Sinful Appetite

Oleh: Lazuardi Yaqub Affan

Blurb

Seorang pemuda kelas 3 SMA yang tidak memiliki minat dan arah hidup, kemudian bertemu dengan teman perempuan beda agama, yang memiliki kebahagiaan kecil berupa babi kecap. Ia lalu bercita-cita untuk membuat cita rasa babi artifisial karena rasa penasarannya untuk turut membagikan kebahagiaan kecil tersebut. Sejak itu, hidup mereka saling memberi pengaruh satu sama lain. Mereka pun berjuang bersama, mewarnai pahit manis romansa, dan realita kehidupan mereka.

Premis

Seorang pemuda SMA yang resah atas hidupnya yang tidak bertujuan, bertemu dengan teman perempuan beda agama dengan kebahagiaan masa kecilnya yang terpendam yang akhirnya membuat mereka berjuang demi impian untuk menciptakan cita rasa babi artifisial.

Karakter

Kenan, remaja laki-laki yang mulai beranjak kelas 3 SMA, mulai khawatir tentang masa depannya, sebab ia tidak memiliki cita-cita. Semua keseharian dan hal-hal yang ia suka, sama sekali tidak produktif dan tidak menumbuhkan semangat belajar. Suatu hari, Kenan mendengar essay dari teman perempuan sekelasnya yang bernama Michelle. Essay tersebut bertemakan mengenai manfaat yang ingin dibagikan kepada orang-orang di sekitar. Michelle bercerita mengenai dirinya yang selama ini diselamatkan oleh babi kecap yang telah memberikan kebahagiaan dalam hidupnya. Namun, belum selesai Michelle mengutarakan keseluruhan ceritanya, ia justru dihentikan oleh gurunya sendiri, karena dirasa menyebarkan pengaruh negatif karena menceritakan sesuatu yang tabu dan memicu rasa penasaran dari teman-temannya. Mendengar hal itu, Kenan justru menjadi lebih penasaran terhadap cerita Michelle, dan menanyakannya secara langsung, saat Michelle sedang memakan bekal babi kecapnya secara sembunyi-sembunyi. Setelah Kenan mendengarkan keseluruhan cerita darinya, Kenan merasa terkejut dan terkagum, karena menyadari bahwa kebahagiaan bisa diperoleh dari hal kecil yang begitu dekat dengan kita. Kenan berandai-andai untuk turut andil dalam impian mustahil Michelle, yaitu membagikan kebahagiaan kecil berupa cita rasa babi kepada orang-orang di sekitarnya.

Baru saja Kenan mendekati Michelle, namun teman-teman sekelasnya mulai menyoraki mereka berdua. Teman-temannya rupanya memperhatikan mereka yang mengobrol berduaan saat Michelle sedang memakan bekal babi kecap. Kabar ini rupanya sampai pada salah satu guru mereka yang pada akhirnya berimbas pada Kenan dan Michelle yang akhirnya dipanggil ke ruang guru untuk ditanyai mengenai pengaruh negatif Michelle terhadap Kenan. Sang guru menanyai dan menasehati mereka dengan tutur kata lembut, sembari berbicara mengenai cara menghargai orang lain. Namun ironinya, kata-kata tersebut justru terdengar menyakitkan bagi Kenan dan Michelle, karena terkesan terlalu menyudutkan Michelle. Michelle yang kemudian menangis usai keluar ruangan, membuat Kenan akhirnya memutuskan untuk tidak mendekati Michelle lebih dalam lagi, karena akan menyebabkan masalah baginya.

Suatu malam, Ryan dan Anin yang merupakan teman sekelas Kenan, mengajak Kenan untuk berkaraoke bersama. Di dalam ruang karaoke tersebut, Kenan terkejut dengan salah satu camilan yang mereka pesan dalam menu sampler. Camilan tersebut adalah Crabstick. Ia terkejut mengetahui fakta dari Ryan bahwa Crabstick tidak mengandung kepiting sama sekali, namun terasa persis seperti kepiting. Mengetahui hal itu, Kenan langsung membukusnya dengan sejumlah tissue, dan membawanya ke rumah Michelle, meninggalkan Ryan dan Anin yang masih berkaraoke bersama.

