AKU MENCINTAIMU. Jadi, izinkan aku untuk membencimu. Sungguh, aku tidak sanggup lagi dengan jarak ini, jarak yang tanpa ampun mulai mengubah perasaan-perasaanku menjadi kegundahan yang menyebalkan.
Hingga detik ini, aku masih tidak mengerti. Kamu pergi. Selamat, kamu berhasil memporak-porandakan perasaanku dan meninggalkan pertanyaan-pertanyaan yang kamu sendiri pasti tak mungkin bisa menjawabnya. Apa-apaan kamu ini tiba-tiba saja menghilang. Sedikit pun, kamu tidak memikirkan bagaimana aku tanpa kamu nanti? Setidaknya, ucapkan selamat tinggal untukku. Bahkan kamu melupakan itu, bukan?
Jadi, selama ini kamu anggap aku ini apa? Dan aku pun diantar ingatan bertahun-tahun lalu. Ingatan yang menjelma menjadi siksaan bernama ... rindu.
***
Rindu adalah pohon ek di lapangan bekas reruntuhan rumah tua di jalan masuk kampung kita. Kamu adalah anak pertama dan anak perempuan satu-satunya yang berhasil menemukan tempat biasa aku sendiri. Kamu menemukanku sendirian pada jam ketika anak-anak seusia kita sudah harus bergegas pulang ke rumah sehabis seharian bermain di sana. Pada jam ketika matahari membuat langit merah tua karena tergelincir waktu.
Kamu menemukanku sedang asyik menikmati buku-buku cerita anak yang sudah lusuh karena...