Blurb
Alenka, remaja 17 tahun, putri seorang perwira angkatan darat. Sejak kecil Alenka dituntut untuk menjadi nomor satu baik di bidang akademik maupun non akademik. Segala bentuk perlombaan diikuti dengan tuntutan menang. Kekalahan selalu berbuah hukuman untuk Alenka.
Di usianya yang ke 16 tahun, Alenka melakukan satu kesalahan kecil yang membuatnya mendapat hukuman yang paling berat hingga menghentikan detak jantungnya untuk selamanya tepat di usianya yang ke 17 tahun.
Tidak berhenti di sana kisah Alenka, remaja penuh tekanan dan dendam itu tidak mati dengan tenang. Arwahnya bergentayangan memburu teman-teman yang menjadi lawannya dalam kejuaraan.
Selesai menghabisi teman-teman di pertandingan terakhirnya, Alenka memburu pemegang-pemegang piala dan medali kejuaraan lain di kotanya. Dendam dalam dirinya membuat arwahnya kalap dan membabi buta.
Berapa banyak jiwa melayang akibat kebrutalan Alenka membalaskan dendam?
Akankah ada seseorang yang sanggup menghentikan kegilaan arwah Alenka?
Atau Alenka akan terus memburu para juara hingga tiada satupun juara yang tersisa di kota tempatnya menimbun piala sejak usia 2 tahun?
#karya ini terinspirasi dari maha karya seni lukis seorang guru : Ibu Dian Yuphi Anggraeni
Premis
Kematian Alenka membawa dendam yang membuat arwahnya tidak bisa beristirahat dengan tenang. Arwah Alenka berkeliaran, memburu setiap remaja yang meraih posisi di atasnya dalam perlombaan.
Pada puncak kegilaan Alenka, arwahnya menyasar teman-teman sekolahnya, hingga suatu waktu Alenka menemui sahabat masa kecilnya yang kembali datang ke kota tempat tinggalnya. Bara. Laki-laki itu mampu berkomunikasi dengan Alenka, tanpa Alenka harus menampakkan diri. Dengan kemampuannya, serta kesabarannya menghadapi arwah Alenka, anak laki-laki itu berhasil membongkar kelakuan bibi pengasuh Alenka yang menyembunyikan jasad Alenka di sebuah rumah pohon di tengah hutan. Bara dan papa Alenka berhasil menemukan jasad Alenka dan menguburkannya dengan layak, serta mengembalikan Alenka ke alamnya dan membuatnya tidur tenang untuk selamanya.
Karakter
Alenka, remaja 17 tahun yang telah malang melintang di dalam tournamen kejuaraan dan berbagai perlombaan. Mulai perlombaan akademik, olah raga, dance, hingga seni. Seni tari, seni musik, seni lukis, seluruh bidang seni dia kuasai.
Sejak usia 2 tahun, Alenka seperti robot kecil yang di design untuk berhasil melakukan setiap apa yang di inginkan kedua orang tuanya yang sangat ambisius. Alenka adalah robot pameran yang di bawa kemana-mana oleh kedua orang tuanya hanya untuk dipamerkan kehebatannya.
Di usia Alenka yang ke 16 tahun, kesalahan kecil membuatnya mendapat hukuman terberat sepanjang perjalanannya malang melintang di dunia lomba. Kegagalan pertama yang mencoreng wajah ayahnya sedalam-dalamnya hingga laki-laki berperawakan tentara itu tega mengurung Alenka selama 6 bulan di pavilliun kosong, hingga gadis itu menghembuskan nafas terakhirnya tepat di hari ulang tahunnya yang ke 17 tahun.
Alenka transparan bangun, berkeliaran di asrama atlet, menghantui dan membunuh para atlet yang berhasil meraih posisi lebih tinggi darinya. Di mulai dari teman-teman yang telah menjadi lawannya.
Kematian yang terus menerus membuat panitia menghentikan kejuaraan bulu tangkis. Tapi Alenka tidak berhenti di sana. Dia berpindah ke sekolahnya, memburu siswa-siswi yang memiliki thropy kejuaraan dan menjadi juara kelas.
Sejak itu, thropy kejuaraan pun menjadi monster menakutkan bagi para murid. Para remaja enggan mendaftar turnamen-turnamen dan segala bentuk perlombaan. Kutukan sang juara mulai dibicarakan, menjadi bahan utama pergunjingan anak-anak, remaja, orang tua. Tak ada lagi orang tua yang menuntut anaknya menjadi hebat, menjadi sang juara.
Hingga kehadiran kembali sahabat kecil Alenka, Bara, membuat Alenka kembali memiliki teman untuk berbicara. Bara berhasil membujuk Alenka untuk berhenti membunuh para remaja, juga berhasil membuka sebuah rahasia bahwa jenazah Alenka tidak di kubur melainkan disembunyikan oleh pengasuhnya di sebuah rumah pohon di tengah hutan.
Bara dan Papa Alenka mengembalikan jenazah Alenka pada pusaranya, hingga Alenka bisa beristirahat dengan tenang untuk selamanya.