Pulang

Oleh: Paulus Agus Kun Karyadi

Blurb

Tentang Oline, seorang perempuan muda yang sulit menjalani kehidupannya secara wajar. Kenangan-kenangan buruk di masa lalu masih terus menghantui, bahkan mewujud dalam hantu sesungguhnya yang terus-terusan menteror, mencari kesempatan untuk menghancurkan hidupnya.

Premis

Oline ingin melanjutkan hidup namun terjebak oleh kepahitan masa lalu: disakiti oleh orang-orang yang harusnya mengasihi, yang bahkan ketika ia membalas, ia tidak mampu merasakan penyesalan meski yang dilakukannya dosa besar. Tahu bahwa melakukan dosa tapi tidak mampu menyesali adalah penjara hidup, kemana pun ia lari.

Karakter

PULANG

Hari itu hari Minggu pagi. Sita mengajak Oline untuk ikut misa ke gereja. Oline menolak. Sita sudah terbiasa dengan penolakan Oline soal ke gereja. Sudah tahunan Oline tidak mau pergi ke gereja. Hari Minggu digunakan Oline untuk membaca atau mengerjakan pekerjaan kantor.
Sita mengabari bahwa ia akan pulang sore karena ada janji temu dengan Leo, anaknya yang ikut Doni, mantan suami. Dari obrolan mereka kita jadi tahu sedikit latar belakang Sita: Bahwa Sita adalah mantan pecandu narkoba, bercerai, dan hak asuh anak jatuh pada Doni. Sita kini sudah sembuh.
Oline tenggelam dalam pekerjaan di laptop. Tiba-tiba ia menyadari/ merasakan suasana senyap yang tidak nyaman. Ia menengok kanan-kiri-belakang, tidak mendapati apa pun. Oline dikejutkan oleh bunyi Hp, dari Ibu Martha, mama angkatnya, sekadar menanyakan kabar dan menyampaikan rasa kangen.
Selesai mengikuti misa, Doni sudah menunggu di depan gereja untuk mengantar anaknya, Leo(6), yang ingin menghabiskan hari Minggu bersama Sita. Di mobil terlihat perempuan lain, Nancy, istri baru Doni. Sita mendapati Leo yang nampak akrab dengan ibu barunya, bahkan sudah memanggil ‘mama".
Kean adalah bungsu dari dua bersaudara. Kakaknya sudah menikah. Hari itu kakak dan keluarganya tengah berkunjung ke Ibu. Kakaknya sempatkan ngobrol dengan Kean. Mereka akrab. Kean iseng bertanya ke iparnya kenapa masih setia sama kakaknya. "cinta ya cinta aja, kalau pake alasan, transaksi namanya," jawab si kakak ipar. Secara tersirat kakaknya meminta Kean agar cepat move on. Ada dua anak kecil bermain, salah satunya memanggil ‘aunty" pada kakak Kean.
Kean telepon. Kean adalah teman dekat Oline. Kean mengajak Oline untuk nanti sore keluar makan. Saat makan malam, Kean menegaskan hubungan dengan Oline.
Di luar dugaan Kean, Oline menolak. Ketika Kean cecar apa alasan menolak, Oline menjelaskan ia tidak ingin hubungan lebih. Selebihnya adalah alasan membabi buta yang terkesan menghindari omongan, atau tepatnya Oline menyembunyikan alasan sesungguhnya.
Hari senin. Marsih, office girl, menyempatkan ke mesin atm. Terbaca saldo yang tak seberapa. Padahal Ibunya sudah ditagih uang kontrakaan oleh pemilik kontrakan, sudah menunggak 2 bulan.
Hari itu, Oline berencana mengerjakan tugas laporan hingga selesai. Oline menahan Marsih , untuk membantunya menjilid laporan dan fotokopi banyak berkas. Marsih memberanikan diri untuk pinjam uang. Oline menyanggupi asal Marsih pulang setelah tugas yang ia berikan selesai. Marsih setuju.
Ketika pulang dengan terburu-buru, Marsih dicegat mantan suami . mantan suami merampas tas Marsih. Marsih melawan. Marsih di dorong ke jalanan, terserempet truk besar. Mati mengenaskan di tempat.
Saat Oline berangkat tidur, Oline melihat hantu perempuan di sekitarnya. Ketika ia ingin menegaskan, hantu itu tidak ada lagi.

