Hujan belum turun, tapi awan di atas kepala Reyhan menggantung berat seperti perasaan yang tak bisa ia kenali, apalagi sampaikan.
Ia berdiri di pinggir jalan, tepat di bawah rimbun pohon trembesi yang daunnya bergetar halus diterpa angin sore. Di kejauhan, suara kendaraan dan peluit satpam kantor masih terdengar samar, seolah dunia tetap berjalan seperti biasa—kecuali untuknya.
Dina berdiri di depannya, tubuh mungilnya tegar namun matanya memerah...