Blurb
PITOENG
Sebuah Film Aksi - Komedi
PREMIS FILM
Seorang tukang obat yang berwajah mirip Si Pitung menghidupkan kembali karakter sang jawara untuk merampok kompeni. Bukan dengan ilmu silat, tetapi hanya dengan kemahirannya bersilat lidah
SINOPSIS:
PITOENG adalah sebuah film aksi-komedi yang mencuplik sepenggal kisah pasca kematian sang jawara Betawi. Setelah Si Pitung tewas ditembus pelor emas kompeni, MAT SANI, seorang tukang obat sekaligus pemain lenong yang berpostur dan wajah mirip Si Pitung, menghidupkan kembali karakter sang jawara dan beraksi merampok kompeni. Tetapi sayangnya dia bukan jago silat dan tidak kebal peluru. Sebagai tukang obat di Tenabang satu-satunya keahlian yang dia kuasai hanyalah bersilat-lidah.
EMPAT BELAS OKTOBER 1893 adalah hari ketika Si Pitung tewas ditembus pelor emas SCHOUT VAN HINNE. Tubuhnya terlempar dan hanyut ditelan banjir kali Krukut. Pada hari yang sama, seusai main lenong, Mat Sani, yang kebelet karena makan semur jengkol pedas, tercebur ke kali. Saat itu dia bersembunyi dari kejaran centeng yang tertipu obat kuatnya. Tubuhnya terseret derasnya banjir kali Krukut dan ditemukan warga Kampung Sawah. Mereka diantaranya adalah: BANG SAININ, penjual nasi uduk yang mantan jawara; MARIANE, gadis indo-belanda berlogat kental betawi; dan JUPRI, guru silat anak-anak yang terobsesi dengan dunia persilatan. Saat ditemukan, Mat Sani masih memakai kostum lenongnya, sehingga mereka mengira dia seorang jawara. Bahkan secara spontan Jupri mengenalinya sebagai Bang Pitung. Saat itu sedang santer diberitakan di koran Hindia Olanda bahwa Si Pitung ditembak Van Hinne di pinggir kali krukut.
Kabar Si Pitung masih hidup segera beredar dari mulut ke mulut. Hal ini disambut gembira oleh masyarakat kecil dan menjadi kabar buruk bagi para tuan tanah dan orang-orang kaya Batavia. Diantara sebagian warga Kampung Sawah pun terjadi pro dan kontra menyikapinya. Kabar itu sampai juga ke telinga Van Hinne dan membuatnya marah besar. Dia khawatir promosinya sebagai Schout Tenabang bisa berantakan kalau situasi ini tidak segera dia tangani.
Sedari awal Van Hinne ingin menyelesaikan masalah Rust en Orde ini dengan diplomasi. Karena dia tahu sebagian besar biaya keamanan telah habis digerogoti korupsi para pejabat kompeni. Tetapi asistennya yang ambisius, JANSEN, seorang indo-belanda yang sangat membenci pribumi, bersikukuh hendak menumpas habis Si Pitung. Secara politis dia didukung para tuan tanah dan juragan kaya di Batavia. Dia menaikan hadiah untuk menangkap Si Pitung menjadi 1000 gulden. Uang sebanyak itu tentu saja menarik minat para jawara dan para jago untuk ikut serta. Jansen bahkan merekrut WIRO, seorang pendekar berilmu silat tinggi, untuk mendampinginya berburu Si Pitung.
FROM CECORO TO HERO. Sementara itu Mat Sani mulai menikmati perannya sebagai Si Pitung. Hidup tidak pernah senyaman ini. Dikenangnya saat masih berjualan obat bersama JENAL di Tenabang. Setiap hari selalu direcoki para opas. Dagangan selalu diobrak-abrik karena tidak bayar uang keamanan. Untunglah Jenal seorang yang licin seperti belut dan larinya cepat. Dia selalu punya cara untuk bisa menyelamatkan diri dari sergapan opas.
Ketika bertemu kembali dengan Jenal, yang saat itu sedang menyamar sebagai opas, terbesit ide untuk merampok kompeni. Beraksi sebagai Si Pitung dan memanfaatkan kemahirannya bersilat lidah, Mat Sani dan kelompoknya dengan leluasa merampok tangsi kompeni dan tuan tanah kaya. Untuk menghindari kejaran kompeni mereka bergerilya berpindah-pindah tempat. Sepak terjangnya kembali menjadi kehebohan di warung-warung kopi. Seantero ommelanden menghormati dan memuja dia.
Setelah beberapa kali perburuan Si Pitung gagal, Jansen akhirnya mengatur jebakan. Dia mencetak sendiri uang palsu yang sudah ditandai. Dari jejak uang yang dirampok tersebut, dia berhasil menangkap mereka: Mariane, Jenal dan Jupri tanpa perlawanan berarti. Mat Sani, lagi-lagi karena kebanyakan makan semur jengkol, sedang kebelet di pinggir kali. Dia lolos dari penyergapan itu. Tetapi dalam perjalanan menuju tangsi, Jenal dengan keahliannya berhasil meloloskan diri.
Kini Jansen menggunakan tawanannya untuk memancing Si Pitung. Karena khawatir akan keselamatan Mariane, Mat Sani akhirnya muncul. Tetapi kali ini gertak sambelnya tidak berhasil. Dengan sekali gebrak, Wiro yang sudah gatal ingin berduel dengan Si Pitung, dengan mudah melumpuhkan dia. Jansen kemudian menyadari kalau Mat Sani bukanlah Si Pitung. Dia tahu tidak akan semudah itu Si Pitung menyerah.
