata turun ke hati. Nyatanya takdir membawa Nadin pada cerita hidup paling absurd, bertemu laki-laki asing tanpa nama di situs chat anonim dan jatuh cinta!
Hanya berbekal suara dan cerita, hati dua manusia bertaut pada satu garis nasib yang sama. Nadin yang selalu dihantui mimpi buruk karena kesalahan di masa lalu bertemu dengan laki-laki pujaan banyak orang yang ternyata juga menyimpan sisi kelam.
Mereka menggenggam rahasia satu sama lain dan perlahan jatuh hati bersama. Tanpa pernah tahu nama, pun belum bertemu raga.
Akankah laki-laki itu jadi pelabuhan hati terakhir bagi Nadin yang dijodohkan dan harus menikah tahun depan? Atau harusnya Nadin sadar diri, yang berawal di dunia maya tidak akan menjadi nyata?
Premis
Nadin dan Arslan adalah dua manusia yang sama-sama berjuang untuk lepas dari bayang-bayang masa lalu. Mereka ingin hidup dan merasa layak sebagai manusia.
Siapa sangka Tuhan mereka tidak sengaja bertemu di situs chat tanpa nama. Melalui interaksi anonim, mereka mulai berbagi cerita, rahasia dan perasaan masing-masing. Percakapan-percakapan dini hari yang ternyata menjadi pembuka hati.
Dua stranger yang terluka saling menyembuhkan, sesederhana dengan menerima dan tak menghakimi.
Karakter
Nadin, perempuan yang mencintai kematian bertemu dengan Arslan, imam masjid yang banyak digemari sesama jenisnya. Pertemuan dua manusia di situs chat anonim ini ternyata membuka banyak tabir rahasia.
Nadin setiap hari harus berjuang melawan isi kepalanya sendiri yang berkali-kali mengatakan bahwa ia tidak layak hidup karena pernah melakukan aborsi tanpa sepengetahuan siapa pun. Sementara Arslan sebaga imam yanng dikenal banyak orang juga terus merasa dirinya kotor karena pernah menjadi korban kekerasan seksual sesama jenis.
Trauma masa lalu membuat dua manusia ini selalu merasa berdosa dan tidak layak mendapatkan cinta Illahi. Mereka terlalu takut dan malu untuk membuka diri dan mencari solusi. Arslan dan Nadin akhirnya terus terkurung dalam trauma mereka. Dua manusia ini berjalan di tali nasib yang sama. Mereka harus berjuang melawan diri sendiri, sekaligus melawan stigma dan pandangan masyarakat.
Pertemuan di situs anonim membuat Arslan dan Nadin bisa berinteraksi tanpa nama. Seiring berjalannya waktu, Nadin dan Arslan mulai bisa saling membuka diri tanpa identitas yang melekat. Ternyata mereka hanya butuh didengarkan dan diterima. Saat identitas masing-masing terkuak, Arslan dan Nadin semakin yakin kalau mereka berdua dipertemukan dengan tujuan yang besar yaitu untuk saling menyembuhkan.