Blurb
Jalan hidup Marsha ditentukan oleh ketakutan-ketakutan Ibunya. Nggak mau lanjut kuliah dan mencoba mengasah keterampilan di bidang lain? Nggak boleh, Ibunya takut Marsha cuma buang-buang waktu dan nggak menghasilkan apa-apa. Mau ikut kelas make up terus kuliah sambil kerja sambilan? Nggak boleh, Ibunya takut kuliahnya terganggu terus jadi lama lulusnya. Uang tabungan Bapaknya cuma cukup untuk kuliah Marsha. Marsha diharapkan lulus kuliah tepat waktu lalu punya pekerjaan tetap dan bisa membiayai dua adiknya nanti. Marsha nggak tahu bagaimana caranya bilang ke Ibu kalau Ibu nggak selalu benar. Marsha ingin Ibu percaya padanya, tapi Ibu lebih percaya pada ketakutannya.
Bianca sebenarnya anak yang baik. Bahkan, dia pernah traktir Papanya pasang ring jantung. Sayangnya, dia dibenci sama ibu-ibu se-Indonesia. Pertama, karena peran antagonisnya di sinetron. Kedua, karena dia nggak berusaha menyembunyikan kenakalan remajanya. Ketiga, Bianca suka bikin konten roasting ibu-ibu. Terutama ibu-ibu yang nggak nakal tapi jahat banget. Bianca punya pengalaman traumatis di masa kecilnya. Pelaku utamanya adalah ibu-ibu dan dua senjata andalan mereka; mulut dan waktu luang.
Kalau Asti, terlihat seperti punya segalanya karena dia dari keluarga berada dan sangat berprestasi di sekolah. Padahal, dia nggak punya apa-apa. Kepercayaan diri? Dia nggak punya. Harapan? Wow, itu terlalu mengerikan buat Asti. Dia sudah dipersiapkan untuk menjadi dokter bahkan sebelum dia brojol. Asti cuma bisa berfantasi kalau di masa depan dia akan menjadi chef, membuat orang-orang tersenyum ketika mencicipi masakannya. Itu cuma fantasi, karena Asti dilarang masuk dapur sama Bundanya. Bundanya nggak mau tangan Asti terluka lagi, karena tangan adalah aset utama seorang dokter selain otak.
Satu-satunya orang yang bisa memahami mereka adalah Bapak. Beliau adalah Bapak kandung Marsha, tapi sering jadi tempat curhat Marsha dan kedua sahabatnya. Beliau satu-satunya bapak-bapak yang suka ikut nimbrung kalau mereka lagi nongkrong. Waktu mereka lulus SMA, Bapak malah meninggal. Mereka kehilangan bapak-bapak paling asyik di dunia ini. Padahal semua masalah yang selesai, selalu berawal dari curhat kepada orang yang tepat.