Esok harinya, di kantor, Marsih menampakkan diri pada Oline. Oline jadi merasa kurang enak badan, ia ijin pada Kean untuk pulang.
Ketika memasuki kamar , hantu perempuan itu muncul lagi. Oline menuju kotak obat, mencari obat tidur. Habis.
Oline ke dokter/ psikiater, meminta resep obat tidur. Bahkan meminta dosisnya ditambah. Oline mengganggap apa yang dialaminya masih sekadar halusinasi. Dokter mengingatkan ini tidak sehat. Oline tidak perduli, yakin yang ia alami hanyalah halusinasi semata.
Malam hari. Sita menawari untuk sekalian membuat nasi goreng buat berdua. Oline menolak. Oline hendak meminum obat tidurnya. Sita membaca label obat yang diminum Oline. Oline tidak menjawab ketika Sita menanyakan perihal obat tidur ini. Oline menyembunyikan soal ketergantunggannya dengan obat tidur selama ini. Sita mengeluhkan sikap Oline yang menutup diri padanya.
Oline ada di kamar hendak berangkat tidur. Seperti biasa mata Oline mata gelisah. Ingatan kembali datang, ketika ia dimaki ibunya sebagai anak tak tahu diri. Lalu tampak Oline muda di ranjang, kaki dan tangannnya diikat dengan kain jarik ke setiap sudut ranjang. Seorang nenek tukang pijat meremas-remas secara kasar di bagian perut Oline. Dari samping, ibunya menahan kaki Oline agar tidak berontak. Oline menangis teriak-teriak kesakitan. Bagian paha Oline basah oleh darah. Lalu ukang pijat secara kasar merogoh-rogoh, mengambil sesuatu dari bagian bawah Oline, terambillah seonggok daging merah penuh darah di tangan.
Oline bangun, menyeka air muka. Kesedihan dan kesakitan masih terlihat di wajah Oline. Ia memegangi perutnya.
Oline mengambil obat tidurnya, minum beberapa pil lagi. Saat ia hendak merebah, Oline mendengar tangisan perempuan dari arah lemari bajunya. Samar terdengar, "Bu, aku minta maaf, aku minta maaf.." di sela isakan. Oline bangkit menghampiri sumber suara. Ia buka lemari bajunya, yang seolah berubah menjadi pintu sebuah ruangan. Oline masuk ke ruangan itu. Ruangan kosong tanpa perabot. Keempat sisinya tidak ada jendela, hanya pintu tempat ia tadi masuk. Dindingnya kotor, catnya sudah mengelupas. Ada perempuan dewasa berbaju putih lusuh bersimpuh membelakangi, tengah menangis. Oline bertanya gemetar "kamu siapa? Kamu siapa?" perempuan itu berbalik menghadap Oline: Marsih dengan luka mengerikan penuh darah di mukanya. Oline kaget, terpental ke belakang. kepalanya membentur pintu lemari. Pingsan. Di kamar sebelah, Sita sedang menangis menghayati drakor yang ditontonnya, tidak menyadari kegaduhan di kamar Oline.
Pagi hari, Sita sudah siap untuk berangkat kerja. Ia curiga kamar Oline belum terbuka. Ia ketuk, khawatir Oline sakit. Tidak ada sahutan semenMaureen jam menunjukkan seharusnya Oline sudah siap kerja. Ia buka pintu, mendapati Oline tidur di lantai di depan lemari. Ia hampiri, ia bangunkan. Oline bangun dengan tatapan kunang-kunang.
Sita tanyakan ada apa, Oline tidak mau menjawab. Sita kembali melihat botol obat tidur di samping ranjang.
Oline mencari udara segar. Ia melewati sebuah gereja. AnMaureen ingin masuk, tapi juga sesuatu menahannya. Ia diam termangu memandangi bangunan gereja.
Seseorang menggunakan mobil memasuki halaman gereja. Mereka saling bersitatap. Mereka merasaa saling mengenal. Oline mengenalnya sebagai Pater Dionisius. Pater Dionisius yang usia menjelang enampuluhan itu pun masih mengenali Oline. Ketika menjadi Pater muda ia bertugas di paroki tempat tinggal Oline dulu. Sebuah paroki di Manado. Mereka saling bertegur sapa dan berbasa-basi.
Pater Dioni menawari Oline masuk. Oline menolak. Pater dapat melihat ada yang tidak beres di wajah Oline. Ia menawari bantuan. Oline menolak.
Malam hari Kean datang. Kean ingin menunjukkan perhatian ke Oline. Oline semakin memasang tembok. Mereka adu mulut karena Oline mengusir Kean. Oline memutuskan hubungannya dengan Kean. Kean penasaran. Ia merasa tidak ada masalah apa-apa dengan Oline. Justru ia ingin melamarnya karena ia merasa sudah sangat dekat/ cocok, tapi yang ia terima justru penolakan dan pemutusan hubungan secara sepihak. Kean menginginkan kejelasan. Oline hanya menjelaskan "Aku nggak pantes buat kamu". Ketika Kean lebih mendesak justru Oline berubah sangat emosi. Oline sungguh-sungguh mengusir Kean pergi.
