Sakura Barcelona

Oleh: Yesno S

Blurb

Ogut mati-matian mengejar cita-citanya menjadi musisi. Tapi, dia enggak bakal nangis kejer, saat mata kepalanya sendiri melihat produser musik membuang demo musik karyanya ke tong sampah. Masalah centokul dengan si Doi yang babak belur juga tak akan membuatnya frustokat, apalagi jadi gokil. Kalau sudah begini, mana mungkin Ogut bisa menuliskan sebuah lagu cengeng?

Lain lagi dengan Doi. Beberapa kali Doi gagal masuk finalis dalam pemilihan foto model majalah remaja, belasan kali kandas dalam audisi model iklan (apalagi film), bahkan ngelamar jadi penyiar radio saja kalah saingan dengan teman sekampusnya. Tapi Doi masih untung, sempat nyangkut jadi dubber untuk suara kuntilanak yang doyan tertawa, dan pada akhirnya, Doi ditawari kontrak menyanyikan lagu-lagu cengeng.

Sakura Barcelona menggambarkan kehidupan jiwa optimis yang tengah berjuang mewujudkan cita-citanya di dunia hiburan, lengkap dengan segala romansanya, kegagalannya, putus nyambung hubungan mereka, lika-likunya, juga lagu-lagu legendaris Fariz RM. Tahun 1987-1988 menjadi tahun paling bergelojak bagi Ogut dan Doi, di mana saat itu lagu cengeng tengah mewabah, sekaligus Fariz RM menyempil di antaranya dengan musik yang berbeda, telegram serta surat-surat cinta, janjian di bawah pohon rindang, dan yoi, juga bahasa prokem.

(Penulis sudah mendapat izin dari Fariz RM untuk menulis draf naskah ini.)

CATATAN :
1. Frustokat : frustasi
2. Centokul : cinta
3. Yoi : Ya.

Premis

Ogut (calon musisi yang penggemar berat lagu-lagu Fariz RM) dan Doi (dubber
sandiwara radio dan calon penyanyi) adalah sepasang kekasih yang saling mencintai.
Tapi Doi begitu ingin melihat Ogut pernah mengalami bagaimana rasanya sedih,
meski sekali saja.

