Blurb
"Kata mereka, harapan-harapan yang tidak bisa kita wujudkan di bumi, di sana akan terwujudkan. Jiwa-jiwa yang tidak bisa berkumpul di bumi, di sana akan dipersatukan. Entah benar atau tidak, hal tersebut kadang memberiku pandangan dan harapan baru tentang kehidupan." - Zen
"Kalaupun mereka tahu kebenarannya seperti apa, kamu pasti tahu, mereka akan berpihak kepada siapa. Yang jelas bukan saya." - Maya
"Perihal mencintai dan mempertahankan cinta itu dua hal yang berbeda, Zen. " - Ilal
Karakter
Kisah ini diceritakan oleh BUMI yang telah berusia jutaan tahun, tempat manusia lahir, hidup, dan mati.
ZEN (23 tahun) ialah seorang penari sekaligus aktor panggung. Seorang runner-up ajang pencarian bakat di salah satu stasiun televisi swasta nasional yang karirnya kian menanjak. Mimpinya untuk mencapai kelas dunia hampir ia raih ketika ia mendapatkan pemeran utama dalam tur drama musikal RAMAYANA. Namun, sebuah kecelakaan di pementasan membuat Zen terpaksa mengubur mimpinya. Kesempatan besar tersebut mau tak mau harus ia ikhlaskan.
Zen terpaksa pulang ke kampung halamannya dan tinggal dengan kedua orang tuanya yang tidak akur dan cenderung mengabaikannya. Zen memutuskan untuk mengelola lahan peninggalan kakeknya yang terabaikan di area objek wisata bendungan yang sedang mengalami penurunan drastis dari segi pengunjung dan kualitas akibat kerusakan oleh badai beberapa bulan yang lalu serta pengelolaan yang tidak maksimal, karena dana yang terbatas.
Zen bertemu kawan lamanya bernama MAYA (25 tahun). Maya ialah seorang janda dan mantan TKW yang ditinggal mantan suaminya dengan membawa semua tabungannya selama ia menjadi TKW. Keterpurukan yang ia alami membuatnya berubah menjadi pribadi yang bertolak belakang dengan dirinya yang dahulu. Maya mengekspresikan dirinya dengan penampilan baru yang nyentrik, berpakaian terbuka serta dandanan yang menor. Orang-orang memiliki tanggapan yang berbeda. Sebagian mengucilkannya karena menilai buruk, sebagian lagi memperoloknya dengan berbagai macam pelecehan seksual.
Zen dan Maya saling mengerti posisi masing-masing. Mereka menemukan kenyamanan yang tak biasa di tengah-tengah kabar gembira dari pemerintah yang bersedia memberikan pendanaan untuk proyek tahunan perkembangan desa dengan potensi objek wisata. Zen dan Maya pun mulai berbaur dengan lingkungan sekitar yang ternyata tidak seburuk yang mereka bayangkan sebelumnya. Mereka mulai mengenal dan terbiasa dengan karakter warga yang beragam.
Pengerjaan proyek dari pemerintah dimulai. Para pekerja cenderung beristirahat di warung GADIS (20 tahun) yang lokasinya paling dekat dengan bendungan. Gadis ialah seorang yatim piatu yang sekaligus menjadi ayah dan ibu untuk adiknya yang bernama LATIF (8 tahun). Ia sangat menyayangi Latif. Latif juga sangat bergantung kepadanya. Gadis menemukan ketertarikan kepada seorang pekerja proyek bernama GALIH (28 tahun). Mereka menemukan keakraban, kenyamanan, dan saling jatuh cinta seiring berjalannya waktu.
Di suatu sore, ILAL (60 tahun), seorang laki-laki paruh baya hadir untuk melakukan terapi air terhadap tulang belakangnya sebagai penyembuhan saraf terjepit. Ilal ialah seorang suami setia dan penyayang. Hubungannya dengan istri seperti hubungan sepasang muda-mudi yang masih hangat-hangatnya dan membuat orang-orang di sekitar iri. Namun, Ilal menyimpan sebuah masa lalu yang tidak ingin ia ungkit, bahkan kepada istrinya sendiri. Di warung Maya, di depan aliran sungai dengan pemandangan yang indah, Ilal pun menemukan tempat untuk melupakan hal tersebut. Ia dan Zen kerap mengobrol dan bertukar pikiran tentang kehidupan.
Suatu malam, Zen berkunjung ke rumah Ilal, Zen menemukan sebuah kejanggalan tentang Ilal, istrinya, dan anaknya yang duduk di kelas 12 SMA yang tidak pernah pulang ke rumah. Di saat yang sama, Maya mendapat panggilan telepon dari mantan suaminya.
