SUNSHINE (Ketulusan, Cinta & Pengorbanan)

Oleh: Widhi ibrahim

Blurb

"Aku ingin seperti Matahari, aku tak
mau merasa kesepian walau sendiri, aku tak mau mengeluh dengan setiap rasa sakit yang selalu menimpaku, aku ingin selalu bersinar untuk orang-orang di sekelilingku. Meski kenyataannya aku redup tanpa cahaya."

Kisah gadis 18 tahun yang menderita penyakit kanker otak. Yang ingin bebas dari sangkar emas sang Bunda demi mencari kehidupan yang ia inginkan, cinta dan persahabatan. Berhasilkah Hanin mewujudkannya disisa waktu yang ia miliki?

Suka kisah percintaan, persahabatan, kasih sayang keluarga dan perjuangan hidup. Yuk baca "Sunshine". Bisa bikin baper juga. Yang tertarik boleh mampir, dan tinggalkan jejak komentar, kritik dan saran jika berkenan.

Premis

Kisah gadis 18 tahun yang menderita penyakit kanker otak. Yang ingin bebas dari sangkar emas sang Bunda demi mencari kehidupan yang ia inginkan, cinta dan persahabatan.

Karakter

"SUNSHINE"
(KETULUSAN, CINTA & PENGORBANAN)
Widhi Ibrahim

Hidup di keluarga yang berkecukupan bersama BUNDA (45 tahun) yang begitu menyayangi pasti akan terasa bahagia, tapi tidak dengan HANIN (18 tahun). Sikap Bunda yang berlebihan semenjak Hanin sakit, membuat ruang geraknya terbatas. Jangankan untuk punya teman, untuk keluar rumah pun Hanin tak berhak. Sampe-sampe Hanin dibuat iri kepada kakaknya sendiri, SANDRA (20 tahun). Dalam hati kecilnya Hanin ingin bisa seperti kakaknya, bisa kuliah, punya banyak teman, dan memiliki pasangan. Meskipun tidak mungkin, Hanin memiliki semangat yang begitu kuat untuk bisa mewujudkan semua keinginannya di sisa hidupnya. Hanin tidak ingin terus menerus menjadi burung dalam sangkar emas Bunda-nya saja.

Kekagumannya terhadap matahari, membuat Hanin ingin seperti matahari. Hanin ingin selalu bersinar untuk orang-orang di sekelilingnya. Meski kehidupan kurang berpihak kepada Hanin, tapi Hanin ingin sisa umur yang ia miliki di dunia ini berarti. Dengan sakitnya, Hanin tidak ingin terlihat lemah. Keinginannya yang kuat untuk bisa hidup normal, membuat Hanin tidak ingin kalah oleh penyakitnya. Dibantu oleh kakak laki-lakinya, HANS (23 tahun). Hanin berhasil mengantongi izin dari Bunda untuk menjalani aktivitas normal layaknya remaja-remaja lain.

Semangatnya mampu membuktikan kepada Bundanya, sekaligus menepis segala rasa takut dan kekhawatiran Bunda. Kondisi Hanin semakin hari semakin membaik. Dan perlahan-lahan apa yang ia inginkan satu demi satu dapat terwujud. Dari mulai menjalani status baru sebagai mahasiswi, punya 3 orang sahabat yaitu CITRA (18 tahun), RIRIN (18 tahun), FRISKA (18 tahun), dan merasakan cinta dari seorang laki-laki bernama DEVA (21 tahun). Meski tanpa ia tahu cinta yang kini dia punya adalah milik sahabatnya, karena Deva adalah pacar Citra.

Namun, setelah hampir semua keinginannya telah terwujud, tiba-tiba saja kondisi Hanin kembali drop. Bahkan kini kanker otak yang Hanin derita sudah menginjak stadium akhir. Dan di akhir perjuangan hidupnya Hanin baru tahu bahwa laki-laki yang ia cinta selama ini adalah pacar sahabatnya. Meski sakit hati mengetahui itu, Hanin tetap bersyukur. Karena berkat ketulusan dan pengorbanan sahabatnya yang rela memberikan cintanya untuk Hanin. Membuat Hanin bisa merasakan apa itu cinta di sisa akhir hidupnya. Hanin sadar apa yang dia inginkan, tidak semuanya bisa ia miliki. Namun, Hanin bahagia, karena di hidupnya yang singkat ini Hanin dikelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya dengan tulus.

Meski berat untuk dijalani, Hanin sama sekali tidak menyesal dengan takdir yang Tuhan berikan untuknya, karena hidup itu bukan untuk mengeluh tapi untuk disyukuri. Seberat apapun ujian yang Tuhan beri, jangan takut untuk menjalaninya sendiri. Seperti Matahari, meski di langit hanya sendiri. Tapi ia kuat, tanpa lelah ia bersinar menerangi seluruh isi bumi di siang hari. Mungkin, Hanin tidak bisa seperti matahari yang selalu bersinar. Namun, Bunda, kedua kakak Hanin, ketiga sahabat Hanin juga Deva telah menjadi matahari, matahari yang selalu menyinari hari-harinya yang suram tanpa lelah.

***
Lihat selengkapnya