Wanita Surga script

Oleh: Dwi Kurnialis

Blurb

Bue benar, selain mencari surga-Nya
Allah untuk Anna sendiri, Anna juga ingin menyampaikan Bapak dan Bue ke pintu surga. Anna sadar betul, Anna
belum bisa membahagiakan Bue di dunia. Tapi, setidaknya Anna ingin membahagiakan Bue
di akherat.

Premis

Seorang istri yang diuji oleh Allah melalui suami yang mengidap penyakit tumor otak dan dia berusaha membujuk suaminya agar mau dioperasi, tapi sang suami justru menolak keras lantaran takut operasinya gagal dan akan meninggal sebelum istrinya melahirkan.

Karakter

Ini adalah kisah Anna Khairunisa, muslimah bercadar dari Jawa, lulusan Universitas Al Azhar, Kairo. Anna sosok yang cantik, cerdas, dan sholeha. Memutuskan untuk menikah dengan Furqon Al Khudzaefi, sosok laki-laki tampan keturunan Jawa dan Arab yang merupakan anak dari guru besarnya, Kiyai Abdullah. Setelah menikah, Anna memutuskan untuk meninggalkan keluarganya di Jogja, dan tinggal bersama Furqon di Solo. Furqon memercayai Anna untuk mengasuh pondok pesantren milik keluarganya. Sementara Furqon sibuk mengurus usaha travel biro haji dan umroh, serta berdakwah.
Bagi Anna membangun sebuah rumah tangga adalah ibadah terbesar dan terlama. Anna berpikir ini adalah peluang ladang pahala yang dapat mempertemukannya dengan surga. Di awal pernikahan yang ia jalani begitu indah dan bahagia. Selain mengajar di pesantren, Furqon juga selalu mengajak Anna menghadiri acara pengajian yang diisi olehnya.
Suatu ketika Furqon sering dilanda rasa sakit pada kepalanya. Anna berkali-kali mengajak suaminya pergi ke dokter, tapi Furqon selalu menolak dengan alasan sakit yang ia rasakan hanya sakit kepala biasa dan akan sembuh dengan sendirinya setelah beristirahat. Sebagai seorang istri, Anna tak mau membangkang. Namun, Anna merasa Furqon menyembunyikan sesuatu darinya.
Setelah dua bulan pernikahan Anna dinyatakan hamil. Kehamilan Anna semakin menambah kebahagiaan dalam rumah tangganya. Hingga suatu hari, Furqon tak dapat menahan rasa sakitnya lagi. Furqon meminta Akmal, suami dari sahabatnya yang bernama Laila untuk menemaninya pergi ke Dokter. Furqon mengajak Akmal bukan tanpa alasan, itu karena Akmal juga merupakan seorang dokter.
Dokter Firman menyatakan jika Furqon mengalami sakit tumor otak. Furqon meminta Akmal merahasiakan penyakitnya dari siapapun, termasuk juga dari Anna. Alasannya Furqon tidak ingin membebani pikiran Anna, terlebih Anna sedang dalam masa kehamilan. Ia tidak ingin terjadi sesuatu pada Anna dan calon anak mereka. Sejak saat itu, Furqon menjalani proses radiotherapy hanya ditemani oleh Akmal saja.
Ketika akan pergi ke pesantren, Anna melupakan bukunya. Anna mencari bukunya di kamar tidak ia temukan. Ia juga mencari buku itu di ruang kerja Furqon. Di sana ia menemukan obat-obatan. Anna mengurungkan niatnya pergi ke pesantren. Anna memilih untuk mencari informasi mengenai obat-obatan itu ke Apotek. Apoteker menyampaikan informasi yang sebenarnya, dan itu membuat Anna sedih. Rasa penasaran Anna terjawab sudah sambil ia mengingat setiap peristiwa sakit kepala yang dialami Furqon di depannya selama ini.
Anna meminta Furqon untuk jujur. Demikian juga dengan Akmal, Anna marah dan kecewa merasa telah dibohongi. Sejak saat itu, Anna memutuskan untuk mendampingi Furqon menjalani proses pengobatan.
Dokter Firman merasa nyaris tidak sanggup menangani penyakit Furqon. Beliau menyarankan Furqon untuk menjalani proses operasi pengangkatan sel tumor. Namun, Furqon menolak keras. Ia kembali teringat beberapa tahun yang lalu ibunya meninggal setelah menjalani operasi dengan penyakit yang sama seperti dirinya. Resikonya memang terlalu besar yaitu kematian. Furqon tidak ingin kelak Anna menjalani proses persalinan tanpa dirinya. Anna berusaha merayu Furqon, tapi berujung pada kekecewaan.
