Alya dan Kursi Kosong

Oleh: Maharani

"Apa manusia memang harus berpura-pura bahagia agar bisa diterima?"

Alya bertanya begitu lirih, nyaris seperti gumaman, tapi ada getir yang tak bisa disamarkan dari ujung kalimatnya. Seolah kalimat itu telah lama mengendap di dadanya, menunggu waktu yang pas untuk dilahirkan. Ia meneleponku di jam yang seharusnya ia habiskan untuk tidur, bukan merenung tentang kursi kosong di ruang terapi.

Aku sedang menyusun laporan program literasi kesehatan jiwa...

Baca selengkapnya →