What Lies Above

Oleh: revin palung

Blurb

Dihari ulang tahunnya, di sebuah lampu merah, Laura dihipnotis oleh seorang nenek penjual minuman. Ketika tersadar, dia berada di sebuah desa di atas bukit, berjalan kaki, dan tidak ingat bagaimana bisa sampai di sana. Esoknya, polisi menemukan mobilnya di dekat bukit itu. Handphone, perhiasan, maupun dompet masih ada di dalamnya, tidak ada yang hilang maupun rusak. Dicurigai gila oleh orang-orang bahkan keluarganya sendiri, Laura harus menemukan sang nenek dan mengungkap motif, tujuan dan rahasia dibalik kejadian yang aneh ini.

Premis

Ketika tersadar dari efek hipnotis oleh orang asing, Laura (28) tiba-tiba berada di sebuah desa di atas bukit tanpa kehilangan suatu apapun. Kini dia harus mengungkap apa motif dan rahasia besar dibalik semua ini.

Karakter

Laura (28), seorang karyawati di Jakarta mempunyai sebuah hobi yaitu berpetualang dan cita-citanya adalah: menjalani sebuah petualangan yang tidak biasa dan penuh kejutan. Dalam setiap petualangan dia selalu mencari sesuatu yang hilang dalam dirinya, tetapi dia tidak tahu apa. Suaminya bernama Ibam (27) seorang yatim piatu yang menjadi pengusaha muda yang terbilang cukup sukses dan selalu pura-pura lupa akan hari ulang tahun Laura.

Di hari ulang tahunnya yang ke 28, ketika pulang dengan menyetir sendirian di malam hari, Laura bertemu dengan seorang nenek penjual minuman di lampu merah di jalan Palung. Tiba-tiba Laura berada di sebuah desa di atas bukit yang asing baginya, tiga jam dari Jakarta, tanpa memori akan apa yang terjadi dan berjalan kaki. Dia panik dan mengira dirinya diculik. Dengan dibantu oleh Arief (65) sang kepala desa dan istrinya Siti (59) yang adalah orang-orang baik, Laura berhasil menghubungi Ibam untuk menjemputnya. Dugaan mereka sementara, Laura menjadi korban pencurian dengan hipnotis. Malam itu dia tidur di kamar tamu, menunggu Ibam menjemputnya, bukan di ranjang melainkan di lemari.

Ibam menjemput Laura. Mereka melaporkan kejadian ini ke kantor polisi dan pulang ke rumah. LINDA (49) ibu tiri Laura dan AMRI (51) mengunjunginya karena khawatir. Di sela-sela perbincangan, Laura menerima telepon dari kepolisian yang berkata bahwa mobil Laura sudah ditemukan, handphone, perhiasan, dompet, tas, semuanya masih di dalam mobil, tanpa ada suatu pun yang hilang. Kaget, mereka menyusul ke kaki bukit, tempat mobil Laura ditemukan. Polisi berkata bahwa mobil Laura kehabisan bensin. CCTV lampu merah jalan Palung, mobil Laura berada di belakang truk sehingga tertutup, sehingga tidak terlihat ada nenek yang menghampirinya. Dari bukti CCTV menunjukkan bahwa Laura mengendarai sendiri hingga ke kaki bukit itu. Kasus dianggap selesai. Keluarganya tidak mempercayai Laura, bahkan Ibam. Polisi menganggapnya gila. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Laura dihipnotis?

Dalam tidurnya, Laura teringat bahwa nenek itu menepuk pundaknya ketika dia membuka jendela mobil untuk membeli air mineral. Laura meminta Ibam untuk ikut ke jalan Palung. Di sana, mereka menemukan cctv di sebuah mobil box yang terparkir di depan toko material. Pemilik toko material menunjukkan rekaman cctv kepada mereka, dan ternyata benar, ada seorang nenek yang menghampiri Laura dan menepuk pundaknya. Nenek itu membisikkan sesuatu, tetapi Laura tidak ingat apa.

