Blurb
Kadet memiliki kemampuan tak biasa. Hanya dengan menghanyutkan perahu kertas, ia bisa melenyapkan hidup seorang manusia. Entah hal tersebut anugerah atau justru kutukan yang senantiasa menyertai derap langkah.
Suatu ketika, ia dihadapkan pada kenyataan bahwa dirinya jatuh cinta pada seorang perempuan yang nyawanya tengah menggantung di ujung tebing akibat perbuatannya.
Sekuat tenaga, Kadet berusaha membatalkan kutukan tersebut, apa pun risikonya.
Karakter
Kematian Karsa Wiranata, abang Kadet, dalam suatu insiden di sungai, membuat hidup Kadet berubah seketika. Janji Karsa untuk selalu ada melindungi Kadet rupanya tak tuntas begitu saja hanya karena kematian. Karsa berusaha untuk tetap memegang teguh janji itu pada adiknya.
Lewat sebuah "mimpi," Kadet tahu bagaimana Karsa bisa selalu menjaganya dari bahaya. Ia hanya perlu melipat foto orang yang dianggap mengganggu menjadi perahu kertas, kemudian menghanyutkannya di sungai tempat Karsa tewas. Maka dalam empat puluh hari, orang tersebut akan berjumpa dengan ajal.
Kadet telah menghanyutkan foto beberapa orang, termasuk ayahnya yang gemar menyiksa. Setelah kematian sang ayah, Kadet akhirnya diboyong ke Jakarta oleh paman dan bibinya, menimba ilmu di sana hingga tamat SMA, kemudian memutuskan untuk merantau ke Bandung bersama sahabatnya, Iwan.
Di Bandung Kadet harus kembali berurusan dengan Karsa ketika Iwan memintanya menghanyutkan sebuah perahu kertas. Perahu itu adalah foto Ressa Amalia, perempuan yang Iwan anggap telah membunuh SIska, kekasihnya. Tak ingin Iwan melakukan hal-hal yang kelak ia sesali, akhirnya Kadet menuruti kehendak sahabatnya itu.
Tanpa disangka, hubungan Kadet dan Ressa mulai terbuka sejak itu. Keduanya kian dekat tanpa sepengetahuan Iwan. Lambat-laun, Kadet menyadari bahwa dirinya telah jatuh cinta pada seseorang yang hidupnya sudah ia kutuk.
Tak ingin pergi seperti yang lainnya, Kadet memutuskan untuk mengambil lagi perahu Ressa. Namun tentu hal itu tak mudah. Ada banyak perintang yang perlu ia lalui. Tak sampai di situ, Karsa sudah menunggu di ujung aliran sungai, menanti Kadet turut serta dalam pertarungan besar. Sebuah pertarungan seharga nyawanya sendiri.