Karakter
SINOPSIS
PANGGIL AKU KARTI
Tsusanto
Kartini biasa dipanggil Karti adalah bocah kelas lima sekolah dasar Bunga Bangsa. Karti salah satu murid yang berprestasi disekolah, ia hidup bersama Ayah dan adiknya. sedangkan ibu mereka hilang saat menjadi TKI hingga kini belum diketahui kabarnya.
Sifat ingin tahu Karti kadang membuat guru yang mengajar tersenyum, apalagi dengan wajah seriusnya. Karti masuk jajaran lima besar disekolahnya, tak sedikit teman-teman disekolah menyukainya.
Salah satu yang ingin menjadi sahabat Karti adalah Mimi, gadis pemalu cucu dari Mbah Bondo seorang calo TKI yang memmbuat hilangnya ibu Karti. Mengetahui Mimi mulai mendekati Karti, Bondo melarangnya. apalagi hingga kini ayah Karti masih menyalahkan dirinya atas hialngnya sang istri.
Karto merupakan petugas kebersihan, sejak dini hari ia mulai membersihkan jalan. siangnya Karto menjaga lahan parkir di pasar. Rupanya tanpa sepengetahuan Karto, ia selalu diperhatikan seseorang saat sedang membersihkan jalan.
Ny Lim, seorang janda pengusaha turunan Tionghoa yang mencintai tanah Jawa. Dari keuntungan usahanya sebagian Ny Lim sisihkan untuk pendidikan di sekolah-sekolah dasar. Di wilayahnya ia juga mempunyai beberapa anak asuh salah satunya Miranti yang kini menjadi seorang guru. Miranti disiplin serta ambisius ingin memajukan sekolah tempatnya mengajar.
Sejak kecil Miranti bersahabat dengan A lin anak tunggal dari Ny Lim yang baru saja pulang menyelesaikan sekolah masternya di luar negri. Bahkan terkadang A Lin merasa ibunya lebih sayang pada Miranti.
Kepulangan A lin membuat Miranti sibuk, disamping harus mengajar ia juga tak mau membiarkan sahabatnya tersebut kesepian. Mirantipun mengajak A Lin saat mengajar. Barto sang kepala sekolah senang dengan kunjungan A lin yang merupakan anak dari donatur sekolah. A lin dipersilahkan untuk membantu Miranti.
Suatu waktu, Seluruh murid sekolah diharuskan memakai pakaian tradisional untuk memperingati Hari Kartini. Hal ini membuat siswa yang dari keluarga kurang mampu resah. Miranti yang tak menyetujui kebijakan yang memaksa protes. Namun Miranti tak kuasa menentang kebijakan tersebut. ia hanya dapat membesarkan hati murid yang tak mampu.
Salah satu murid yang kebingungan adalah Karti. Ia tidak punya kebaya meskipun dia senang karena ia juga ingin merayakan hari Pahlawan yang menjadi inspirasinya selama ini. Karti akhirnya memutuskan untuk memberitahu kepada Karto ayahnya. bahwa ia harus mengenakan kebaya pada hari Kartini nanti.
Mendengar penuturan sang anak, Karto memutuskan memakai uang tabungan biaya Dirman sekolah. Sebelum membuka tabungan Karto memanggil kedua anaknya. Ia menjelaskan kepada Tono bahwa ia akan menggunakan tabungan untuk keperluan Karti. Tak disangka Dirman mendukung keputusan ayahnya. Namun dengan tegas Karti menolak, ia meminta kepada ayahnya agar tabungan tersebut tidak usah digunakan. Karena biaya untuk Dirman jauh lebih penting daripada kebaya baru untuknya. Apalagi Dirman seharusnya sudah sekolah tahun ini. Karti tak mau menambah beban ayahnya yang hanya penyapu jalanan yang berstatus outsourcing.
Berbeda dengan Ingrid salah satu teman sekelasnya yang menganggap Karti pesaing dalam segala hal. namun Ingrid tak pernah dapat mengungguli Karti dalam prestasi pelajaran. Ingrid selalu mencari cara untuk mempermalukan Karti didepan teman-temannya. Tindakan tersebut didukung oleh Sukma sang mama yang tindak tanduk dan penampilannya sama seperti Ingrid.
Kali ini Ingrid merasa diatas angin ia tahu, Karti tidak mungkin bisa memiliki kebaya sebagus dirinya. Ingrid mencari tahu kebaya apa yang akan dikenakan oleh Karti saat perayaan nanti.
Saat orang terlelap, di bawah rintik hujan Karto berangkat untuk melakukan tugasnya sehari-hari. Ia menyusuri rumah-rumah mewah menjaga kebersihan lingkungan dan jalan. Di pagi buta saat menuju pulang, keimanan Karto diuji. ia melihat sepasang kebaya yang lupa diangkat oleh sang pemiliknya yang masih tergantung dijemuran. Karto termenung sesaat batinnya berkecamuk, satu sisi ia tak mau mengecewakan Karti. Tanpa berpikir untuk kedua kali Karto memasuki pekarangan rumah Ny Lim. perlahan ia memasukan kebaya tersebut kedalam kantong yang selalu dibawa.