Karakter

Awal November 1987, ketika lagu-lagu cengeng sedang melanda peta musik dalam negeri, dan ketika itu juga Ogut (31), mengajak temannya Romi (21, bassist), dan Martin (20, drummer) untuk memainkan musik yang celebratory, playful, dan ceria dalam sebuah group band, Ogut RM (Ogut Romi Martin). Mereka latihan di bekas garasi di rumah Ogut. Martin memboyong drum miliknya ke rumah Ogut. Di garasi di rumah Ogut itulah mereka latihan
Selain nge-band, Ogut yang sudah lama tidak lagi bekerja kantoran, dan tidak lagi mengajar les privat piano untuk anak-anak, kini bekerja di toko alat musik sebagai tenaga pemasaran (sekaligus pekerjaan sampingan dari bosnya sendiri untuk menservis alat musik dari pelanggannya). Jika toko sepi, Ogut diperbolehkan memainkan semua alat musik yang dia sukai. Dari pekerjannya ini, Ogut bisa mencicil Yamaha DX 7.
Ogut RM terus berlatih, dan memainkan musik energi ciptaan Ogut. Belasan demo sudah mereka sebar ke belasan produser. Tapi sayang, karya mereka terlalu jauh dari pasaran musik saat itu. Mengetahui demo musiknya Ogut RM Band sering ditolak produser, Doi (21) memperkenalkan Ogut ke Bule (23), seorang produser muda yang juga bos di tempat Doi bekerja sampingan sebagai dubber sandiwara radio. Melihat potensi dan bakat Ogut Bule memberikan modal berupa alat-alat musik digital, lengkap dengan biaya operasional, supaya Ogut dan kawan-kawan bisa memproduksi musik yang laris di pasaran.
Hantaman besar pertama bagi Ogut ketika Bule dengan kuasanya mengganti nama Ogut RM Band menjadi L-J-N Band yang lain kependekan dari Luka Jeruk Nipis. Tapi Ogut tetaplah Ogut. Dia tetap menulis lagu baru yang masih sejiwa saat seperti dia main di Ogut RM Band. Bule tak suka. Berulangkali Bule meminta Ogut untuk membuat lagu sedih bertema putus cinta, atau tentang frustasi karena diselingkuhi.
Hanya Bule yang bisa melihat hubungan Ogut dan Doi bukanlah hubungan biasa. Bule menemui Doi secara pribadi dan mengajaknya untuk selingkuh lalu mutusin Ogut, supaya Ogut bisa sedih sehingga bisa menulis lagu cengeng. Doi menolak cara itu, dan dia punya cara sendiri. Satu lagu baru lagi yang Ogut tulis, tapi masih belum sesuai arahan sang produser. Meski putus cinta, tetap berjiwa optimis.
*
5 Desember 1987, tepat ketika lagu terbaru Fariz RM, Barcelona mulai sering terdengar di radio-radio, Ogut dan Doi baru jadian lagi untuk yang keempat kalinya.
Meski hubungan mereka sering putus-nyambung, sebenarnya mereka bukanlah sepasangan kekasih yang sering bertengkar karena ada orang ketiga, cemburu, atau sering salah paham. Bukan karena beda usia mereka yang cukup jauh. Bukan, bukan karena itu semua.
Setiap mereka jadian selalu ditandai Ogut akan meminjamkan kaset "Sakura" (Fariz RM) sambil menggenggam tangan Doi dan berkata, "Doi, pantengin lagu Sakura, ya. Di sokin da-ay Ogut," Tak pernah sekali pun Ogut menyatakan sayang pada Doi secara terang-terangan, apalagi mengatakan "Ogut centokul Doi" (Gue cinta sama lo). Dan setiap kali Doi mutusin Ogut, Doi akan memulangkan kaset itu pada Ogut. Dan seterusnya.
Dalam kesempatan terakhir ini, Ogut dan Doi sama-sama berjanji akan membina hubungan lebih baik lagi. Syarat dari Doi masih tetap sama : PERTAMA, tidak ada yang boleh tahu kalau mereka jadian, termasuk teman sekampus Doi, teman bandnya Ogut, teman-teman radionya Doi, apalagi seluruh anggota keluarga Doi. KEDUA, Ogut tidak boleh lagi main ke rumah Doi, tidak boleh main ke kampusnya Doi, menelpon ke rumahnya, apalagi bicara apa pun dengan seluruh anggota keluarganya Doi. Seperti juga kaum preman yang menggunakan bahasa prokem untuk merahasiakan isi perbincangan mereka, Ogut dan Doi pun punya kode-kode sendiri untuk berkomunikasi.
*
Awal tahun 1980, ketika Ogut (saat itu 24 tahun) mengajar les privat piano untuk adiknya Doi yang bernama Citra (saat itu 9 tahun, saat ini jalan 17 tahun), Ogut naksir kakaknya, Puspa (saat itu 17 tahun, saat ini 24 tahun). Doi yang saat itu berusia 14 tahun, menjadi mat comblang, tukang nganter surat cinta dari Ogut ke Puspa. Tapi Ogut kalah cepat. Puspa sudah terlanjur memilih Bram, teman sekampus Ogut.