Sebelum Kean pergi, mereka dikejutkan oleh suara gaduh, seluruh perabotan di dapur jatuh. Kean melihat seorang kakek yang pucat, wajahnya penuh amarah. Hantu itu kadang terlihat kadang tidak. Hingga pada bagian akhir, hantu kakek pucat itu menghampiri Oline, kukunya ia tancapkan ke lengan Oline hingga Oline luka gores cukup dalam.
Kean mengundang cenayang kenalannya.
Cenayang datang. Perempuan muda usia 35 tahunan, Mbak Ayu. Ia melakukan ritual pengusiran. Terkesan sok hebat dan sok tahu.
Awalnya pengusiran dilakukan cara lembut. Lalu terlihat seolah ada perlawanan dari pihak hantu. Pengusiran dimenangkan Mbak Ayu. Mbak Ayu terkesan jumawa.
Seolah kehidupan Oline kembali normal. kantor suasana kembali normal. Sudah terlihat office girl yang baru. Soal Marsih terlupakan.
Kean kembali mendekati. Kean menanyakan apa alasan penolakaannya. Oline jelaskan ia tidak sebaik yang Kean kira. Kean nanti akan kecewa. Bahwa ia tidak pantas untuk Kean. Kean memaksa Oline untuk menceritakan masa lalunya. Oline jadi marah.
Malam hari saat di rumah. Oline kembali dihantui. Hantu Marsih. Marsih menunjukkan luka-lukanya pada Oline dan berteriak marah "Lihat, ini akibat ulahmu!"
Oline lari ke dapur, mengambil segelas air putih untuk menenangkan diri. Oline menyadari, di depannya, di meja makan , ada hantu laki-laki tua yang (seolah) sedang makan. Mereka saling bersitatap. Hantu tua itu berkata, "Jangan lari, jangan kau pikir aku tak tahu perbuatanmu padaku, anak jahanam!" secepat kilat hantu itu memecahkan piring di meja, lalu melemparkan pecahan terbesar ke Oline. Hampir saja wajah Oline terkena bagian yang tajam. Hantu melempar lagi bagian yang lain, pecahan beling menancap di punggung Oline. Oline berteriak sekuatnya.
Sita keluar kamar, menyalakan lampu. Bekas pecahan piring itu ada, tapi hantu tua sudah tak terlihat lagi. Sita bergegas menolong Oline. Oline menghubungi Kean untuk meminta kembali bantuan Mbak Ayu.
Pada bagian lain, Pater Dioni tengah berdoa. Ia mendapat penampakan bayangan-banyangan gelap yang berkelebatan di sekitar dirinya. Bayangan itu hendak melukai dirinya
Mbak Ayu kembali melakukan ritual di rumah Oline. Terjadi pertempuran. Setan laki-laki tua berhasil menyerangnya. Mbak Ayu kalah.
"kau mengenal-hantu-hantu ini?" tanya Si cenayang sambil menahan kesakitan setelah terpental cukup jauh. "Mereka bilang, Selesaikan urusanmu dengannya!" itu syaratnya mereka mau pergi dari rumah ini.
"Hanya kamu yang bisa selesaikan ini," kata Mbak Ayu.
"Mereka? Ada berapa hantu di rumah ini? Kok aku nggak pernah lihat," tanya Sita.
" Ada hantu perempuan yang aku nggak tahu itu siapa. Ada hantu Marsih. Dan ... Bapak tiriku!", jawab Oline
Oline, ditemani Sita ke makam Marsih. Lalu mereka menemui ibu Marsih. Hebatnya, Ibu Marsih sudah iklas dengan kepergian anaknya. Hanya saja ia memang punya masalah keuangan. Oline membantu.
Oline meminta Sita menemaninya ke kampung halamannya, Manado.
Saat dalam perjalanan di pesawat, kita melihat flashback perlakuan Bapak tiri Oline padanya. Oline yang berangkat gadis dipandang dengan penuh nafsu oleh Bapak tirinya. Ketika ibunya berangkat kerja, Bapak tiri merayu dan memaksakan hasratnya. Oline dibangunkan Sita karena pesawat telah mendarat.
Ketika perjalanan darat, ingatan Oline kembali ke masa lalu. Bahwa ternyata tak hanya sekali, tapi berkali-kali Oline diperkosa saat ibunya tidak ada di rumah. Oline menangis tapi tidak bisa berontak karena dicengkeram dengan sangat kuat.
Sita menerima telepon dari Doni. Isinya meminta maaf dan ingin kembali. Ia sadar rekeningnya telah terkuras habis oleh istri barunya.
Oline mengunjungi makam bapak tirinya. Ia bertemu Farida, ibunya. Oline terpaku. Farida meminta Oline untuk menemui Maureen, adiknya.
Bahkan Oline merusak nisan salib kayu bapaknya. "Tidak ada yang perlu ingat laki-laki ini pernah hidup!" umpatnya. Seketika angin di makam berembus kencang.
Oline dan sita ke rumah lamanya, ditemui Maureen. Dari maureen oline mendapat kabar, ibunya telah meninggal empat bulan yang lalu.
Oline merasa urusannya di manado siudah selesai, toh ibunya sudah meninggal.