Namun malang pembantu rumah Ny Lim memergokinya. Karto oleh hansip digelandang menemui pemilik kebaya tersebut. Tak disangka sang pemilik rumah Ny Lim membela Karto bahwa ialah yang memberi kebaya tersebut dan Karto bukan mengambilnya.
Berita ditangkapnya Karto terdengar sampai juga kepada Rusdi, murid yang terkenal kenakalannya. Hansip yang menangkap Karto mencuri kebaya Nyonya Lim ternyata sering mengantar jemput Rusdi. Rusdi pun mendapat informasi bahwa ayah Karti mencoba mencuri kebaya.
Saat bertemu Karti disekolah Rusdi mengancam akan menyebarkan berita tersebut bila Karti tidak memberi contekan saat ulangan. Tak disangka Mimi membela Karti. Ia meminta Karti agar tak mengabulkan ancaman Rusdi.
Rusdi yang kesal karena gagal mengancam Karti, akhirnya pulang jalan kaki dibawah guyuran hujan. namun malang, Rusdi terperosok di selokan saat asyik menendang kaleng bekas. secara kebetulan Karto sedang melintas menuju rumah Ny Lim. melihat Rusdi dalam bahaya Karto segera menyelamatkan Rusdi.
Dengan pakain basah Karto melanjutkan tujuannya. Sesampai di rumah Nyonya Lim Karto disambut ramah oleh Rahmi ajudan Nyonya Lim. Karto dipersilahkan masuk dan disuguhi minuman panas serta handuk.
Dihadapan Ny Lim pemilik rumah, perempuan keturunan Tionghoa yang ramah dan murah senyum. Karto meminta maaf atas tindakkannya, ia juga mengutarakan alasan mengapa ia sampai nekat melakukan tindakan tak terpuji. Kartopun siap mempertanggung jawabkan perbuatannya. Diluar dugaan Nyonya Lim bukannya menghukum Karto ia justru memberi uang untuk membeli kebaya agar Karti dapat merayakan hari ulang tahunnya serta bisa ikut perayaan hari Kartini.
Karto dengan santun menolak, ia memilih meminjam kebaya yang telah ia curi. hal tersebut membuat Ny Lim kagum dengan kejujuran dan keberanian Karto mengakui kesalahannya.
Hari Kartini pun tiba, sekolah Bunga Bangsa terlihat ramai, panggung tempat upacara telah siap. para murid mengenakan bermacam-macam pakain tradisional berkumpul dihalaman sekolah untuk melakukan peringatan hari Kartini.
Karti yang diantar sang bapak masih berada dijalan dengan sepeda tuanya. Karti sibuk dengan kebaya pinjaman yang berukuran besar. Sepeda tua Karto mengalami masalah hingga Karti harus berlari sesampai disekolah murid dan para guru sudah berkumpul dilapangan. mata hadirin memandang kearah Karti yang berdiri dipagar sekolah.
Berbagai teriakan dan cemoohan tak diperdulikan oleh Karti. Karto dan Dirman yang berdiri dipagar sekolah berteriak membesarkan hati Karti. Karto memandang iba bercampur bangga, ia selalu menanamkan pada kedua anaknya. "menghargai pahlawan bukan berarti harus meniru pakaiannya. Tetapi tirulah semangatnya dan perjuangannya".
Tak diduga Rusdi justru memberi semangat dengan bertepuk tangan, diikuti oleh Mimi dan akhirnya semua memberi semangat kepada Karti. Barto kepala sekolah SD Bunga Bangsa ikut tersenyum berada di mimbar ikut bertepuk tangan menyambut Kartini, gemuruh tepuk tangan memenuhi halaman sekolah.
Di pagi hari Kartini, Karti mengenakan kebaya ala Cina yang kebesaran milik A lin yang dipinjam oleh Karto ayahnya.
Karti dipersilahkan maju kedepan oleh kepala sekolah. Karti dijadikan contoh perjuangan Kartini karena prestasinya dan juga menambah keberagaman kebaya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Para penilik puas dengan kunjungannya ke SD Bunga Bangsa dan juga kagum dengan para muridnya yang memiliki sengat seperti pahlwan.
Rupanya Nyonya Lim juga hadir sebagai undangan, di perayaan hari Kartini tersebut. ia tersenyum bangga melihat kebaya kesayangan A lin yang bersejarah dikenakan oleh Kartini murid berprestasi di sekolah tersebut. Ny Lim akhirnya menjadikan Karti dan Dirman anak asuhnya. Kejujuran Karti serta sifat menghargai pahlawan yang diajarkan Karto membuat Karti tak rendah diri dan memiliki prestasi disekolah. Kini Karti kembali ceria dengan banyak pertanyaan dikepalanya saat berada didalam kelas.
000