Kenan bertemu Michelle di depan rumahnya. Tanpa basa-basi, ia langsung menyodorkan crabstick tersebut kepada Michelle dan menjelaskan bahwa crabstick sama sekali tidak mengandung kepiting. Mendengar hal tersebut, Michelle terlihat kebingungan. Kenan langsung mengutarakan apa yang ingin ia sampaikan. Ia ingin melakukan hal serupa, yaitu membuat cita rasa babi tanpa melibatkan babi sama sekali. Dalam artian, babi artifisial. Michelle yang masih memiliki perasaan campur aduk terhadap Kenan, akhirnya hanya berjalan melewati Kenan. Namun, Kenan kemudian menambahkan, bahwa dalam perjalanannya yang mungkin tidak mudah, ia membutuhkan seorang partner untuk membantu, khususnya dalam memvalidasi kemiripan rasa. Dalam hal ini, Kenan meminta Michelle untuk menjadi partnernya. Sontak Michelle terkejut, dan akhirnya terdiam sejenak untuk memikirkan jawabannya. Pada akhirnya, Michelle setuju dengan ajakan Kenan, dengan syarat bahwa Kenan harus jauh-jauh dari Michelle, agar mereka terhindar dari masalah yang tidak perlu, dan lebih fokus pada tujuan jangka pendek mereka, yaitu kuliah di universitas yang sama. Kenan yang puas dengan jawaban tersebut kemudian pulang, sedangkan Michelle tersenyum-senyum di rumahnya karena ajakan Kenan terdengar seperti orang yang sedang nembak.

Berbulan-bulan berlalu, dan Kenan serta Michelle begitu giat belajar untuk mengejar target mereka. Di tengah-tengah fokusnya perjuangan mereka, Kenan tidak sadar terhadap kondisi Michelle yang semakin melemah. Bahkan ia baru menyadari kondisi tersebut setelah Anin mengutarakan hal yang ia dengar dari orang tua Michelle, bahwa Michelle terlalu memforsir diri dan kurang beristirahat. Kenan lalu menghampiri Michelle untuk meminta Michelle agar lebih banyak istirahat. Namun, perilaku Kenan tersebut justru membuat Michelle kecewa karena ia telah merusak janji mereka berdua.

Suatu hari, Kenan mengantar ibunya ke rumah sakit sekedar untuk cek rutinan. Namun ia justru bertemu dengan mama Michelle yang kala itu terlihat mondar-mandir. Saat ia hampiri, ternyata ia mendengar kabar dari mama Michelle bahwa Michelle sedang menjalani hari pertama opname. Kenan langsung menuju ruangan Michelle. Dalam ruangan tersebut, terjadilah pengutaraan yang intens dari Michelle bahwa ia sangat khawatir dengan progress-nya yang belum cukup baik, bahkan masih jauh dari nilai-nilai try-out yang didapat Kenan. Ditambah lagi kondisinya yang membuat proses belajarnya jadi jauh lebih terhambat lagi. Masalah kemudian berakhir dengan mereka saling meminta maaf, dan Kenan meminta Michelle untuk tidak mengkhawatirkan siapa yang lebih cepat ber-progress, karena Kenan bersedia untuk melalui proses itu bersama, walau berat, walau lama. Kenan juga memutuskan untuk mengunjungi Michelle setiap hari, untuk memberikan camilan kesukaan Michelle, dan untuk menemaninya selama masa opnamenya yang membosankan, tanpa perlu memikirkan tentang pelajaran terlebih dahulu.