Dalam perjalanan pulang, 200 meter dari lokasi itu, tanpa disengaja mereka melihat nenek itu jalan di trotoar dan masuk ke sebuah gang. Ibam mengikuti nenek itu, sambil video call dengan Laura untuk mengambil bukti. Nenek itu masuk ke sebuah gudang, lalu tiba-tiba seseorang memukul kepala kiri Ibam dengan balok kayu hingga dia pingsan. Ketika sadar, dia disekap dalam gudang, di hadapan nenek dan para gangsternya. Ibam disiksa karena dikira polisi. Kuku-kukunya dipatahkan. Akhirnya polisi datang menyelamatkan dan meringkus nenek itu beserta gangster-gangsternya. Ketika nenek itu dibawa masuk ke mobil, Laura menerobos dan berhasil mencapai nenek itu. Laura menanyai nenek itu apa yang dibisikkannya, nenek itu menjawab, Laura mendengarnya, tetapi kita tidak.

Ibam dirawat di rumah sakit. Laura berkata bahwa dia akan melanjutkan petualangan ini sendirian. Dia harus kembali ke desa di atas bukit itu, karena apa yang nenek itu bisikkan membuat Laura yakin ada sesuatu di sana. Seorang polisi datang dan menjelaskan bahwa nenek itu dan komplotannya adalah pelaku mafia perdagangan manusia yang sudah lama diincarnya. Salah satu metode mereka dengan menghipnotis korban dan memintanya untuk pergi ke suatu tempat. Di sana, komplotan mereka akan menculik korban. Di cctv akan terlihat bahwa korban pergi atas kemauannya sendiri, tanpa ada paksaan, sehingga akan dianggap korban hanya kabur. Laura hampir menjadi korban, entah mengapa dia malah pergi ke desa itu, bukan ke tempat yang seharusnya diarahkan oleh nenek penghipnotis itu.

Dalam perjalanan menuju desa itu, Laura melihat seekor tupai putih yang menatapnya seakan mengenalnya. Sesampainya di desa itu, Sukarebo namanya, Laura mengunjungi Arief dan Siti. Di ruang tamu, Laura melihat foto Arief dan Siti waktu muda beserta seorang anak laki-laki. Di jam 2 siang, Siti membunyikan lonceng, tandanya anak-anak desa itu harus masuk rumah. Menurut Arief, ini karena bagong, penjahat yang menculik dan membunuh anak-anak di jam 2 siang, berpuluh tahun lalu. Ali, anak Arief dan Siti, salah satu korbannya. Setelah itu, Laura berusaha mencari petunjuk di sekitar desa, tetapi dia tidak menemukannya.

Akhirnya, di depan rumah Arief, Laura melihat tiga anak kecil, Ali (7) seorang anak laki-laki yang lumayan tinggi untuk usianya, Laura (6) dan Agus (5) yang paling pendek dan botak dengan tanda lahir di kepala sebelah kirinya. Ya, Laura kecil yang dilihatnya adalah dirinya di masa kecil. Ini kenangan Laura yang hilang. Laura mengikuti mereka bertiga bermain di sekitar desa. Hingga di lapangan, Laura kecil dan Ali bermain layangan. Agus yang paling kecil menghampiri mereka dan marah karena tidak diajak main layangan. Laura kecil berjanji akan mengajak Agus bermain layangan ketika Agus sudah besar nanti. Di sini, Laura akhirnya tahu, ternyata Agus adalah adiknya.

Laura mengikuti ketiga anak itu hingga ke sebuah rumah yang ternyata rumahnya waktu dulu. Di sana, Laura melihat Santi, ibunya yang tidak pernah dia lihat seumur hidup, dan Amri, ayahnya sewaktu masih muda. Di sana dia juga tahu mengapa dia jadi suka di lemari setelah di hipnotis, karena dirinya sering bermain tentara-tentaraan di dalam lemari bersama Ali dan Agus. Mereka menganggap lemari itu benteng mereka. Di dalam lemari itu, Ali berkata bahwa dia melihat tupai putih. Agus dan Laura tidak mempercayainya. Ali yang sebal berjanji akan mengajak mereka mengejar tupai putih itu bersama-sama apabila Ali melihatnya lagi.