Sekarang Jansen menjadi khawatir. Bagaimana dia harus mempertanggung-jawabkan salah tangkap ini pada Van Hinne? Lalu apakah tuan tanah dan orang kaya yang selama ini mendukungnya masih mempercayainya untuk kecerobohan ini? Dukungan mereka bisa saja memuluskan ambisinya menjadi Schout Tenabang. Memang akan sulit bersaing dengan Van Hinne, karena dirinya separuh pribumi.
Tetapi ambisi telah membutakannya. Untuk menutupi masalah ini, Jansen akan menggantung mereka di alun-alun. Sekaligus untuk mengintimidasi warga ommeladen untuk tunduk dan takut melawan kompeni. Cuma ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan karirnya. Sementara itu Wiro kecewa. Keinginannya untuk duel adu ilmu dengan Si Pitung tidak kesampaian. Setelah urusannya dengan Jansen selesai dia berkemas dan bersiap untuk berkelana mecari jagoan lain. Di dalam list berikutnya ada Si Buta dari Goa Hantu.
ALUN-ALUN BATAVIA. Sebagian masyarakat berkumpul layaknya ada pertunjukkan layar tancep. Tiang gantungan telah disiapkan. Para tuan tanah dan orang kaya pun ikut menonton dari bagian VIP. Jansen, setelah selesai memberi kata sambutan, segera memberi aba-aba hitungan pada algojo untuk melakukan eksekusi.
Pada situasi gawat itu, Bang Sainin muncul. Dengan kostum lenong milik Mat Sani dia beraksi sebagai Si Pitung. Layaknya ninja dia menutup sebagian wajahnya dengan kain sarung. Dengan sekali gebrakan dia mampu menjatuhkan para opas. Sebagian dari mereka memilih lari untuk menyelamatkan diri. Tetapi tidak dengan Jansen. Dia telah siap dengan pelor emasnya dan mulai menembak. Sebuah pelor emas menyerempet lengan kiri Bang Sainin. Tetapi dengan keahlian silatnya dia mampu menghindar bahkan menangkap beberapa pelor emas lainnya. Lalu sebuah serangan cepat mampu menjatuhkan Jansen. Setelah berhasil meringkus Jansen dan membebaskan para tawanan, Bang Sainin bergegas pergi secepat dia datang. Tidak seorangpun sempat mengenali Bang Sainin sebagai Si Pitung. Kecuali Wiro yang sedari tadi menonton dari kejauhan.
Ketika mereka hendak merangsek Jansen Mat Sani mencegahnya. Mereka kemudian segera pergi. Kerumunan penonton yang kecewa beraksi mengeroyok Jansen dan teman-temannya. Ketika itulah pasukan Van Hinne muncul membubarkan mereka dan menangkap Jansen. Dia didakwa membuat kekacauan dan mencetak uang palsu.
Sekarang Si Pitung dan kelompoknya siap beraksi kembali. Mereka Kembali merampok kompeni dan tuan tanah kaya untuk membela rakyat kecil yang tertindas. Mereka juga menginspirasi para jawara dan para jago seantero ommeladen. Si Pitung jawara dari Rawabelong mungkin tidak kebal peluru, tetapi sesungguhnya dia tidak pernah mati.
Di pinggir kali Krukut, saat Bang Sainin sedang mencari daun pisang untuk bungkus nasi uduknya, Wiro muncul. Dia melempar beberapa selongsong pelor emas sekaligus menantang adu ilmu. Saat keduanya siap tempur dengan jurus andalan masing-masing. The End
KARAKTER
MAT SANI
Tukang obat di emperan Tenabang yang disela waktu luangnya menjadi pemain lenong. Dia berwajah dan postur mirip Si Pitung. Dia bukan jago silat dan tidak kebal peluru. Satu-satunya keahliannya hanyalah bersilat lidah. Dengan beraksi sebagai Si Pitung, Mat Sani dan teman-temannya merampok kompeni dan tuan tanah kaya untuk membantu rakyat kecil.
VAN HINNE
Schout atau kepala polisi yang bertanggung jawab atas keamanan Batavia. Dia akhirnya terkenal sebagai Schout Tenabang dan mendapat medali kehormatan Broeder van de Orde van de Nederlanse Leeuw dari kerajaan Belanda karena berhasil menjaga keamanan di seantero Batavia.
JANSEN
Asisten Van Hinne yang ambisius. Dia pemuda indo-belanda dari ibunya yang seorang nyai. Berdarah campuran pribumi membuat karirnya tidak secemerlang warga belanda tulen. Itu salah satu yang menjadi penyebab dia sangat membenci Si Pitung dan para inlander.
BANG SAININ
Penjual nasi uduk. Dia dulu mantan centeng kompeni yang kemudian beralih menjadi pelindung warga Kampung Sawah. Dia jago silat yang disegani.
MARIANE
Gadis indo-belanda anak asuh Bang Sainin. Berwajah indo dengan logat kental betawi. Dialah yang merawat dan menemani Mat Sani dan jatuh cinta padanya.
JENAL
Partner Mat Sani berjualan obat dan main lenong. Dia selalu berperan sebagai opas kompeni, sementara Mat Sani berperan sebagai jawaranya.
JUPRI
Guru silat anak-anak yang terobsesi menjadi jawara tulen. Meski menguasai dan mengajarkan jurus-jurus silat, tetapi sesungguhnya dia tidak bisa berkelahi.
WIRO
Seorang pendekar silat petualang. Dia berkelana ke berbagai tempat untuk adu ilmu dengan para pendekar untuk menjajal kesaktiannya.
Catatan:
Ommelanden = wilayah kumuh di pinggiran Batavia yang dihuni pribumi
Rust de Orde = keamanan masyarakat
Hindia Olanda = koran berbahasa melayu terbitan Malaya (Malaysia)
Broeder van de Orde van de Nederlanse Leeuw = medali kehormatan sebagai pahlawan dari Kerajaan Belanda