Teja menyedot kreteknya lagi. Dalam-dalam moncong bibirnya itu, hingga tirus kempis kurus. Angin sebentar datang menyambut, membuyarkan seluncuran asap dari bibir tebalnya. Daun-daun tembakau yang terbakar di ujung kretek, menyusul mengeretap bagai hujan di atap asbes warung.
Saya mengasongkan segelas kopi hitam. Bubuknya masih berpusing berkitaran di permukaan. Biasanya, Teja bakal menyeruput isi gelas itu setelah bubuk-bubuknya mengendap. Mungki...