Sita tak percaya apa yang dibuat Oline. Ia meminta Oline menjelaskan apa yang terjadi. Oline menjelaskan kisahnya lebih lanjut: Terkuak penderitaan yang lebih hebat yang Oline alami saat remaja. Ia hamil oleh ayah tirinya. Si ibu, karena diancam akan ditinggal bapak memilih bungkam, malah memaksa Oline menggugurkan kandungan. Setelah kematian Bapak tirinya, Ibu kandung mengusir Oline dari rumah karena menganggap Oline sebagai biang kesialan dirinya. Bagi ibu, Oline seolah kutuk. Ia menyalahkan Oline atas kepergian suami pertama, kini juga atas kematian suami keduanya.

Sita tidak sependapat. Ia merasa inilah guna Oline ke Manado, menyelesaikan urusannya, bukannya terus lari. Sita merasa perjalanan ke Manado sia-sia, Oline tetap tidak mau menyelesaikan masalahnya. Mereka selisih paham. Terlebih saat Oline menyebut soal Sita yang hendak rujuk dengan suami lanMaureenn suami sadar telah dibohongi selama ini oleh selingkuhannya.

Oline dan Sita balik ke Jakarta dalam suasana ‘tegang".

Dan besoknya para hantu kembali menyerang Oline.
Oline kembali menghubungi Mbak Ayu. Mbak ayu menolak karena ia pun diganggu oleh setan yang sama.

Oline hampir gila karenanya. Dan ia merasa tak punya siapapun untuk membantunya.
Ia ingat Pater Dioni pernah menawari bantuan. Ia datang ke Pater itu.

Oline mengaku dosa. dialah yang membunuh lelaki yang memperkosa dan membuatnya hamil itu.
Pater Dioni berkeyakinan bahwa para hantu itu mengharapkan maaf Oline. Pater berjanji akan membantu berdoa dari jauh.

Maureen menyusul Oline ke Jakarta. Si adik tidak terima bahwa selama ini keberadaannya seperti tidak dianggap. Ia yang merawat ibu tapi tidak pernah menganggap dirinya sebagai dia sendiri. Ia merasa diri sebagai korban, dan kini Oline mencampakkannya. Oline ‘berdamai" dengan Maureen.
Si adik menjelaskan betapa hidup ibunya dipenuhi rasa bersalah, hingga menjadi gila.

Hantu Ibu muncul. Menangis menyayat. Oline menghampiri. Oline meminta maaf dan memaafkan ibunya. Tiba-tiba Hantu bapak tiri Oline datang dan siap menyerang, tapi di halau oloeh hantu ibunya.

Maureen mengambil sikap doa.

Oline menutup mata. Bayangannya kembali ke masa ketika ia kecil. Ia menghadap Bapak tirinya dan mengatakan: "Aku memaafkanmu!" Bapak tirinya tersenyum gembira.
Oline membuka mata dan perlahan hantu Bapak tiri dan ibunya melenyap.


Selesai.
Lihat selengkapnya