Laura kembali, dia melihat Ibam di depan rumah Arief, kepalanya penuh dengan perban. Ibam menyusulnya karena khawatir. Tiba-tiba kepala Laura sangat sakit, dan dia melihat seekor tupai putih. Tupai putih itu berlari, Laura mengejarnya, Ibam yang bingung terpaksa mengikuti. Mereka tiba di dalam hutan, tupai itu hilang tidak tahu ke mana. Tiba-tiba Laura menggali tanah. Ibam yang bingung berusaha menghentikannya, tetapi Laura terus menggali. Ibam pun berinisiatif kembali ke rumah Arief untuk meminjam sekop. Ibam membantu Laura menggali dengan sekop, hingga sekopnya menyentuh sebuah benda keras. Sebuah tengkorak manusia. Melihatnya, Ibam histeris ketakutan, Laura menangis histeris.

Polisi datang. Tulang belulang manusia itu sedang diangkat dari lubang galian. Arief dan Siti datang, mengenali baju yang dipakai jasad itu sebagai bajunya Ali, mereka menangis sejadi-jadinya. Laura berkata pada polisi bahwa dia belum ingat sepenuhnya akan apa yang terjadi. Ibam mengajaknya pulang, tetapi Laura berkata masih ada yang harus dilakukannya. Laura dan Ibam pergi ke rumah Laura semasa kecil. Di sana, Laura menemukan congklak di dalam lemari, permainan terakhir yang dimainkan Laura bersama Agus sebelum semua terjadi. Sesungguhnya, ingatan Laura sudah sepenuhnya kembali.

Laura menceritakan semua kepada Ibam. Di hari itu, dua puluh dua tahun lalu, ketika sedang bermain congklak bersama Agus, Ali datang dan berkata bahwa dia melihat tupai putih. Mereka bertiga mengejar tupai putih itu hingga ke sebuah kota kecil di pinggir hutan. Ali masuk ke dalam hutan. Di depan hutan, Laura dan Agus beristirahat. Agus sudah tidak kuat, sehingga Laura menyusul sendirian ke dalam hutan. Ketika sedang istirahat, Agus tidak sengaja melihat tupai putih itu di atas bak sebuah truk engkel yang berisi bahan makanan. Di dalam hutan, Laura dikagetkan oleh Ali. Laura yang marah mendorong Ali, tidak sengaja ke atas sebuah kolam lumpur. Awalnya Laura menganggap Ali bercanda, tetapi Ali benar-benar semakin tenggelam. Segala upaya dicoba Laura, tetapi tidak bisa menarik Ali dari sana. Laura pergi dari hutan itu untuk mencari bantuan.

Di depan hutan, tidak ada orang sama sekali. Agus tidak terlihat. Laura meneriakkan namanya, lalu melihat Agus di atas bak engkel sambil mengangkat tupai putih, memamerkannya kepada Laura. Supir engkel menyalakan mesin dan radio dengan kencang, lalu melaju. Agus terbanting dan kepalanya terbentur dasar bak. Darah menggenang di sekitar kepala Agus. Matanya tidak terbuka. Tupai putih melompat keluar. Laura mengejar truk engkel itu, tetapi tidak terkejar. Laura kembali ke dalam hutan, hanya ada kolam lumpur, Ali sudah tidak ada di sana. Laura pulang, seperti orang yang sudah mau gila. Dia masuk ke dalam lemari, bersembunyi di sana.

