Blurb
Sejak kecil, Galang (17) sudah jatuh cinta dengan piano. Ia bercita-cita menjadi pianis hebat dan meneruskan mimpi mendiang ibunya. Namun ia tak punya ruang untuk berlatih, sebab kecintaannya pada musik justru meregangkan hubungannya dengan Ayahnya yang -karena trauma- membenci suara piano. Tapi, keberuntungan berpihak kepada Galang. Suatu hari sepulang sekolah, Galang menemukan sebuah piano klasik tua di sebuah rumah kosong yang terbengkalai. Di sana pula ia bertemu Wanda (17) remaja anggota klub paduan suara SMA yang sedang berjuang melawan trauma masa kecilnya.
Premis
Setelah menemukan piano klasik di sebuah rumah kosong yang terbengkalai, Galang (17) berlatih bersama siswi anggota paduan suara, Wanda (17), untuk menggarap sebuah lagu bersama. Namun, kebersamaan mereka harus terhenti ketika Wanda memutuskan pindah ke luar kota.
Karakter
Galang (17), siswa SMAN 2 Yogyakarta yang bertekad untuk berkarier sebagai pianis dan menuntaskan musik gubahan mendiang ibunya. Namun, dalam menggapai cita-citanya, ia mesti berhadapan dengan Bapaknya sendiri yang trauma sepeninggal istrinya. Bapak Galang membenci suara piano dan apa pun yang mengingatkannya pada mendiang istrinya, sehingga ia menjual instrumen dan segala hal yang mengingatkannya dengan mendiang istrinya. Hal ini menyulitkan Galang untuk berlatih piano.
Ketika tengah mencari kucingnya yang diusir oleh Bapaknya, Galang menemukan sebuah rumah kosong terbengkalai dengan piano klasik di dalamnya. Senang bukan main, esoknya Galang menyiapkan buku notnya untuk berlatih di rumah kosong itu.
Denting piano Galang terdengar oleh Wanda (17) yang saat itu sedang melintasi area sekitar rumah kosong. Wanda adalah siswi SMAN 2 Yogyakarta yang tergabung dalam klub paduan suara. Perempuan ini populer dan supel, hanya saja ia memiliki trauma untuk bernyanyi seorang diri di atas panggung.
Dengan rasa penasarannya, Wanda menghampiri rumah kosong itu dan bertemu Galang yang sedang berlatih piano. Kepergok, Galang berasumsi rumah tersebut adalah rumah Wanda. Ia langsung pergi dari rumah kosong itu dan meminta maaf kepada Wanda sebelum Wanda sempat berkata apa-apa. Karena terburu-buru, Galang lupa membawa buku notnya.
Wanda yang tengah disibukan dengan persiapan kompetisi klub paduan suaranya, menyempatkan diri kembali ke rumah kosong untuk menemui Galang dan mengembalikan buku notnya. Untuk pertama kalinya, mereka berkenalan.
Di hari kompetisinya bersama klub paduan suara, Wanda cemas traumanya akan mengganggu performanya saat menampilkan sesi solo. Benar saja, di atas panggung, ia kembali dihantui trauma masa lalu hingga membuatnya lupa lirik dan menjadi penyebab kekalahan klubnya. Sejak saat itu, beberapa temannya merasa jengkel dan Wanda pun malu untuk kembali berlatih di sekret paduan suara dan memilih menghabiskan waktunya di rumah kosong bersama Galang.
Hubungan Galang dan Wanda mulai terjalin. Kedekatan mereka terbantu sebab keduanya sama-sama mencintai musik. Wanda menyarankan untuk mendekorasi rumah kosong agar lebih nyaman sebagai tempat berlatih dan dijadikan tempat bernaung, sementara Galang mengajak Wanda untuk menggarap sebuah lagu bersama.