Dalam kondisi sakit masih banyak tanggung jawab Furqon yang harus dipenuhi. Dan itu semua diambil alih oleh Anna. Anna tak hanya sibuk mengurus Furqon, tapi Anna juga harus mengurus pesantren, perusahaan travel, juga berdakwah.
Semakin hari, kondisi Furqon semakin memburuk. Furqon kehilangan suara dan mengalami ataksia (gangguan gerakan tubuh karena terjadi masalah pada otaknya). Furqon mengalami kelumpuhan, hanya bola matanya saja yang masih bergerak. Tak ada pilihan lain bagi Anna kecuali menyetujui dengan tindakan operasi pengangkatan sel tumor yang telah disarankan oleh dokter Firman. Kali ini ia harus menentang keinginan Furqon. Sekaligus harus mempersiapkan diri jika kemungkinan buruk terjadi pada Furqon.
Menjelang selesainya proses operasi, kondisi Furqon semakin memburuk. Team medis menyatakan Furqon telah meninggal dunia. Seluruh anggota keluarga bersedih, terkecuali Anna yang tidak sedang berada di tempat. Namun, beberapa saat kemudian peralatan medis kembali memberikan respon positive dari tubuh Furqon. Dokter dan teamnya kembali bekerja guna menyelamatkan kondisi Furqon yang kritis. Hanna (adik Anna) merasa kembalinya nyawa Furqon karena kekuatan sebuah doa dari seorang istri. Di saat proses operasi berlangsung, Anna berada di dalam mushola rumah sakit sedang mendoakan Furqon.
Furqon telah melewati masa kritisnya dan siuman. Perjuangan Anna mendampingi Furqon masih belum selesai, karena Furqon mengalami lupa ingatan jangka pendek efek dari operasinya. Anna harus membantu Furqon untuk kembali mengingat setiap memori yang hilang.
Kesembuhan Furqon adalah kebahagiaan terbesar bagi Anna. Di saat ia sudah tenang karena kesehatan Furqon semakin membaik, Anna justru was-was dengan proses persalinan yang semakin dekat. Ada rasa ketakutan tersendiri yang muncul di hatinya. Ia megutarakan permintaan maaf kepada suami dan kelurganya. Anna juga menjadi lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berkumpul dengan suami dan keluarga. Bahkan, tepat sehari sebelum melahirkan, Furqon mengajak Anna dan anggota keluarga yang lain berekreasi ke pantai.
Tepat tengah malam perut Anna mengalami kontraksi hebat. Furqon dan keluarga membawanya ke rumah sakit. Setelah dua belas jam, bayinya tak kunjung lahir. Dokter menyarankan agar Anna menjalani operasi saecar, Furqon pun menyetujui demi keselamatan Anna dan anak mereka. Setelah bayinya lahir kondisi Anna terlihat lemah. Namun, Anna merasa bahagia karena sudah mampu melahirkan bayi perempuan yang cantik. Begitupun dengan keluarga mereka yang menyambut kehadiran bayi mungil itu dengan suka cita.
Di tengah kebahagiaan itu tiba-tiba Anna mengalami sesak napas. Dokter mengatakan jika Anna mengalami emboli air ketuban yang tidak pernah terdeteksi sebelumnya. Furqon merasa syok dan sedih. Anna meminta Furqon untuk memberikan nama yang indah bagi putri mereka, Anna juga merasa hidupnya sudah tak lama lagi. Anna meminta Furqon untuk tegar saat dirinya pergi nanti. Bahkan, Anna meminta Furqon untuk mencarikan ibu pengganti bagi anak mereka.
Saat di pemakaman, Furqon mengingat setiap moment indah yang dilalui bersama Anna. Furqon juga baru menyadari bahwa apa yang menjadi setiap ucapan Anna beberapa hari ini merupakan sebuah pertanda isyarat jika wanita itu akan kembali kepada Allah. Furqon berharap Anna benar-benar dapat menjadi wanita penghuni surga karena pengorbanannya sebagai seorang istri dan seorang ibu yang begitu besar.
Lihat selengkapnya