Michelle yang sudah sembuh, kemudian justru menjadi jauh lebih dekat dengan Kenan. Michelle bahkan tidak ragu untuk mengajak Kenan belajar bersama di rumahnya. Di rumah Michelle, rupanya ia mengutarakan rencananya untuk mengikuti suatu lomba berkelompok yang terdiri dari tiga orang. Ia menargetkan untuk mendapatkan juara agar mendapatkan sertifikat yang dapat mendukung mereka untuk lebih mudah mendaftar di universitas yang mereka inginkan melalui jalur undangan. Karena mereka membutuhkan satu orang lagi di kelompoknya, maka mereka mengajak Ryan dan Anin untuk belajar bersama. Kala itu, Anin yang akhirnya bersedia untuk masuk dalam kelompok mereka. Namun mereka berempat tetap belajar dengan giat dan penuh semangat. Seiring proses, mereka berempat menjadi begitu dekat hingga Kenan dan Michelle menyadari bahwa sudah seharusnya mereka lebih sering berkumpul berempat, untuk menghindari perasaan yang lebih jauh lagi, karena keadaan tidak memungkinkan mereka untuk saling jatuh cinta.

Setelah berhari-hari mereka belajar bersama, ternyata Anin berhalangan untuk mengikuti lomba tersebut, karena bertabrakan dengan lomba lain, di mana ia telah ditunjuk oleh sekolah, sehingga mau tidak mau harus ia ikuti. Anin kemudian digantikan oleh Ryan. Di hari H, mereka berjuang keras untuk mengerjakan soal-soal babak pertama. Soal-soal tersebut mereka lalui dengan lancar. Hari berikutnya, hasil tes babak pertama diumumkan. Kenan dan teman-teman melihat hasil pengumuman bersama-sama. Alih-alih lolos ke babak kedua, mereka ternyata gagal lolos di babak pertama. Kenan merasa kecewa dan sangat terpukul, serasa ditampar oleh realita. Sebab ia yang selama ini merasa nilai-nilainya sudah relatif lebih baik dibanding teman-teman satu sekolahnya, ternyata justru sama sekali tidak ada apa-apanya dibanding murid dari sekolah lain, bahkan di babak pertama. Hal tersebut cukup menggambarkan betapa ia belum bisa bersaing untuk masuk universitas dibanding dengan murid sekolah lain. Kenan yang sangat kecewa kemudian langsung pulang meninggalkan teman-temannya. Ryan mulai menyalahkan dirinya sendiri yang mungkin menyebabkan mereka tidak lolos. Mendengar hal itu, Michelle sangat geram dan berlari mengejar Kenan.

Michelle menampar wajah Kenan. Michelle mengingatkan Kenan betapa ia dulu bersikeras berkata soal menikmati proses walau berat, walau lama. Michelle bahkan mengingatkan Kenan bahwa ia tidak berjuang sendiri, dan betapa teman-temannya khususnya Ryan mengkhawatirkan Kenan sampai menyalahkan diri sendiri. Michelle menegaskan Kenan untuk mengingat kembali apa tujuan awal dia melakukan ini semua. Bukan sekadar untuk masuk universitas yang sama. Bukan juga sekadar untuk membuat babi artifisial. Namun tujuan awalnya adalah untuk membagikan kebahagian pada orang terdekat, sekecil apa pun itu. Dan bagi Michelle, Kenan sudah berhasil. Meski belum sampai di tujuan akhir, tapi semua itu adalah kebahagiaan yang sangat berarti bagi Michelle. Bagaimana ia yang sama-sama tidak memiliki tujuan hidup, akhirnya memiliki semangat untuk terus berjuang dan akhirnya memiliki teman-teman yang sangat dekat. Kenan tersadar bahwa ia selama ini kurang jeli dalam memperhatikan itu semua. Michelle kemudian menyuruh Kenan untuk meminta maaf.

Tanpa diduga, Ryan dan Anin sudah menyiapkan pizza untuk mereka berempat nikmati di rumah Ryan, agar mereka tidak berlarut dalam kekecewaan. Baru saja Kenan hendak meminta maaf pada mereka, Ryan sontak menyodorkan sepotong pizza pada mulut Kenan, karena mereka sudah memaafkan Kenan sedari awal. Kenan pada akhirnya menyadari hal-hal yang amat sangat berharga, serta manfaat yang dapat ia berikan pada orang-orang di sekitarnya. Tidak perlu hal besar. Cukup hal kecil, namun bermakna.
Lihat selengkapnya