Kedekatan Galang dan Wanda semakin serius ketika keduanya mengajukan diri untuk mengikuti kompetisi duet cipta lagu ke pelatih paduan suara di sekolah mereka, Pak Budi (40). Namun, berbagai masalah keluarga menjadi hambatan mereka di tengah penggarapan lagu. Galang harus berhadapan dengan Ayahnya yang kerap membawa pacar barunya ke rumah, sementara Wanda terlibat cekcok dengan Neneknya karena nilai akademiknya menurun semenjak fokus menggarap lagu bersama Galang.
Menjelang hari kompetisi cipta lagu, Nenek Wanda meninggal. Hal ini membawa kesedihan buat Wanda hingga ia memutuskan batal mengikuti kompetisi dan melupakan mimpinya dalam bermusik. Ia pun kembali ke kampung halamannya di Jakarta bersama orangtuanya.
Ditinggal sendirian, Galang kalang kabut. Di rumahnya ia merasa resah dengan keberadaan Ayah dan pacar barunya. Di sisi lain, rumah kosong yang dijadikan tempat berlatih sudah mulai didatangi oleh pihak kontraktor dan dirobohkan. Tidak mau lagi merasa kehilangan segala yang dicintai, Galang mencari Wanda ke rumahnya. Namun yang ia temui hanya Tante Arum (34) yang memberikan alamat rumah Wanda di Jakarta.
Galang patah semangat ketika mengetahui Wanda pindah ke Jakarta. Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Motivasinya dalam bermusik seolah memudar. Namun, di tengah itu semua, Pak Budi menghampirinya dan memberinya motivasi baru dengan mendukung Galang untuk melanjutkan pendidikannya di universitas kesenian. Perlahan tapi pasti, Galang mulai bangkit dari keterpurukannya.
Di tengah libur kelulusan, Galang menghampiri rumah Wanda di Jakarta dengan berbekal alamat rumah pemberian Tante Arum. Kedatangan Galang ke sana bukan tanpa maksud, ia berencana memberikan Wanda catatan not lagu yang pernah mereka garap bersama. Ini ia lakukan sebagai bentuk perpisahan. Namun, Wanda sedang tidak ada di rumah dan tengah sibuk mengurus pendaftaran kuliahnya. Alhasil, Galang menitipkan catatan not tersebut ke Bapak Wanda.
Beberapa bulan berlalu, Galang sudah menjadi pianis kebanggaan di kampusnya. Ia pun didaftarkan untuk mengikuti kompetisi piano klasik terkemuka di Jakarta oleh salah satu dosennya. Di sisi lain, Wanda yang penasaran dengan catatan not yang diberikan Bapaknya meminta pacarnya, Dani (21), yang juga seorang pianis andal di kampus Wanda untuk memainkannya. Seketika Wanda teringat Galang.
Di kompetisi piano klasik, Galang tengah bersiap. Sementara Wanda duduk di kursi penonton untuk menyaksikan penampilan Dani. Seusai penampilan Dani, Wanda tertegun ketika pembawa acara mempersilakan Galang untuk naik ke atas panggung. Wanda menyaksikan permainan Galang sampai selesai. Di akhir pertunjukan, keduanya sempat bertatapan.
Di ruang ganti peserta kompetisi, Galang duduk diam mengingat kehadiran Wanda di kompetisinya. Usai Wanda memberikan ucapan selamat atas penampilan pacarnya, ia berkunjung ke ruang ganti Galang. Keduanya berbincang tentang masa lalu. Di akhir percakapan itu, Wanda memberikan selembar lirik lagu yang pernah mereka garap bersama sebagai bentuk perpisahan.
Meski tak terucap, keduanya sudah saling mengerti dan menerima kalau mereka tidak bisa memeroleh cinta dan cita-cita mereka sekaligus. Galang berhasil meniti karier sebagai pianis seperti yang dia inginkan tetapi harus rela berpisah dengan Wanda. Sementara Wanda melepas cita-citanya dalam bermusik dan bertemu dengan cintanya.