Alas Tilem

Oleh: Samuel Fetz

Hujan baru saja reda, meninggalkan sisa rintik di jendela sebuah kafe kecil di sudut kota. Jalanan masih basah, lampu-lampu jalan memantul di permukaan aspal seperti serpih cahaya yang patah. Di dalam kafe, empat anak muda duduk melingkar di meja kayu, wajah mereka serius, masing-masing menyimpan kegelisahan yang sama.

Eris, dengan rambut gondrong sebahu dan sorot mata yang tajam, menatap kosong ke arah gelas kopinya. Ada nada gusar dalam suaranya...

Baca selengkapnya →