Warga desa mencari keberadaan Ali, Laura dan Agus tetapi tidak menemukan. Santi menemukan Laura di dalam lemari. Amri, Santi, Arief dan Siti menanyai Laura perihal keberadaan Ali dan Agus. Laura berkata bahwa mereka diculik oleh sesosok besar berbulu. Akibat kejadian itu, rumah tangga Santi dan Amri berantakan. Mereka sering bertengkar, berujung pada Santi menggantung dirinya sendiri. Amri dan Laura pindah ke kota, melupakan semua kejadian buruk di atas bukit itu. Sedang Laura, karena masih terlalu kecil dan trauma yang besar, dia lupa akan semua hal itu.

Mendengar itu, Ibam tidak menghakimi Laura. Mereka berdua menemui Arief dan Siti. Laura menceritakan segalanya. Siti yang tidak terima, memecahkan gelas dan hendak menusuk Laura dengan pecahannya. Arief menahan Siti, Ibam melindungi Laura. Arief mengusir mereka pergi dan jangan kembali lagi. Laura dan Ibam pergi dari sana. Siti, dalam nelangsa dan kemarahannya, pergi ke belakang rumahnya dan menghancurkan lonceng yang sudah dibunyikannya selama dua puluh tahun.

Dalam perjalanan pulang, Ibam bertanya apa yang dibisikkan nenek itu kepada Laura. "Orang yang berharga buat kamu lagi nunggu di jalan Taurus. Cepat ke sana, dia dalam bahaya dan butuh bantuan," itulah yang dibisikkan nenek itu ketika menghipnotis Laura. Mereka bingung kenapa dengan kata-kata itu Laura malah pergi ke desa Sukarebo yang berjarak 3 jam dari Jakarta, sedangkan jalan Taurus hanya 500 meter jaraknya dari lampu merah Palung tempat Laura dihipnotis. Mereka tidak tahu jawabannya, tetapi kita tahu. Dalam flashback, ketika nenek itu menghipnotis Laura dan membisikkan "orang yang berharga buat kamu lagi nunggu di jalan Taurus," kata-kata "di jalan Taurus" tidak terdengar karena bersamaan dengan klakson truk di depan mereka yang menyuruh mobil paling depan untuk maju. Sehingga yang di dengar Laura adalah: ""Orang yang berharga buat kamu lagi nunggu.. Cepat ke sana, dia dalam bahaya dan butuh bantuan." Hipnotis itu memicu perlahan kembalinya ingatan Laura akan Ali.

Dalam perjalanan pulang itu juga, Laura melihat perban di kepala Ibam yang sudah merembes darah. Dia memutuskan untuk menggantinya di dalam mobil. Laura membuka gulungan perban yang menutupi, hingga tersingkap lukanya yang sudah dijahit, dan gulungan perban yang terakhir menyingkapkan tanda lahir di kepala kiri Ibam yang selama ini tertutup rambutnya. Kini terlihat karena luka itu membuat pitak rambutnya. Laura kaget, sangat kaget hingga muntah. Kebenaran terbesar terungkap.

5 bulan kemudian, Laura bangun dari tidurnya. Dia hamil. Kehamilannya dicatat terjadi seminggu sebelum kejadian dia dihipnotis. Dia pergi mengunjungi nenek penghipnotis yang sedang di penjara. Dia meminta nenek itu untuk membuatnya lupa akan kebenaran yang diketahuinya, tetapi nenek itu menolaknya karena bukan itu cara kerja hipnotis. Sepulangnya dari sana, Laura di dalam mobil bersama Ibam. Dia mengajak Ibam pergi bermain layangan. Di jendela, Laura melihat, seekor tupai putih menatapnya, seakan mengenalnya. Laura menatapnya kembali. Siap tidak siap, terima tidak terima, dia harus menghadapi kebenaran yang dia temukan. Cita-citanya, petualangan yang tidak biasa dan penuh kejutan tampaknya terpenuhi, melalui eksplorasi wilayah yang tidak diketahuinya, yaitu ingatannya sendiri.
Lihat selengkapnya