Esok harinya, Zen kedatangan tamu. DODI (55 tahun) bersama putri kembar dan istrinya yang sedang hamil. Zen berusaha menghindar, sebab terdapat sebuah hasrat yang selama ini tidak bisa ia dapatkan dari orang lain, namun tak lagi bisa diberikan Dodi kepadanya dan hal tersebut akan menghantuinya jika ia bertemu Dodi. Zen melarikan diri ke sungai, di saat warung Maya kebetulan tidak buka. Zen dan Ilal berenang, lalu mengobrol seperti biasa hingga akhirnya Zen memeluk Ilal. Ilal merasakan ada yang berbeda dari pelukan tersebut. Zen tersadar, ia pergi meniggalkan Ilal.
Ketidakhadiran Maya di warung kemarin sore bukanlah sebuah kebetulan. Ia dan mantan suaminya memutuskan untuk rujuk, Maya mengikuti mantan suaminya ke kota. Mendengar hal itu, Zen kecewa, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia merassa kehidupannya kembali di titik terendah. Kebahagiaan seolah-olah hanya singgah di hidupnya. Berbagai problematika kembali menghantuinya.
Suatu sore, terjadi sebuah kecelakaan yang merenggut nyawa Latif. Saat berenang, ia hanyut dan tersedot pusaran air di pintu air akibat diabaikan oleh Gadis dan Galih yang sedang bercintadi dalam warung. Semua pekerja proyek dan pemuda pengelola wisata diinterogasi di Kepolisian. Objek wisata dan pengerjaan proyek terpaksa diberhentikan sementara waktu.
Seminggu kemudian, Gadis mengakui kesalahannya di depan polisi. Di hari yang sama, Ilal mendatangi rumah Zen. Ia bertemu dengan kedua orang tua Zen yang ternyata telah mengetahui masa lalu Zen dengan Dodi semenjak Zen masih kecil, namun terpaksa mereka sembunyikan sebab mereka berhutang banyak hal terhadap Dodi, terutama kesejahteraan yang dihasilkan orang tua Zen saat ini. Ilal terkejut, itu sebabnya ia mengungkapkan hal yang selama ini ia coba untuk lupakan. Yaitu keputusan RIAN, anak satu-satunya untuk mengakhiri hidup enam tahun yang lalu serta kondisi psikologis istrinya yang sampai saat ini menganggap Rian masih hidup.
Malam harinya, hujan turun deras. Ilal mengungkapkan kepada istrinya bahwa Rian telah tiada dan kenyataan itu harus mereka terima tanpa harus berpura-pura lagi. Zen dihantui mimpinya ketika ia melihat ¬posting-an teman-teman sejawatnya di media sosial. Zen memutuskan untuk melarikan diri ke sungai di tengah-tengah hujan yang semakin deras. Di sana, ia melampiaskan emosi dan kegaduhannya tentang kehidupan. Tak disangka, ia bertemu Maya yang ternyata kabur dari mantan suaminya. Mereka menertawai nasib satu sama lain. Di tengah-tengah hujan yang semakin deras disertai gemuruh petir, kilat, dan angin kencang, mereka menemukan Gadis di tengah-tengah sungai tercegat pohon tumbang yang hanyut dibawa arus air. Zen dan Maya berusaha menyelamatkannya yang mengakibatkan mereka hanyut dan terbawa arus air yang kencang.
Di pagi hari, Ilal datang di tengah-tengah keramaian warga, petugas kepolisian, dan petugas kesehatan. Ia melihat mayat Gadis sedang dibawa ke ambulans. Ilal juga mendengar kabar bahwa Maya selamat, sedangkan Zen masih di dalam prose pencarian. Beberapa saat kemudian, Zen ditemukan, kondisinya selamat, namun butuh penanganan yang lebih ekstra. Ia ditangani di tenda di sebelah Maya. Mereka tersenyum, lalu tertawa seketika menyadari betapa mirisnya kehidupan yang mereka jalani. Hari itu juga proyek diberhentikan, objek wisata ditutup untuk selamanya.
Sebulan kemudian, Zen menyulap lahannya menjadi sebuah cafe outdoor dengan suasana yang luas, alami, dan tenang. Zen, Maya, dan Ilal duduk di teras bangunan utama yang menjorok ke atas sungai. Tidak sepatah kata pun terucap, hanya renungan dan rasa syukur.
Cerita ini ditutup oleh BULAN, sahabat BUMI yang memberikan pesan dan pelajaran kepada manusia tentang kehidupan antarmanusia serta terhadap tempat mereka lahir, hidup, lalu mati, yaitu BUMI.