Meski sekarang Puspa sudah jadi pengantin baru, tetap saja Doi merasa belum siap jika Puspa mengetahui hubungan spesialnya dengan Ogut. Apalagi sekarang Citra sudah beranjak remaja. Sejak Doi pertama kali jadian dengan Ogut, Citra selalu mengatakan pada Doi bahwa Ogut adalah sosok kakak laki-laki yang tidak dia miliki. (Sama! Doi, kan juga begitu ke Ogut!). Dalam skrip tidak ditulis kalau rumah Ogut dan Doi bertetangga sebelah rumah, dan menjadi twist kecil di akhir cerita.
Otomatis Ogut pun tak akan mungkin menjemput Doi kalau mau pergi bersama. Dengan Vespa tuanya, Ogut setia menunggu Doi di bawah pohon yang rindang.
*
Pukulan kedua untuk Ogut adalah: Bule memecat Ogut karena dianggap tidak produktif. Romi yang semula membenci kelakuan Bule, akhirnya berpihak pada Bule. Sedangkan Martin memberi sikap abstein. Ketika Ogut keluar Kotak Midas Studio milik Bule, Martin ikut Ogut. Tapi di tengah jalan, Martin bilang mau ikut ke rumah Ogut untuk mengambil seperangkat drum miliknya yang berada di garasi rumah Ogut.
Ogut adalah pribadi yang optimis. Ketika kemudian puluhan demo solo karirnya yang dia sebar ke produser berakhir di tong sampah pun tidak akan membuatnya sedih atau marah. "Bikin lagi, ajojing lagi", kata Ogut.
Sehari setelah hari ulang tahun Citra, pada 6 Maret 1988 adalah hari paling bergejolak buat Ogut. Ogut dipecat dari tempatnya bekerja, dan Doi mutusin Ogut lagi untuk yang keempat kalinya. Ketika tepat, saat itu Doi mengabarkan ke Ogut bahwa dia mendapatkan kontrak dari Bule menjadi vokalis dari L-J-N Band. Entah ini pukulan keberapa untuk Ogut.
*
3 September 1988, enam bulan setelah Ogut diputusin Doi keempat kalinya, Ogut main di sebuah Bedeng, cafe yang kecil dan sepi pengunjung. Di sana dia bermain tunggal. Dia memainkan keytar (keyboard gitar), drum elektrik, dan menyanyikan lagu-lagu yang bikin happy.
Sakura Barcelona menggambarkan kisah sepasang kekasih yang berjuang untuk mewujudkan impiannya di dunia hiburan (1987-1988) dengan cerita happy ending. Ada sekitar delapan lagu karya Fariz (baik sebagai komposer, dan penyanyi) yang akan menghiasi cerita ini, dan sekaligus menjadi pondasi dalam bercerita.
Ternyata ada Doi nyempil di antara sedikit pengunjung. Oh, ternyata saat enam bulan lalu mereka putus, Doi belum memulangkan kaset milik Ogut. Setelah Ogut selesai mementaskan lagu Barcelona, Doi menghampiri Ogut di belakang panggung, dan memulangkan kaset Sakura.Ogut masih tampak sama seperti bisanya; banyak senyum, sedikit ngomong kalau deket-deket Doi, dan senang memandangi Doi dengan hangat.
Doi mengatakan bahwa kontraknya dengan Bule telah digagalkan, karena pemerintah sudah melarang keras lagu-lagu cengeng. Lalu Doi menyodorkan kaset "Sakura" milik Ogut, dan mengatakan bahwa kaset itu sempat kusut, dan putus karena selalu diputar setiap malam. Bagian yang putus sudah Doi sambung lagi dengan selotip. (SIMBOL). Mendengar itu, Ogut tersenyum hangat, menerima kaset itu, dan segera memasukannya ke dalam ranselnya, lalu mengambil sesuatu yang dia sembunyikan di balik pinggangnya.
"Lo kapan sih sedihnya, Gut?" tanya Doi.
"Enggak sampe sedetik asal ingat Doi, udah ngefly lagi," sahut Ogut.
Lalu Ogut menggenggam tangan Doi, dan memberikan album Livin in Western World , album terbaru Fariz RM (1988). "Mulai sekarat Doi pantenginnya lagu Barcelona, yoi. Disokin da-ay Ogut,". Salah satu makna dari lagu Sakura dan Barcelona adalah tentang pernyataan cinta yang optimis, gamblang, dengan diselingi bait-bait yang putis. Ogut mengandalkan medium kedua lagu itu sebagai bentuk pernyataan cintanya pada Doi.
Malam minggu itu, Ogut pulang bareng Doi. Mereka berboncengan dengan Vespa tua, dan berhenti tepat di depan rumah Doi.
"Nganter cewek cuma berani sampe depan rumah, Gut!" Kata Doi.
Ogut menggenggam tangan Doi, lalu ikut masuk ke rumah Doi.
"La-am juga Ogut enggak nenangga, yoi?" kata Ogut. Lalu Doi mencubit pinggang Ogut. (Gambar bergerak dari rumah Doi ke sebelah rumahnya).

*
CATATAN:
1. Penulis sudah mendapatkan izin dari Fariz RM
2. Ajojing : joget, disko
3. Ngefly, fly : rasa aman dan damai
4. Sekarat : sekarang
5. Da-ay : ada
6. Sekarat : sekarang
7. Disokin : di sini
8. La-am : lama
Lihat selengkapnya