Sebelah Mata

Oleh: Maria Cecilia W T

Blurb

Carla (16) adalah seorang gadis remaja yang dibesarkan oleh keluarga berkecukupan. Ia lahir dari pasangan suami-istri bernama Pak Damar (48) dan Bu Ratri (46). Ayahnya adalah seorang pegawai bank, sedangkan ibunya merupakan seorang penjahit. Dari kecil, Carla terbiasa menonton pertandingan olahraga bersama ayahnya, terutama pertandingan sepak bola yang sangat jarang mereka lewatkan. Apakah tontonan kesukaan Carla akan membawanya pada prestasi yang sama? Kendala apa saja yang akan Carla hadapi?

Premis

Tim futsal putri yang ingin mengembangkan timnya di sekolah, tetapi terhalang oleh seorang guru pengurus ekstrakulikuler yang seksis.

Karakter

Carla, seorang gadis remaja berusia 16 tahun yang lahir dari pasangan suami-istri bernama Pak Damar (48) dan Bu Ratri (46). Pak Damar bekerja sebagai pegawai bank, sedangkan Bu Ratri bekerja sebagai seorang penjahit. Carla memiliki adik laki-laki yang cukup menggemaskan, namanya Tio (7). Kondisi ekonomi keluarga ini sangat berkecukupan, tetapi mau untuk hidup sederhana. Terlihat dari kondisi rumahnya yang tidak begitu mewah, namun nyaman untuk ditinggali. Dari kecil, Carla terbiasa menonton pertandingan olahraga bersama ayahnya, terutama pertandingan sepak bola.

Di hari pertama Carla belajar di SMA Nusantara Semarang, Carla dihadapkan dengan berbagai macam pilihan kegiatan ekstrakulikuler. Salah satu yang menarik perhatian Carla adalah Futsal Putri. Menurutnya, kegiatan ini sangat jarang ditemui di sekolah lain.

Carla sempat ragu terhadap pilihannya, karena ketakutan tentang anggapan orang-orang di luar sana mengenai futsal yang dimainkan oleh perempuan. Tetapi Pak Damar dan Bu Ratri memberikan pandangan-pandangan baru yang membuat Carla pada akhirnya yakin untuk terjun ke dunia futsal.

Pada ekstrakulikuler tersebut, Carla dipertememukan dengan pelatih yang cukup hebat, namanya Mbak Sonya (25), seorang alumni SMA Nusantara Semarang yang pernah memiliki pengalaman sebagai atlet basket. Tetapi karena sempat mengalami cedera serius, maka kini Mbak Sonya memilih untuk berkarir sebagai seorang pelatih futsal. Bukan hanya itu, Carla juga dikelilingi oleh teman-teman yang baik di timnya dengan berbagai macam karakter unik.

Saat kegiatan sudah mulai berjalan, Carla mulai menemukan adanya keresahan-keresahan yang selama ini dirasakan oleh anggota lama. Pak Rayhan (51), seorang guru yang merangkap sebagai pengurus ekstrakulikuler SMA Nusantara ternyata sering melakukan diskriminasi terhadap tim futsal putri. Pak Rayhan selalu meremehkan para anggota tim putri yang masuk ekstrakulikuler futsal. Baginya, anak perempuan hanya cocok melakukan hal-hal yang lebih feminin. Segala bentuk sponsor dan fasilitas futsal selalu diutamakan untuk tim putra.

Sikap Pak Rayhan tersebut akhirnya menuai protes bagi para anggota tim futsal putri. Mereka menyuarakan hak-hak mereka di sekolah. Tetapi Pak Rayhan tetap tidak peduli dengan apa yang tim putri katakan. Tim futsal putri akhirnya membalas Pak Rayhan dengan sebuah pembuktian bahwa tim putri juga bisa berprestasi.
Di sisi lain, Pak Rayhan menyusun sebuah rencana untuk menghancurkan tim futsal putri. Pak Samsul (54) sebagai Kepala Sekolah mengetahui hal itu, tetapi ia memilih untuk tetap diam karena Pak Rayhan memberikan ancaman kepada Pak Samsul.
Tim futsal putri pun berlatih begitu keras untuk membuktikan bahwa mereka bisa berprestasi untuk sekolah. Sedangkan Pak Rayhan, ia menyiapkan rencana dengan menghubungi Pak Sandi (50) dan Bu Rania (49) yang merupakan orang tua dari salah satu anggota bernama Ramona (17). Kedua orang tua Ramona sangat berpihak pada Pak Rayhan.

Di hari pertandingan futsal, tim futsal putri SMA Nusantara Semarang berhasil unggul dan masuk ke babak selanjutnya. Tetapi sayangnya, hari yang seharusnya menjadi hari yang bahagia bagi tim futsal putri, seketika berubah menjadi kehancuran. Pak Rayhan datang bersama Pak Sandi dan Bu Rania menemui Ramona. Pak Sandi dan Bu Rania melarang Ramona untuk ikut futsal lagi. Hal tersebut berdampak pada tim. Para anggota menjadi saling menyalahkan satu sama lain.
Suatu ketika, Carla tidak sengaja memergoki Raka (17), anak dari Pak Rayhan yang merupakan salah satu anggota tim futsal, ternyata diam-diam memiliki kegiatan di luar sekolah yaitu menari. Pak Rayhan sangat membenci ketika melihat seorang laki-laki menari, bagi Pak Rayhan, laki-laki lebih wajar jika mengikuti olahraga seperti futsal, basket, atau semacamnya.

Karena ketidak sengajaan tersebut, hubungan Carla dan Raka semakin dekat. Hal itu membuat Raka yang dikenal cuek, berinisiatif membantu mengembalikan keadaan yang sudah hancur karena ulah Pak Rayhan. Raka melaporkan hal tersebut kepada Bu Magda (62), seorang Kepala Yayasan lewat Oma Rahayu (68), nenek dari salah satu anggota tim putri bernama Marina (16), yang besahabat dekat dengan Bu Magda.
Pak Rayhan akhirnya harus menanggung perbuatannya. Ia harus menerima nasib untuk dikeluarkan dari sekolah karena sikap seksisnya yang merugikan orang lain. Kejahatan-kejahatannya pun terbongkar. Atas kejadian ini, pada akhirnya Raka berani mengaku kepada Pak Rayhan akan apa yang Raka sukai.
Tim futsal putri bersatu kembali, meskipun pada kenyataannya, Ramona tidak lagi bisa bergabung dengan tim, karena kedua orang tuanya yang tidak pernah setuju jika Ramona bermain futsal.

Kembalinya tim futsal putri SMA Nusantara memberikan dampak positif. Mereka akhirnya berhasil membuktikan prestasi kemenangan mereka kepada orang-orang di sekitar mereka, dan kepada Pak Rayhan.
Lihat selengkapnya